Pariwisata-Indonesia
Perempuan Berkebaya satu suara turun ke jalan memadati kawasan Sudirman hingga Bundaran HI, Jakarta Selatan pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD), Minggu (19/6/2022). / (Foto: Media PI/Dokumen Pribadi)

Pemandangan Tak Biasa di Sepanjang Kawasan Sudirman Sampai Bundaran HI Jakarta, Perempuan Berkebaya Satu Suara Turun ke Jalan Sampaikan Pesan Ini

PariwisataIndonesia.id, Jakarta – Perempuan Berkebaya Indonesia (disingkat PBI) mendorong kebaya masuk dalam warisan budaya tak benda Organisasi Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

“Dalam Kongres Berkebaya Nasional yang diadakan PBI tahun lalu, di antaranya diusulkan soal penetapan Hari Berkebaya Nasional dan pendaftaran kebaya ke UNESCO. Karena itu perlu kita adakan berbagai kegiatan untuk menggaungkan keberadaan kebaya ke dunia dan membangun kecintaan pada busana peninggalan nenek moyang kita ini,” ujar Ketua Umum PBI, Rahmi Hidayati melansir ANTARA di Jakarta, Minggu (19/6/2022).

Sebagai langkah awal memulai pendaftaran kebaya sebagai warisan budaya tak benda itu, PBI bersama Pertiwi Indonesia menggelar acara jalan santai berkebaya pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD), Minggu pagi.

Tak pelak lagi, sejak pukul 07.00 WIB, pemandangan tak biasa terlihat di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman (di depan gedung Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi) sampai Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.

Para perempuan berkebaya itu terlihat hampir memenuhi semua ruas jalan di muka gedung FX Plaza Sudirman dan depan gedung Wisma BNI 46, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan.

Mereka berjalan kaki dari berbagai kalangan usia, dan keseluruhannya satu suara mendukung pendaftaran kebaya untuk ditetapkan jadi warisan budaya dunia dari Indonesia ke UNESCO yang saat ini masih dalam proses.

Pariwisata-Indonesia

Meski demikian, peserta dalam kegiatan tersebut tetap dibatasi paling banyak 2.500 orang, menyesuaikan Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2016.

Selain itu pola jalan sehat juga diatur setiap kelompok untuk meminimalkan penularan Covid-19 mengingat DKI Jakarta saat ini masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 1.

Memerhatikan pelaksanaan CFD hari itu, kawasan Sudirman hingga Bundaran HI tidak dapat dimasuki kendaraan bermotor dari pukul 06.00-10.00 WIB. Begitupula dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) hanya diperbolehkan berjualan di kawasan HBKB dalam jumlah terbatas, agar tidak merintangi gerak peserta yang berjalan sehat.

PKL yang berjualan di dalam kawasan HBKB, kabarnya juga sudah terdaftar dalam sistem Jakpreneur milik Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (PPKUKM) dan dibuatkan lokasi khusus di sebelah FX Plaza. Selama pelaksanaan CFD, PKL selama HBKB diizinkan berdagang hingga pukul 10.00 WIB saja.

“Perlu waktu yang lumayan panjang, mulai dari kajian ilmiah mengenai sejarah kebaya, pembuatan dokumentasi soal kebaya, sampai memproses pengajuan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan,” kata Rahmi Hidayati.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Pertiwi Indonesia, Antarina F Amir mengatakan kolaborasi dengan berbagai organisasi pecinta budaya Indonesia penting dilakukan.

“Agar budaya luhur yang diwariskan turun temurun oleh bangsa kita tetap terjaga kelestariannya dan dapat dikembangkan untuk membangkitkan kebanggaan, kecintaan pada tanah air dan menjadi pengikat persatuan serta kerukunan dalam masyarakat,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Bidang Budaya Pertiwi Indonesia, Miranti Serad juga ikut angkat bicara, bahwa tradisi berkebaya dipadu berbagai kain khas Indonesia juga memberikan kontribusi penting kepada para perajin di dalam negeri serta peningkatan ekonomi UMKM dari hulu ke hilir.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tak mau ketinggalan, selain ikut hadir di acara itu, ia pun setuju dan mendukung perempuan mengenakan kebaya untuk olah raga ‘Gerak Jalan Sehat’.

“Saya sangat mendukung acara ‘Jalan Kaki Bersama Perempuan Indonesia Berkebaya’ karena kami ingin membudayakan berkebaya. Kemudian kedua, kebaya juga dalam proses diajukan ke UNESCO (sebagai warisan budaya dunia),” pungkasnya.

Retno menambahkan, perempuan yang memadati HBKB, menunjukkan betapa kebaya sebagai warisan budaya dunia sangat dicintai masyarakat Indonesia, dan digunakan dalam berbagai kesempatan, termasuk saat berolahraga. (Eny)

Sumber: ANTARA