Karapauw

Upacara Pendewasaan ala Suku Kamoro
Karapauw atau Karapao merupakan upacara pendewasaan yang dilaksanakan oleh Suku Kamoro.(Foto : Khalfani)

Halo, Gaes!

Ngomongin kedewasaan emang relative, ya Gaes ya. Ada yang berpatokan kepemilikan KTP, ada yang berpedoman pada sikap seseorang, ada juga yang mengacu pada tarif yang dibayar di tukang cukur rambut –anak-anak atau dewasa-.

Nah! Salah satu suku di destinasi Pariwisata Indonesia yang ada di Papua Tengah, punya cara tersendiri untuk menentukan kedewasaan seseorang. Namanya, Upacara Karapauw. Penasaran dengan upacara yang satu ini? Simak ulasannya, ya.

Karapauw atau Karapao merupakan upacara pendewasaan yang dilaksanakan oleh Suku Kamoro. Fyi, Suku Kamoro atau Mimika Wee adalah salah satu suku asli yang tinggai di pesisir selatan Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Suku ini terkenal dengan Ukiran Kamoro-nya yang unik dan estetik.

Upacara Karapauw digelar oleh Suku Kamoro antara 5 hingga 7 tahun sekali, Gaes. Tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad ini diikuti oleh banyak anak laki-laki yang berusia 10 hingga 20 tahun atau usia menjelang remaja dan dewasa. Soalnya, proses inisiasi atau pengukuhan menuju dewasa ini emang harus diikuti oleh setiap anak laki-laki Suku Kamoro, tanpa terkecuali, loh.

Tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad ini diikuti oleh banyak anak laki-laki yang berusia 10 hingga 20 tahun (foto : gramedia.com)

Bagi Suku Kamoro, upacara ini termasuk salah satu ritual penting yang besar dan sakral. Dalam penyelenggaraannya, bahkan didirikan bangunan khusus yang akan menjadi tempat pendidikan dan pelaksanaan upacara, Gaes. Namanya Karapauw Kame atau rumah pendewasaan.

Seperti rumah adat Papua pada umumnya, Karapauw Kame dibangun dengan bentuk rumah panggung persegi panjang. Tiang-tiang rumah adat ini menggunakan kayu besi dan mangrove atau pohon buah. Agar terlindung dari hujan dan panas matahari, bagian atap Karapauw Kame ditutupi dengan daun pohon nipah atau sagu. Sementara bagian dinding dan lantainya terbuat dari anyaman pandan hutan (Pandanus sarasinorum).

Karapauw Kame dibangun menghadap ke barat. Ini bukan tanpa sebab, Gaes. Suku Kamoro percaya bahwa semua nenek moyang atau leluhur yang sudah meninggal, akan pergi dan menetap di arah matahari terbenam.

Hal paling penting yang harus ada di depan rumah adat ini adalah Mbitoro atau totem kayu yang diukir menggambarkan leluhur di bagian bawah serta sayap di bagian paling atas. Biasanya, leluhur dalam Mbitoro ini adalah tokoh yang berjasa bagi kampung tersebut dan belum lama meninggal. Tokoh ini dianggap sebagai perwakilan para leluhur, supaya para leluhur yang lain bisa mengikuti perayaan dan menjaga upacara tersebut berjalan lancar, Gaes.

Sst! Uniknya, Karapauw Kame dan Mbitoro ini akan dibongkar serta dihancurkan setelah Upacara Karapauw selesai, Gaes. Lalu 5 hingga 7 tahun yang akan datang, Karapauw Kame dan Mbitoro yang baru akan didirikan ulang.

Upacara Karapauw diakhiri dengan ritual Tauri Karapauw, dimana anak laki-laki diarak sambil memikul noken berisi onaki atau sagu. Tubuh anak-anak ini dirias menggunakan kapur putih dan arang hitam, bulu cenderawasih, dan tanah merah. Mereka juga harus menggunakan baju adat tauri, yaitu rok rumbai yang dianalogikan sebagai rambut kemaluan.

Meski usia dan fisiknya masih muda, anak laki-laki yang sudah menjalani rangkaian Upacara Karapauw dianggap sudah dewasa secara adat, Gaes. Mereka pun mulai siap untuk menjalani berbagai pendidikan, misalnya, tentang adat dan tradisi nenek moyang, cara bertindak sesuai gender dalam kehidupan masyarakat, keterampilan dalam mencari nafkah, kemampuan bertahan hidup, hingga persiapan untuk menjadi pemangku hak adat di masa yang akan datang.

Gimana, Gaes? Upacara ini unik banget, kan? Jika moment lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Papua Tengah bertepatan dengan diselenggarakannya Upacara Karapauw ini, jangan lupa mampir dan saksikan langsung, ya Gaes ya.

Pewarta:  Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023