Gaylord Nelson
Gaylord Nelson

Hari Bumi untuk Siapa ?

PariwisataIndonesia.id, Jakarta – Hari Bumi (atau Earth Day) diperingati setiap tanggal 22 April, hal itu terungkap dalam situs resminya ‘Earth Day’, untuk selanjutnya Hari Bumi mulai diakui secara luas dengan dikenal sebagai hari aksi mengubah perilaku manusia dengan melakukan perubahan kebijakan lokal, nasional, dan global di seluruh dunia.

Bumi kita sudah semakin tua dan rapuh. Tanpa kepedulian kita semua, maka umur bumi ini akan semakin pendek. Kerusakan lingkungan banyak terjadi di sana-sini. Hal ini tidak terlepas dari ulah manusia yang kurang peduli terhadap bumi. Misalnya, semakin banyaknya pertambangan yang dilakukan di seluruh belahan bumi, perambahan hutan, perburuan satwa yang dilindungi, pemakaian sumber air yang berlebihan dan membuang sampah sembarangan.

Terjadinya berbagai bencana alam yang melanda dunia tidak terlepas akibat kecerobohan umat manusia dalam mengelola bumi. Pemanasan global, pergeseran musim, banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan, pencemaran air yang menyebabkan krisis air bersih, pencemaran tanah, pencemaran udara, serta bencana lainnya merupakan efek dari kecerobohan manusia dalam mengelola lingkungannya.

Hari Bumi diperingati setiap 22 April
Hari Bumi diperingati setiap 22 April

Kita hidup di bumi, namun kehidupan kita tidak membumi. Tagline ini bukan tanpa sebab, terlihat dari ekploitasi sumber daya alam secara berlebihan, ditandai dengan kian banyak dibukanya aneka pertambangan seperti emas, intan, batu bara, minyak, mangan, uranium dan sebagainya. Hal tersebut, tak pelak lagi ikut menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.

Lantara itu, tak jarang bencana longsor di lokasi pertambangan kerap terjadi dan sering menelan korban hingga kehilangan nyawa secara sia-sia. Belum lagi efek dari bekas tambang yang tidak di reklamasi kembali, sehingga menimbulkan kubangan besar dimana-mana. Ibarat pepatah, “habis manis sepah dibuang”.

Apakah semua itu disebabkan karena ketidakmengertian manusia tentang manfaat bumi ini? Atau jangan-jangan karena keserakahan sampai-sampai tak peduli lagi dengan bumi ini?

Asal mula lahirnya Hari Bumi

Peringatan Hari Bumi pertama kali diselenggarakan di Amerika Serikat pada 22 April 1970, yang diprakarsai oleh seorang pecinta lingkungan hidup, Gaylord Nelson. Beliau adalah salah seorang pengajar lingkungan hidup yang juga anggota senat dari Partai Demokrat di Wisconsin, Amerika Serikat.

Pria kulit putih kelahiran Winconsin, 4 Juni 1916 ini begitu teguh pendiriannya dan juga terkenal vokal dalam menyuarakan pelestarian lingkungan. Sebagai politikus ulung, Gaylord Nelson dengan mudah mampu menduduki kursi legislatif. Momen ini dimanfaatkannya dengan baik untuk mengangkat isu lingkungan hidup ke ranah politik. Dia ingin pemerintah Amerika peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup yang menurut pandangannya semakin memprihatinkan. Dia mengusulkan kepada pemerintahnya agar isu lingkungan hidup masuk ke dalam kurikulum resmi di perguruan tinggi.

Kemampuan pria lulusan Sekolah Hukum Universitas Wisconsin dan Universitas Negeri San Jose memang tidak diragukan lagi. Selain dikenal pemberani, mantan Gubernur Wisconsin ini juga dikenal mampu mempengaruhi cara pandang publik. Berkat kepiawaian melobi beberapa orang penting, akhirnya gagasan Gaylord Nelson mendapatkan simpati dan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat.

Pada 22 April 1970, Gaylord Nelson mengadakan aksi turun ke jalan untuk berdemontrasi mengecam para perusak bumi. Majalah Time mencatat, diperkirakan saat itu terdapat sekitar 20 juta manusia yang memadati Fifth Avenue di New York, Amerika Serikat. Aksi puncak ini akhirnya ditetapkan sebagai tonggak sejarah peringatan Hari Bumi. Sejak tanggal itu sampai sekarang, maka setiap 22 April diperingati sebagai Hari Bumi (Earth Day).

Selain Gaylord Nelson sebenarnya ada aktivis lingkungan lainnya yang juga memiliki ide yang sama untuk mengusung hari Bumi, yaitu John McConnell. Pada Oktober 1969, saat acara konferensi UNESCO di San Francisco, dia mengajukan proposal hari libur sedunia dalam rangka merayakan “Kehidupan dan Keindahan Bumi”. Sambil merayakannya, John bermaksud mengajukan “Hari Bumi” (Earth Day) pertama pada 21 Maret 1970.

Alasan John menggunakan tanggal tersebut karena itu merupakan hari pertama musim semi di belahan bumi Utara. Tujuannya adalah untuk mengingatkan umat manusia di dunia betapa pentingnya melestarikan dan memperbaharui ekologi yang mengancam kehidupan bumi.

Gagasan pegiat lingkungan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, bahkan sudah mendapatkan persetujuan Sekjen PBB saat itu, U Than. Sayangnya, sebulan kemudian muncul gagasan lain yaitu dari Gaylord Nelson yang mengimbau masyarakat di Amerika Serikat untuk memperingati Hari Bumi pada 22 April 1970. Ide penentuan hari itu akibat adanya kejadian pencemaran laut oleh tumpahan minyak di selat Santa Barbara pada tahun 1969. Peristiwa itu merupakan pencemaran laut terbesar di Amerika Serikat.

Sambutan masyarakat terhadap usulan Gaylord Nelson ternyata sangat luar biasa. Pada 22 April 1970 itu ada sekitar 20 juta penduduk Amerika Serikat yang memperingati Hari Bumi. Sejak saat itu setiap tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi dengan sebutan “International Mother Earth Day“.

Hari Bumi merupakan momen yang tepat bagi kita untuk menyadarkan orang betapa pentingnya peduli terhadap lingkungan hidup. Sekarang, peringatan Hari Bumi sudah menjadi agenda dunia internasional. Aksi Hari Bumi di seluruh dunia dikordinasi oleh Earth Day Network’s, sebuah organisasi nirlaba yang anggotanya berasal dari berbagai LSM di seluruh dunia.

Bumi ini bukan milik kita

Kita mungkin sering mengklaim kalau bumi ini milik kita. Akibatnya, kita merasa bebas untuk melakukan apa saja terhadap bumi ini tanpa memikirkan dampaknya dikemudian hari bagi generasi mendatang.

Sebagai contoh, ketika membeli sebidang tanah dari seseorang, maka umumnya kita akan menganggap bahwa tanah tersebut mutlak milik kita. Akibatnya, kita merasa bebas memperlakukan tanah tersebut untuk kepentingan kita, misalnya dibuat pabrik yang bahan bakunya mengandung bahan kimia. Limbah dari pabrik tersebut lalu kita alirkan ke sungai dan menganggap hal itu tidak merugikan siapapun. Padahal jelas perbuatan tersebut salah, bisa mencemari sungai dan lingkungan di sekitarnya.

Contoh lainnya adalah pemanfaatan hutan yang salah kaprah. Seorang pengusaha yang sudah memiliki izin dari pemerintah untuk mengolah hutan menjadi tanaman perkebunan, merasa dirinya bebas melakukan apa saja terhadap hutan tersebut. Hutan pun di sulap menjadi aneka tanaman di antaranya pohon karet dan kelapa sawit. Eksploitasi hutan secara besar-besaran tentu akan merugikan karena banyak sekali satwa dan fauna yang terancam punah. Mereka kehilangan habitatnya akibat keserakahan manusia.

Jika kegiatan ekploitasi ini dibiarkan tentu kerusakan bumi akan semakin parah. Bukan mustahil umur bumi akan pendek dan kelangsungan hidup manusia terancam punah.

Tahukah anda sesungguhnya kita tidak memiliki apa-apa di muka bumi ini. Apa yang ada merupakan titipan dari Allah SWT yang sejatinya sebagai pemilik langit dan bumi. Hal ini bisa kita rujuk dari salah satu firman Allah SWT dalam Al-Qur’an (AlHadiid: 57:2) yang artinya: “Dia lah (Allah) saja yang menguasai dan memiliki langit dan bumi; Ia menghidupkan dan mematikan; dan Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Jelas sekali dalam firman tersebut bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pemilik langit dan bumi (tentu dengan segala isinya). Bumi diciptakan Allah untuk manusia, agar manusia bisa hidup dan memeliharanya.

Manusia hanya menumpang di bumi dan diberi tanggung jawab oleh Allah SWT untuk menjadi Khalifah (pemimpin). Sebagai pemimpin, manusia tentunya harus memberikan contoh kepada alam yang ada disekitarnya agar tetap terjaga dan lestari. Tentu saja manusia diperbolehkan mengolah sumber-sumber daya alam yang ada semaksimal mungkin, dengan cara yang baik dan bukan semena-mena merusaknya.

Makna Peringatan Hari Bumi

Peringatan Hari Bumi hendaknya jangan dilakukan sekedar kegiatan yang bersifat seremoni dan sesaat, tetapi dilakukan secara nyata dan berkesinambungan. Hari Bumi hendaknya dijadikan sebagai momentum bagi kita untuk bersama-sama peduli terhadap lingkungan yaitu dengan menjaga agar bumi tidak dirusak.

Fakta yang terjadi di seluruh dunia adalah terjadinya berbagai perusakan lingkungan secara besar-besaran dan tidak terkendali, baik yang dilakukan secara individu maupun korporasi. Dampak kemajuan teknologi juga turut berperan dalam menyumbangkan gas dan zat-zat berbahaya terhadap lingkungan yang kemudian terakumulasi dan mencapai titik yang sangat membahayakan.

Aktivitas menyelamatkan bumi pada awalnya dirancang oleh para penggagasnya agar tumbuh kesadaran di masyarakat terhadap bumi yang ditempatinya. Oleh sebab itu mari kita terus menjaganya, sebagaimana bunyi firman Allah SWT dalam Al-Quran (QS. Al-A’raaf:56), yang artinya, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Langkah kecil menjaga bumi

Kita harus sadar bahwa peduli terhadap lingkungan tidak harus menunggu Hari Bumi. Banyak yang bisa dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Merespons hal ini, tidak sulit dalam menjaga bumi tercinta kita, utamanya ada kemauan dan kesungguhan untuk secara bersama-sama dalam menjaganya. Beberapa langkah kecil dan sederhana yang bisa dilakukan seperti berikut ini:

  1. Mengelola sampah dengan baik, seperti : Membuang sampah pada tempatnya, ·Tidak membuang sampah di sungai atau selokan, Mengolah sampah organik menjadi pupuk, Mengolah sampah kertas menjadi kertas daur ulang, Membuat kerajinan dari limbah sampah, Memisahkan sampah organik dan non organik.
  2. Menghemat energi, seperti :  Mematikan listrik yang tidak dipakai, Memakai listrik hemat energi, Mencabut kabel dari stop kontak ketika pemakaiannya sudah selesai, Jika kita memakai AC, sebaiknya suhunya jangan terlalu dingin Pergunakan sepeda untuk perjalanan jarak dekat, sehingga bisa menghemat energi dan mengurangi polusi udara, Hindari pemakaian minyak tanah untuk memasak, ganti dengan bahan bakar gas, Matikan kran air dan jangan biarkan air menetes terus tanpa jelas pemanfaatannya.
  3. Tidak menggunakan tas plastik saat berbelanja, tetapi menggunakan tas dari bahan alami yang mudah hancur.
  4. Cinta terhadap tanaman, seperti : Menanam pohon dan tanaman lainnya di halaman rumah atau di lahan kosong yang tidak terpakai, Tidak memasang bahan reklame di pohon dengan cara menggunakan paku, Tidak menebang pohon pelindung yang sengaja di tanam di sisi jalan.
  5. Tidak melakukan pembakaran lahan gambut pada saat membuka usaha perkebunan (land clearing).
  6. Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan, terutama saat musim hujan.
  7. Memberikan sosialisasi kepada masayarakat tentang pentingnya merawat bumi, misalnya dengan menulis artikel di media, melalui lukisan, atraksi teatrikal dan lain-lain.
  8. Membuat rumah yang ramah lingkungan, misalnya dengan ventilasi yang cukup, jendela kaca dan lampu taman dari bahan energi matahari.
  9. Melakukan daur ulang bahan-bahan dari kertas, aluminium dan plastik.
  10. Hindari pemakaian sterefoam untuk pembungkus makanan karena susah terurai.
  11. Menggunakan pupuk organik untuk menyuburkan tanaman.
  12. Kurangi pemakaian kertas, karena kertas dibuat dari batang pohon.