Mengintip Pulau Kelor, Nuansa Klasik Merekam Jejak Masa Kolonial Belanda

Mengintip Pulau Kelor, Nuansa Klasik Merekam Jejak Masa Kolonial Belanda

Pulau Kelor adalah sebuah pulau kecil yang berada dalam gugusan Kepulauan Seribu.  Meskipun pulau di perairan utara Jakarta ini sangat kecil, namun Pulau Kelor menyimpan nilai dan bukti sejarah yang sangat mempesona.

Terletak di wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Pulau Kelor menawarkan pengalaman berbeda bagi pengunjung yang menginginkan liburan seru dengan nilai edukasi tinggi.

Terekam jejak masa lalu zaman kolonial Belanda berpadu dengan keindahan pantai nan cantik.  Tak heran, Pulau Kelor banyak diminati wisatawan, terutama mereka yang menyukai destinasi dengan cerita dan nilai sejarah yang sangat kuat.

Mengintip Pulau Kelor, Nuansa Klasik Merekam Jejak Masa Kolonial Belanda

Di sini terdapat Benteng Martello, berbentuk bundar dan terbuat dari bata merah, yang dibangun era VOC pada abad ke-17, tepatnya sekitar tahun 1850 (berdasarkan data Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta).  Sisa sisa reruntuhan Benteng Martello masih berdiri kokoh, memperlihatkan ketegasan sejarah masa lalu.

Dahulu, Benteng Martello menjadi objek vital Kolonial Belanda, digunakan sebagai pos pertahanan laut oleh tentara Belanda pada abad ke 17 hingga 18.  Pulau Kelor yang letaknya sangat strategis, dijadikan tempat untuk mengawasi kapal-kapal yang keluar masuk Batavia, juga menghadapi serangan Portugis.

Sayangnya, Benteng Martello telah mengalami kerusakan karena abrasi air laut akibat gempa di Jakarta pada tahun 1966 dan letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, sehingga mengakibatkan banyak kerusakan dan menyisakan bagian inti benteng saja.

Mengintip Pulau Kelor, Nuansa Klasik Merekam Jejak Masa Kolonial Belanda

Meski demikian, sisa-sisa dari benteng ini tetap menjadi daya tarik tersendiri.  Tiap sudutnya selalu menarik untuk diabadikan.

Awalnya, pulau ini bernama Pulau Keurkof. Dalam Bahasa Belanda artinya pulau makam.  Dahulu, Belanda menguburkan banyak para tahanannya di pulau ini.  Begitu Indonesia mengambil alih, nama pulau ini pun diganti menjadi Pulau Kelor.

Dua peninggalan masa kolonial Belanda yang masih bertahan hingga saat ini di pulau ini adalah galangan kapal dan Benteng Martello.  Saat ini, Benteng Martello masuk dalam bangunan cagar budaya.

Mengintip Pulau Kelor, Nuansa Klasik Merekam Jejak Masa Kolonial Belanda

Pulau Kelor memiliki banyak daya tarik.  Selain nilai sejarah yang kental, pulau ini juga menawarkan pemandangan laut yang memanjakan mata. Pengunjung dapat menikmati pantai berpasir putih berpadu dengan air laut nan jernih, merasakan suasana tenang dan damai. Duduk santai diatas pasir menikmati semilir angin laut, melihat langit biru membentang diatas laut sambil mendengar deburan suara ombak.

Asyik juga untuk mengelilingi Pulau Kelor sambil berjalan kaki.  Garis pantainya yang tidak terlalu panjang ini, sangat asyik untuk mengitari pulau ini tanpa rasa lelah. Banyak spot kecil dan menarik yang dapat dijadikan tempat berfoto, atau sekedar menikmati pemandangan sambil sesekali meresapi nilai sejarah yang tertinggal.

Mengintip Pulau Kelor, Nuansa Klasik Merekam Jejak Masa Kolonial Belanda

Saat matahari mulai terbenam, menjadi sebuah moment yang sulit dilupakan. Berlatar belakang laut dan reruntuhan benteng, pendaran sinar matahari yang mulai memudar, menciptakan suasana penuh magis, sangat klasik, membingkai aura keindahan penuh keajaiban.

Waktu terbaik berkunjung ke Pulau Kelor adalah pada bulan Mei – September yaitu musim kemarau, agar dapat menikmati suasana pantai yang cerah dan laut yang tenang.  Jangan lupa membawa makanan dan minuman yang cukup.

Mengintip Pulau Kelor, Nuansa Klasik Merekam Jejak Masa Kolonial Belanda

Untuk menuju pulau ini dapat dijangkau melalui Dermaga Muara Kamal atau Marina Ancol. Dari Dermaga Muara Kamal Cengkareng, pengunjung akan naik kapal tradisional atau kapal kayu nelayan dengan waktu tempuh sekitar 25 – 30 menit.  Sementara dari Marina Ancol, akan menaiki Speed Boat yang memakan waktu perjalanan sekitar 15-20 menit, namun tarifnya cukup tinggi.

Nah, atur jadwal untuk wisata ke Pulau Kelor, wisata kombinasi sejarah dan alam yang menjanjikan suasana tenang dan damai serta tidak terlalu ramai pengunjung, namun lokasinya tidak terlalu jauh dari Jakarta yang penuh hiruk pikuk.(*)