Pariwisataindonesia.id – Pandemi Corona Virus tentu merupakan suatu hambatan terbesar yang membuat segala sektor usaha di Indonesia menjadi menurun tak terkecuali pariwisata. Seluruh objek wisata terpaksa harus dibatasi di segala sisi, akses masuk, jumlah pengunjung hingga kebiasaan.
Salah satu objek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Kabupaten Bantul yaitu Pantai Parangtritis nampaknya memanfaatkan kondisi tersebut. Pantai yang terkenal dengan keindahan panorama sore serta tarian ombak yang menggulungnya ini memang sering kali menjadi tujuan utama para wisatawan saat mencari pantai di Yogyakarta.
Terlepas dari kondisi pesisir pantai yang penuh dengan sampah, ada poin yang membuat miris dunia pariwisata. Saat Menteri Sandiaga Uno mencanangkan program Pariwisata berstandar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) sayangnya masyarakat pada objek pariwisata unggulan yang satu ini justru memanfaatkan hal-hal tersebut untuk meraup keuntungan.
Saat wartawan Pariwisataindonesia.id meliput ke Parangtritis, terdapat temuan yang mencengangkan. Fasilitas umum berupa tempat pencucian tangan berada dalam kondisi berdebu dan tidak dialiri air. Padahal salah satu fasilitas wajib pendukung protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19 adalah tempat pencucian tangan.


Bagi pengunjung yang ingin mencuci tangan, terpaksa harus mencari keran lain yaitu keran milik perseorangan yang membuka usaha toilet umum, kamar mandi dan kolam renang. Biaya untuk sekali mencuci tangan memang terbilang murah yaitu Rp.2000,- untuk sekali cuci.
Namun, bagi pengunjung yang tidak ingin membayar, bisa menggunakan alternatif lain yaitu menggunakan tempat pencucian tangan yang ada di dalam rumah makan di pinggir pantai.
Selain tempat pencucian tangan, kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M juga terlihat tidak diterapkan, para pengunjung nampak melepas masker mereka saat berada di pesisir pantai serta masih banyak kerumunan. Khawatirnya nanti Parangtritis justru menjadi cluster baru COVID-19 di Yogyakarta, dan bukan tidak mungkin pantai yang menjadi sumber pendapatan warga ini ditutup untuk beberapa hari dan semakin sepi pengunjung.
Leave a Reply