Halo, Gaes!
Selain bertemu dengan sanak keluarga, mudik emang bisa jadi momentum untuk bertemu dengan sahabat dan kawan lama. Sayangnya, terkadang sahabat-sahabat tersebut punya jadwal tersendiri sehingga sulit buat kumpul bareng. Nah! Di destinasi Pariwisata Indonesia yang ada di Kotamobagu, terdapat satu momen yang bisa memfasilitasi itu. Namanya Binarundak.
Binarundak merupakan tradisi yang sudah dilakukan selama puluhan tahun oleh Suku Mongondow yang tinggal di Kotamubagu, Sulawesi Utara. Tradisi ini terinspirasi dari tradisi yang biasanya diadakan oleh masyarakat Jawa Tondano di Minahasa pada hari ke tujuh Idul Fitri, Gaes.
Tradisi Binarundak biasanya diadakan antara hari ketiga hingga seminggu setelah Idul Fitri. Biasanya, tradisi ini diikuti oleh ratusan orang yang terdiri dari para pemudik dan warga yang tidak merantau, Gaes. Selain bermaaf-maafan dan temu kangen, para peserta akan beramai-ramai memasak serta memakan Nasi Jaha.
Eits! Jangan salah paham dulu, ya Gaes ya. Kuliner yang satu ini baik banget, kok. Selain bisa jadi penolong saat kelaparan, Nasi Jaha juga punya cita rasa yang unik. Seperti namanya, kuliner ini memang berbahan dasar nasi. Kalo dilihat sepintas, bentuknya, sih, mirip dengan Nasi Lemang dari Sumatera Barat. Tapi, rasanya tentu berbeda.
Hal yang membuat rasa Nasi Jaha unik adalah penggunaan rempah khusus yaitu jahe. Makanya, pada makanan ini disematkan kata jaha yang merupakan pelafalan jahe oleh masyarakat Suku Minahasa, Sulawesi Utara.

Membuat kuliner khas Sulawesi Utara ini emang susah-susah gampang, Gaes. Kalo enggak teliti, rasanya akan kurang lezat. Hal paling awal yang harus dilakukan adalah proses perendaman beras ketan selama semalaman agar lebih lunak dan cepat matang saat dimasak nanti.
Beras ketan yang sudah direndam lalu dicampur dengan santan, bawang merah, daun jeruk, daun pandan, serai, dan jahe. Pemberian bumbu juga harus sesuai, Gaes. Bumbu yang kurang akan membuat kelezatan Nasi Jaha berkurang, sedangkan bumbu yang berlebihan akan membuat rasa kuliner ini pahit.
Beras berbumbu pun dikukus hingga setengah matang. Proses selanjutnya adalah memasukkan beras ke dalam selongsong bambu yang sudah dilapisi daun pisang, kemudian dibakar hingga matang. Nasi pun dikeluarkan dan dipotong-potong dengan ukuran sekitar 8-10 cm.
Dalam tradisi Binarundak, Nasi Jaha biasanya dihidangkan bersama ikan cakalang fufu, ayam rica-rica, atau gulai daging sapi. Menikmati kuliner ini bersama sahabat lama sambil mendengarkan musik dan ngobrol ringan pasti akan bikin momen mudik menjadi semkain bermakna, ya Gaes ya.
Bukan sekedar menjadi tradisi, Binarundak juga menjadi ikon Kotamobagu, loh. Pada tahun 2014, pemerintah daerah bahkan membangun Tugu Binarundak setinggi 18 meter di jalan Teuku Umar, Motoboi Besar, Kotamobagu.
Hingga sekarang, tradisi Binarundak terus dilestarikan dan diadakan setiap tahun. Karena selain menjadi ajang reuni, tradisi ini juga bisa mempererat tali silaturhami dan kekeluargaan di antara masyarakat Suku Mongondow.
Gimana, Gaes? Tradisi perayaan Lebaran yang satu ini cukup unik, kan? Kalo di kotamu, tradisi apa yang biasanya dilakukan saat Idul Fitri. Komen di bawah, ya!
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply