Sang saka merah putih

Nama Indonesia, Siapa yang Populerkan?

Sudah tahu, siapa pertama kali munculkan nama Indonesia?

Dulunya sebelum nama Indonesia adalah Nusantara. Ibu Pertiwi kita dikenal bernama Indonesia. Sang Saka Merah Putih, sebentar lagi kibarkan Indonesia mengumandang menggema sejagat dunia. Semarak jelang Hut Kemerdekaan RI ke 75, redaksi mengulas dalam edisi khusus ‘Asal Mula Nama Indonesia dan Nama Nusantara’  baca yuk!

Sebelum bahas nama Indonesia, ada bagusnya kenali dulu nama Nusantara. Sejarah Nusantara dimaknai sebagai catatan dari rangkaian peristiwa yang terjadi di kepulauan antara Benua Asia dan Benua Australia sebelum Republik Indonesia berdiri, disebut ‘NUSANTARA!’

Periode waktu nusantara, terhitung sejak Zaman Prasejarah, Kerajaan Hindu/Budha, Kerajaan Islam, Zaman Kolonial atau akrab dikenal dengan masuknya Portugis, dan masa Nusantara berakhir saat masuknya Vereenigde Oostindische Compagnie(Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) atau VOC.

Sebelum membahas Sejarah nama Indonesia, mari sejenak kita bersama saksikan dari layar video di Channel Youtube ADDIE M.S. Diharapkan suara hati rasuki sukma. Mantapkan sikap nasionalisme. Rasa cinta tanah air, bangga sebagai anak Indonesia.

Selanjutnya sejarah nama Indonesia. Dalam dokumen sejarah, menurut bangsa-bangsa di Eropa yang pertama kali datang, menganggap ‘Asia’ ya cuma orang Arab, Persia, India dan Tiongkok.

Bangsa Eropa yang telah menginjakan kaki di Ibu Pertiwi beranggapan, daerah yang terbentang luas dari Persia hingga ke Tiongkok, disebutnya sebagai wilayah ‘Hindia.’ Sementara pada wilayah di Jazirah Asia Selatan disebut ‘Hindia Muka’ dan Daratan di Asia Tenggara dinamakan ‘Hindia Belakang’, adapun untuk kepulauan ini (Sekarang: Daftar Pulau-pulau di Indonesia) memperoleh nama ‘Kepulauan Hindia’ (Indische ArchipelIndian Archipelagol’Archipel Indien) atau ‘Hindia Timur’ (Oost IndieEast IndiesIndes Orientales). Nama lain yang lebih akrab dipakai zaman itu ‘Kepulauan Melayu’ (Maleische ArchipelMalay Archipelagol’Archipel Malais).

Peta Kepulauan Indonesia Zaman Majapahit
Peta Kepulauan Indonesia dari Zaman Majapahit (Wikipedia)

Lalu pemetaan kepulauan di ‘Indonesia’ sejak kapan? Siapa pembuatnya? Columbus, atau Al Idrisi seorang pakar geografi dan menjadi pencipta pertama peta dunia. Ternyata bukan! Lalu, siapa? Jenghis Khan, Kubilai Khan, mungkin Cheng Ho?

Kita patut berbangga, luar biasa. Pembuat Peta Nusantara? Pembuat Peta Kepulaan Indonesia? Penciptanya adalah: Kertarajasa Jayawardhana, lazim para sejarawan menyebut Raden Wijaya bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardana, lengkapnya Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana. Ia adalah pendiri Kerajaan Majapahit. Dan raja pertama Majapahit. Memerintah pada tahun 1293-1309. Rekam jejak ini dapat di baca melalui Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu. Silakan kunjungi Candi Simping, di Blitar. Kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia.

