Halo, Gaes!
Raja Ampat di Papua Barat! Wisatawan lokal maupun mancanegara pasti udah enggak asing dengan destinasi Pariwisata Indonesia yang satu ini. Selain Raja Ampat, Provinsi Papua Barat juga punya banyak destinasi lain yang enggak kalah eksotis. Yes! Keindahan alam provinsi ini emang enggak ada obat.
Bukan hanya alamnya yang indah, loh. Papua Barat juga punya banyak tradisi unik yang sayang kalo dilewatkan, apalagi buat si pecinta wisata budaya. Salah satunya adalah Upacara Kuk Kir Kna atau Tikam Telinga.
Eits! Jangan gagal fokus sama namanya, ya Gaes ya. Meskipun menggunakan kata tikam, upacara ini sebenarnya adalah upacara tindik telinga atau melubangi daun telinga. Pastinya lo udah tahu, kan, tentang kebiasaan melubangi daun telinga pada anak perempuan? Bukan hanya di Indonesia dan Papua Barat, tradisi ini juga dilakukan oleh banyak masyarakat dunia.

Fyi, tindik telinga merupakan tradisi yang sudah lama dipraktekkan oleh umat manusia. Penelitian pada mumi berumur sekitar 5.000 tahun bernama Otzi yang ditemukan di perbatasan Italia-Austria, menunjukkan kalo mumi tersebut menindik telinga untuk memakai perhiasan. Bahkan di penelitian lain, tradisi menindik telinga sudah dilakukan di wilayah Timur Tengah dan Eropa sejak 6.000 tahun yang lalu, loh.
Di masyarakat kuno, tradisi menindik emang punya banyak tujuan, mulai dari simbol kepemilikan, perlindungan dari majikan, hingga bagian dari ritual perdamaian dengan dewa dan dewi. Tapi secara umum, tradisi menindik dilakukan masyarakat untuk membedakan antara antara laki-laki dan perempuan, Gaes.
Di beberapa wilayah, tindik telinga emang menjadi kegiatan yang biasa. Tapi di Papua Barat, tradisi ini punya makna penting. Bahkan dalam pelaksanaannya, dilakukan ritual khusus yaitu Upacara Kuk Kir Kna. Upacara ini hanya dilakukan untuk anak perempuan, terutama anak sulung, yang berusia dua hingga lima tahun.
Sebelum melaksanakan Upacara Kuk Kir Kna, akan dilakukan dansa adat yang diikuti oleh keluarga maupun para tetangga. Semuanya akan menari bekeliling dengan kompak dan gembira, diiringi musik dari sound sistem atau alat musik tradisional seperti Tifa.
Dansa adat ini biasanya dilakukan seharian, Gaes. Tapi beberapa keluarga yang mampu biasanya melaksanakan dansa adat hingga tiga hari tiga malam, loh. Ritual ini diyakini akan melembutkan telinga anak tersebut sehingga memudahkan dalam proses penikaman atau penindikan nantinya.
Telinga yang lembut emang diperlukan, Gaes, soalnya alat yang digunakan dalam proses penindikan ini emang cukup sederhana dan unik. Yaitu buluh bambu yang diruncingkan dan dihaluskan hingga benar-benar tajam.
Oh ya, Gaes, dalam Upacara Kuk Kir Kna, enggak sembarang orang boleh menindik telinga anak tersebut, loh. Biasanya saudara laki-laki dari pihak ibu yang akan melakukannya. Selain menindik, si paman juga harus menyediakan anting-anting emas yang nanti akan dipakaikan.
Selain si paman tadi, keluarga lain dari pihak ibu juga harus menyiapkan berbagai barang untuk diberikan kepada anak perempuan tersebut, mulai dari piring hingga uang. Sedangkan keluarga dari pihak ayah harus menyiapkan bahan makanan mentah, seperti sagu dan kacang hijau.
Di tahun 2017, Upacara Kuk Kir Kna sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, loh. Jika ada keluarga yang sedang melangsungkan upacara ini saat lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Papua Barat, jangan ragu untuk menyaksikan atau bergabung, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply