Di sini terdapat peninggalan bangsa Jepang dan Belanda yang masih terpelihara hingga kini. Selain itu, Minasan juga dapat menikmati air terjun dan hiking ke Maribaya.
Pengenalan Singkat Mengenai Taman Hutan Raya Djuanda
Taman Hutan Raya Djuanda atau lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Dago Pakar adalah sebuah hutan kota yang berjarak sekitar 3 Km dari terminal Dago. Tahura Djuanda berada di ketinggian 800 sampai 1350 M di atas permukaan laut, apabila anda ingin merasakan keheningan dan kesejukan udara sambil melihat beberapa peninggalan masa penjajahan Belanda dan Jepang di sinilah tempatnya. |
Goa Belanda
Goa Belanda merupakan salah satu situs sejarah yang ada di tempat wisata ini. Minasan dapat menyaksikan peninggalan Belanda dari zaman perang yang masih terpelihara hingga kini.
Menjelang perang dunia II pada awal tahun 1941 kegiatan militer Belanda makin meningkat. Dalam terowongan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok sepanjang 144 meter lebar 1,8 m, dibangunanlah jaringan goa sebanyak 15 lorong dan 2 pintu masuk setinggi 3,20 m, luas pelataran yang dipakai goa adalah 0,6 hektar dan luas seluruh goa berikut lorongnya adalah 547 meter. Selain untuk kegiatan militer, bangunan Goa ini digunakan untuk stasion radio telekomunikasi Belanda, karena stasion radio yang ada di Gunung Malabar terbuka dari udara, tidak mungkin dilindungi dan dipertahankan dari serangan udara. |
Goa Jepang
Selain Belanda, Jepang juga meninggalkan jejak dari zaman perang. Kondisi goa ini tidak sebaik kondisi Goa Belanda yang memang sudah mengalami renovasi. Namun, Minasan tetap dapat menyaksikan peninggalan Bangsa Jepang yang masih ada hingga sekarang.
Setelah Jepang masuk ke Indonesia, tentara Jepang kemudian mengambil alih tempat ini dan membangun gua lainnya sebagai basis pertahanan mereka tidak jauh dari gua Belanda. Jepang menggunakan tenaga kerja paksa sehingga konon tidak sedikit korban yang berjatuhan selama pembuatan gua ini. Saat Jepang menyerah terhadap tentara sekutu, tempat ini adalah pertahanan terakhir bagi tentara Jepang yang ada di Bandung. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, gua inipun terlantar, tertutup oleh semak belukar dan hutan. Sampai kemudian ditemukan kembali pada sekitar tahun 1965, konon pada waktu itu masih banyak ditemukan sisa-sisa peninggalan tentara Jepang seperti senjata dan amunisi di dalamnya. |
Curug Omas
Selain situs sejarah, Minasan juga dapat menemukan air terjun di Taman Hutan Raya Djuanda. Keindahan dan pesona air terjun ini dapat membantu pikiran Minasan menjadi rileks dan melupakan kejenuhan akibat rutinitas sehari-hari.
Curug Omas terletak berdekatan dengan objek wisata Maribaya. Di lokasi ini terdapat fenomena air terjun dari aliran Sungai Cikawari. Di atas air terjun ini terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintasinya. Siapapun yang melintasi jembatan ini sungguh akan merasakan dan menikmati fenomena air terjun yang penuh dengan pesona, terlebih lagi saat wisatawan dapat merasakan ketinggian air terjun yang deras setinggi ±30 meter, dengan melihat ke bawahnya. |
Maribaya
Di hari libur, banyak orang yang datang ke THR Djuanda untuk berolah raga, yaitu melakukan hiking atau berjalan kaki melewati jalan setapak di dalam hutan sepanjang kurang lebih 4 Km menuju Maribaya. Selama perjalanan kita akan disuguhi jalan menanjak dan melewati hutan yang lebat serta sesekali melihat binatang liar seperti monyet, berbagai jenis burung dan serangga. Jalur ini Tahura ke Maribaya menyusuri arah aliran sungai Cikapundung, karenanya di beberapa titik kita dapat melihat air terjun, salah satunya ialah yang disebut sebagai Curug Koleang. Di ujung perjalanan kita akan disuguhi pemandangan air terjun Curug Omas dan taman Maribaya yang indah
————————————————— (Ivone | Beautynesia) |
Leave a Reply