Diperkuat dokumen sejarah lain menyebut sejak 8 abad lalu. Tepatnya di masa pemerintahan Kerajaan Majapahit antara tahun 1292 M, ‘Pembuat Peta Nusantara!’ Analisanya dari ditemukan bukti peta administratif masa pemerintahan Raden Wijaya. Sumber: Artikel tulisan C.J Zandvliet pada Holland Horizon Volume 6 Nomor 1 Tahun 1944, disebutkan, “Pada catatan sejarah Cina yang disusun pada tahun 1369 M dan 1370 M ditulis bahwa pada penyerbuan tentara Yuan ke Jawa tahun 1292-1293 M, Raden  Wijaya menyerahkan peta administratif Kerajaan Kediri kepada penyerbu sebagai tanda menyerah”, kutipan.

Ilustrasi Raden Wijaya, Sejarah Majapahit, Penemu Peta Nusantara, Pembuat Peta Kepulauan Indonesia, Nusantara lahir dari nama Raden Wijaya
Ilustrasi Raden Wijaya (Sumber Foto: Wikipedia)

Sebutan ‘Raden Wijaya’ lazim dipakai para sejarawan, Namanya tertulis dalam Pararaton pada akhir abad ke-15. Bahkan Pararaton tuliskan secara lengkap, yaitu ‘Raden Harsawijaya.’ Sementara bukti-bukti prasasti, di masa kehidupan Wijaya (abad ke-13 atau 14) penggunaan gelar raden belum populer.

Diceritakan dalam prasasti Balawi di tahun 1305, menyatakan ‘Raden Wiajaya’ merupakan keturunan dari anggota keluarga Wangsa Rajasa. Menurut Nagarakretagama, Wijaya adalah putra Dyah Lembu Tal, putra Narasinghamurti. Sedangkan menurut Pararaton, Narasinghamurti alias Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wonga Teleng putra Ken Arok pendiri Wangsa Rajasa.

Saat berada di Jakarta, CJ Zandvliet asal Belanda memberikan ulasan dari jurnal Holland Horizon tahun 1994. Dan Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Rudolf W Matindas dalam peluncuran buku ‘Survei dan Pemetaan Nusantara: 40 Tahun Bakosurtanal’ menguatkan pendapat Pembuat Peta Nusantara, “Peta administratif dibuat di masa Raden Wijaya. Ia adalah pemimpin dan yang memerintah Kerajaan Majapahit. Lalu menyerahkan Peta Nusantara kepada tentara Yuan, asal China sebagai pesan kerajaan Majapahit dikalahkan pada tahun 1292,” ujarnya.

Baru berikutnya, rekam jejak lain ‘Pembuat Peta Nusantara’ dikenali dari peta navigasi, buatan Laksamana Cheng Ho, dari abad ke 15 bersamaan Portugis lakukan ekspedisi cari rempah-rempah ke Pulau Jawa dan Kepulauan Maluku. Peta tersebut dibuat oleh kartografer Francisco Rodrigues, mendokumentasikan ekspedisi peta pelayaran tiap negeri yang ia datangi.

Bangsa-bangsa kolonialis yang mulanya cuma datang sebagai pedagang, dan hanya untuk rempah-rempah. Sering keluar-masuk ke perairan Nusantara, mereka makin terus sempurnakan bentuk Peta Nusantara atau Peta Kepulauan Indonesia. Akhirnya, peta Kepulauan Indonesia dan Peta Nusantara yang lebih mendekati kesempurnaan dan lebih maju, ya peta dari para pedagang atau saudagar-saudagar rempah ini.

Majapahit Dikalahkan Kekaisaran Mongol dan Kaisar Dinasti Yuan

Kubilai Khan, penguasa Kekaisaran Mongol dan kaisar Dinasti Yuan, kirim utusan ke banyak negara. Tujuan untuk minta kepada semua negri harus tunduk di bawah kekuasaan Kekaisaran Yuan-Mongol. Dan membayar upeti. Tetapi Men Shi atau Meng-qi (孟琪), salah satu dari utusan Kubilai Khan. Saat sampai di Jawadwipa, malah diberi cap di wajahnya dengan besi panas.

