Halo, Gaes!
Selain keeksotisan gunung api aktif-nya, udah jadi rahasia umum kalo destinasi Pariwisata Indonesia di Bromo juga kaya akan adat istiadat penduduknya. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang bukan hanya untuk menikmati wisata alam, tapi juga wisata budaya dari masyarakat Suku Tengger yang tinggal di sana.
Fyi, Suku Tengger atau biasa juga disebut Jawa Tengger mendiami dataran tinggi di wilayah pegunungan Bromo Tengger Semeru. Masyarakat ini tersebar di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Malang, dan Pasuruan, Jawa Timur.
Agama asli salah satu suku keturunan Kerajaan Majapahit ini adalah Hindu. Dan seperti umat Hindu yang ada di Pulau Bali, masyarakat Hindu Suku Tengger juga memiliki upacara kematian yang dinamakan Entas-entas. Upacara adat ini dilaksanakan untuk menyucikan roh leluhur atau anggota keluarga yang sudah tiada, mengangkat derajat arwah-arwah tersebut, serta mengantarkannya ke Swarga Loka atau tempat yang layak.
Bagi masyarakat Suku Tengger, manusia yang sudah meninggal harus dikembalikan kepada empat unsur alaminya yaitu air, tanah, kayu, dan panas, Gaes. Pengembalian pada unsur air dilakukan dengan prosesi memandikan jenazah yang juga merupakan penghormatan kepada Dewa Baruna atau Dewa Air. Prosesi ini juga dilakukan untuk membersihkan jenazah tersebut.
Simbol pengembalian pada unsur tanah dilakukan dengan proses penguburan jenazah. Proses ini dilengkapi dengan nisan dari kayu pasak yang ditancapkan sebagai simbol pengembalian manusia kepada unsur kayu. Sementara itu, pengembalian manusia pada unsur api dilakukan oleh masyarakat Suku Tengger melalui Upacara Entas-entas.

Upacara Entas-entas emang hampir mirip dengan Upacara Ngaben atau pembakaran mayat di Pulau Bali, Gaes. Bedanya, jenazah yang dibakar dalam Upacara Entas-entas bukanlah jenazah manusia, melainkan petra. Petra adalah boneka kecil yang terbuat dari dedaunan dan bunga-bunga, serta ditandai dengan pakaian orang yang sudah meninggal. Boneka ini merupakan simbol bagi jenazah yang akan di-Entas-entas-kan.
Biasanya, Upacara Entas-entas dilaksanakan pada hari ke-1000 kematian yang dipimpin oleh Romo Dukun Pandhita. Upacara yang pada tahun 2016 telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia ini diawali dengan pembacaan doa dan penyediaan sesajen yang terdiri dari hasil bumi, nasi, pisang, kue-kue, uang, hingga rokok. Ada juga yang menyediakan hewan kurban seperti ayam, itik, kambing, atau kerbau dengan warna putih.
Setelah dibacakan doa, boneka petra dan sesajen pun dibawa dengan gendongan kain untuk diarak keliling desa, menuju tempat yang sudah ditentukan. Selanjutnya, seperti upacara Ngaben di Pulau Bali, boneka-boneka tersebut pun di bakar.
Upacara Entas-entas emang enggak sepopuler upacara adat Suku Tengger lainnya, seperti Upacara Kasada, Gaes. Tapi, upacara ini sayang untuk lo lewatkan ketika sedang berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di kawasan Bromo.
So, jika kebetulan ada upacara ini saat lo berada di kawasan Bromo, jangan lupa saksikan, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply