Ukiran Kamoro

Seni Ukir Papua Tengah yang Sempat Hilang
Ukiran Kamoro atau yang biasa disebut maramawe merupakan kerajinan tangan Suku Kamoro (Foto : Bisnis Muda)

Halo, Gaes!

Menari, menganyam, dan mengukir emang udah jadi bagian kehidupan suku-suku di Pulau Papua, Gaes. Dari kesenian-kesenian inilah kemudian lahir mahakarya-mahakarya epik. Salah satunya adalah Ukiran Kamoro.

Ukiran Kamoro atau yang biasa disebut maramawe merupakan kerajinan tangan Suku Kamoro. Fyi, Kamoro dapat diartikan sebagai orang yang hidup. Konon, idiom ini digunakan oleh orang mati untuk menyebut orang-orang yang masih hidup di dunia.

Suku Kamoro tinggal secara semi-nomaden di daerah pesisir selatan Kabupaten Mimika, di destinasi Pariwisata Indonesia Provinsi Papua Tengah. Setiap beberapa bulan sekali suku yang mencari makan lewat berburu, berkebun, dan memancing ini, akan berpindah dan membangun rumah sementara.

Bahan baku untuk membuat Ukiran Kamoro sangat beragam, Gaes. Mulai dari kayu bakau, kayu waru, kayu besi, hingga kayu dan akar pohon kiiko alias kepuh (Sterculia foetida). Meski terbuat dari kayu, ada juga Ukiran Kamoro yang diwarnai, Gaes. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami, misalnya biji-biji kecil kecil buah watae atau kesumba keling (Bixa Orellana) untuk mendapatkan warna merah dan daun tanaman rambat seperti ubi jalar untuk mendapatkan warna hijau.

Ukuran ukiran ini bervariasi mulai dari 30 cm hingga 3 meter, tergantung dari benda yang diukir, seperti yamate atau perisai, wemawe atau patung orang, paru atau mangkuk sagu, po atau dayung, sampan, eme atau gendang, patung kecil, hingga mbitoro tiang penggambaran leluhur yang biasanya dipasang di depan rumah adat Karapau. Fyi, Mbitoro adalah totem yang mirip dengan Tiang Bisj buatan Suku Asmat.

Motif-motif dalam Ukiran Kamoro terinspirasi dari makanan, kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Kamoro, hingga tumbuhan dan hewan yang ada di Bumi Cenderawasih, Gaes. Misalnya, penyu, kepiting, ikan, buaya, kelelawar, ular, biawak, awan berarak, kuskus, dan sebagainya. Ada juga motif ukiran bergambar manusia untuk mengenang dan mengabadikan leluhur yang sudah meninggal. Fungsinya mirip-mirip kaya foto gitu, Gaes.

Meski memiliki motif yang serupa, tapi setiap Ukiran Kamoro punya keunikan tersendiri dan berbeda dari yang lainnya. Ini cocok banget buat lo yang suka sama produk-produk limited edition. Selain itu, setiap garis keturunan Suku Kamoro memiliki ciri khas unik yang enggak boleh ditiru oleh garis keturunan lain. Kalo peraturan ini dilanggar, diyakini akan mendatangkan bencana, Gaes.

Bahan baku untuk membuat Ukiran Kamoro sangat beragam, Gaes. Mulai dari kayu bakau, kayu waru, kayu besi, hingga kayu dan akar pohon kiiko (Foto : Nyatanya)

Ukiran Kamaro emang belum se-viral Ukiran Asmat. Tapi Ukiran Kamoro juga memiliki nilai seni yang tinggi. Banyak pecinta seni yang berburu kerajinan tangan ini. Bahkan banyak Ukiran Kamaro yang sudah jadi koleksi di luar negeri, loh.

Fyi, dibalik keindahan dan keunikannya, Ukiran Kamoro pernah sempat menghilang, loh. Hal ini terjadi pada masa penjajahan Kolonial Belanda atau tepatnya pada abad ke-19. Pada masa itu, pihak Belanda melarang pola hidup semi-nomaden dan ritual-ritual Suku Kamoro lainnya. Padahal, Ukiran Kamoro banyak digunakan dalam upacara perpindahan dan ritual adat. Makanya, kegiatan mengukir Suku Kamaro pun sempat terhenti dan mati suri.

Tapi kedatangan Kal Muller (ahli sejarah dan antropolog berkebangsaan Amerika Serikat-Hongaria) ke perkampungan Kamoro pada tahun 1996, membawa perubahan besar. Muller melihat potensi dari kerajinan tangan ini. Maka dengan dukungan dari berbagai pihak, tradisi seni ukir Kamoro pun kembali dihidupkan, Gaes.

Kerajinan tangan Suku Kamoro ini pun mulai dipamerkan dalam berbagai festival, hingga makin viral. Bahkan terdapat yayasan yang memfasilitasi distribusi ukiran ini ke kolektor-kolektor di luar Pulau Papua. Sst! Di tahun 2013, Ukiran Kamoro juga sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, loh.

Harga Ukiran Kamoro sangat bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari ukuran dan kerumitan motifnya. Kalo lo sedang berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Provinsi Papua Tengah, jangan lupa membeli Ukiran Kamoro, ya Gaes ya.

Pewarta:  Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023