Sireuw

Pakaian Tradisional dari Destinasi Pariwisata Indonesia di Papua
Sireuw merupakan pakaian tradisonal berupa rok yang digunakan oleh Suku Mangkaruai Robaha-Ansus, Pom, dan Serewen yang ada di Distrik Yapen Barat (Foto : westpapuastory)

Halo, Gaes!

Lo pasti udah tahu tentang Koteka, kan? Pakaian tradisional Papua ini emang udah terkenal, bukan hanya di Indonesia, tapi juga mancanegara. Eits! Tapi selain koteka, Papua juga punya beberapa pakaian tradisional yang lain, loh. Salah satunya Sireuw.

Sireuw merupakan pakaian tradisonal berupa rok yang digunakan oleh Suku Mangkaruai Robaha-Ansus, Pom, dan Serewen yang ada di Distrik Yapen Barat, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Tidak ada catatan pasti kapan Sireuw pertama kali dibuat. Tapi pakaian tradisional ini diyakini sudah ada sebelum adanya industri pakaian modern, Gaes.

Pakaian tradisional ini cukup unik, Gaes, karena terbuat dari manik-manik yang dipasang pada tali, kemudian dianyam. Manik-manik yang digunakan untuk membuat Sireuw berasal dari biji pohon yang oleh warga lokal disebut pohon patibu. Selain biji pohon patibu, ada juga manik-manik yang terbuat dari biji rumput.

Bagi nenek moyang Papua, manik-manik emang merupakan benda sakra yang diyakini memiliki kekuatan magis. Makanya manik-manik sering dipakai untuk menghias benda-benda atau perlengkapan yang akan digunakan dalam ritual adat, Gaes.

Sireuw juga memiliki berbagai motif unik yang punya makna filosofis tersendiri, loh (Foto : kawattimur)

Selain biji pohon, bahan lain yang digunakan untuk membuat Sireuw berasal dari kulit pohon genemo atau melinjo. Melinjo (Gnetum gnemon) merupakan salah satu tanaman berbiji terbuka yang berasal dari Asia Tropik. Lo pasti tahu, kan, kalo daun dan buah dari pohon ini sering dimanfaatkan untuk sayur. Bahkan biji melinjo juga bisa diolah menjadi camilan bernama emping.

Selain kulit pohon genemo, ada beberapa bahan lain yang bisa digunakan untuk membuat Sireuw, seperti kulit kayu semang, mani, mewu, tali pohon tikar, tali rumput laut kusumi, serta kulit kayu atau tali yute. Kulit atau tali kayu ini nantinya digunakan sebagai tali untuk memasukkan biji-biji pohon patibu.

Agar lebih indah, biji-biji pohon ini diwarnai, Gaes. Masyarakat Papua juga mengambil bahan pewarna ini dari alam, seperti warna merah dari tanaman wowaru, warna kuning dari bunga pacar kuku, warna biru dari tanaman buah tinta, serta warna hitam dari cairan hitam cumi atau sotong. Sementara warna putih didapatkan dari warna asli biji pohon patibu.

Selain memiliki warna-warna yang indah, Sireuw juga memiliki berbagai motif unik yang punya makna filosofis tersendiri, loh. Misalnya motif kerangka manusia yang melambangkan terjalinnya hubungan baik dengan leluhur untuk menjaga lingkungan, motif tifa yang merupakan alat musik di berbagai upacara adat, hingga motif burung cenderawasih yang melambangkan keindahan Tanah Yapen di masa lalu, dimana burung khas Papua ini masih banyak beterbangan.

Ada juga motif matahari yang diyakini merupakan dewa atau penguasa alam semesta, motif buaya yang dipercaya sebagai leluhur orang Papua, serta motif hantu laut, dimana masyarakat Yapen yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan meyakini bahwa laut dijaga oleh penghuni atau roh halus.

Meski proses menganyam terdengar mudah, nyatanya menganyam Sireuw cukup sulit, loh, karena tidak hanya menggunakan satu, melainkan delapan atau lebih tali anyaman. Makanya, pakaian tradisional ini biasanya hanya dianyam oleh mama-mama atau perempuan terlatih. Waktu penyelesaiannya juga bervariasi, mulai dari satu hingga empat minggu.

Bagi masyarakat Yapen, Sireuw bukan hanya sekedar penutup tubuh, Gaes. Di masa lalu, pakaian tradisional ini menjadi salah satu alat tukar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, loh. Makanya, Sireuw hanya digunakan untuk menukarkan benda-benda tertentu seperti piring, porselen, parang, kalung perunggu, dan sebagainya.

Sireuw juga menjadi pelengkap dalam mas kawin yang dibayarkan oleh pihak pengantin laki-laki kepada pihak pengantin perempuan. Kalo enggak ada Sireuw, rasanya kurang lengkap, Gaes. Selain itu, Sireuw juga bisa digunakan untuk membayar denda, loh.

Oh ya, Gaes, di tahun 2018, Sireuw sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, loh. Kalo lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Provinsi Papua, jangan lupa membeli Sireuw sebagai cinderamata, ya Gaes ya.

Pewarta:  Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023