Pesan yang mau disampaikan Penguasa Kerajaan Singhasari, Kertanagara. Tidak bersedia tunduk kepada Yuan-Mongol. Dan tanda di wajah berupa cap stempel panas, biasa dilakukan untuk hukum pencuri. Bahkan telinga utusan dipotong. Lalu mengusir secara hina dan kasar.

Kubilai Khan tidak terima, marah besar, dan murka. Pada tahun 1292, Ia kerahkan balantara dalam jumlah pasukan besar. Dokumen sejarah menyebutkan, pengerahan kekuatan terdiri dari pasukan Tiongkok Selatan, Tentara dari Fujian, Jiangxi bersama 1.000 kapal dengan bekal logistik selama satu tahun. Pemimpin Pasukan dibagi tiga kelompok. Bernama Shi-bi, pemimpin pasukan orang Mongol. Ike Mese pemimpin orang Uyghur dan berpengalaman dalam pelayaran ke luar negeri, serta Gaoxing pemimpin pasukan yang berasal dari orang Tiongkok.

Kubilai Khan, penguasa Kekaisaran Mongol dan kaisar Dinasti Yuan, kirim invasi besar-besaran. Pengerahan pasukan serbu pulau Jawa. Berkekuatan 20.000-30.000 tentara. Pengerahan pasukan tak cuma untuk hukum Raja Kertanegara (dari Kerajaan Singhasari). Bukan juga karena Raja Kertanegara menolak bayar upeti. Apakah alasan beri pelajaran karena melukai utusan Mongol?, juga bukan!

Kehadiran pasukan Yuan-Mongol ke Jawa memang ada terkesan show off. Tetapi misi lain dari invasi Kekaisaran Tiongkok-Mongol di bawah Dinasti Yuan ke tanah Jawadwipa (pulau Jawa sekarang), jika pasukan Mongol dapat kalahkan Jawa, negara-negara lain di sekitarnya makin mudah tunduk.

Lebih jauh, menurut Kubilai khan sendiri, Nusantara dilumpuhkan dan menjadi perluasan kekuasaan Yuan-Mongol. Dapat menguatkan Dinasti. Berkuasa di jalur perdagangan laut Asia, karena posisi geografis Nusantara strategis untuk perdagangan. Kerajaan Singhasari, Kertanagara tumbang. Singkatnya, ‘Raden Wijaya’ pun tunduk. Peta Nusantara atau Peta Kepulauan Indonesia dirampas menjadi milik Kubilai Khan.

Asal Muasal Nama Indonesia

Diawali oleh Pemerintahan Kerajaan Belanda yang pakai nama Nederlandsch-Indie atau Hinda-Belanda untuk Indonesia semasa penjajahan (dimulai 1602 dan diselingi penjajahan Prancis, Inggris, dan Jepang). Nama ‘Indonesia’ pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Penemunya adalah dua orang Inggris: James Richardson Logan dan George Samuel Windsor Earl.

Saat itu, nama Hindia—nama wilayah kita saat itu—sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri. Earl mengusulkan dua nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri lebih pilih Malayunesia. Sedangkan Logan yang memilih nama Indunesia. Belakangan, Logan mengganti huruf ‘u’ menjadi ‘o’ Jadilah: INDONESIA

Pribumi yang mula-mula gunakan istilah ‘Indonesia’ adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Persbureau. Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk ‘Indonesia’) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (‘Hindia’) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (“pribumi”) diganti dengan Indonesiër (‘orang Indonesia’).

Bila ditelusuri lebih jauh, sejarah mengenai asal mula Negara pakai nama Indonesia juga tercantum dalam judul artikel ‘Tentang Nama Indonesia’ di buku Mohammad Hatta: Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1927-1977).

Nama Indonesia kembali dipopulerkan oleh etnolog Jerman, Adolf Bastian melalui bukunya, Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels dan Die Volkev des Ostl Asien (1884). Pada 1924, pemakaian nama Indonesia dimulai dengan terbitnya koran Indonesia Merdeka milik Perhimpunan Indonesia. Kemudian penggunaan secara nasional bersama-sama terucap dalam ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 hingga akhirnya Negara kita resmi bernama Indonesia melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.