Kota Pekanbaru Provinsi Riau menyimpan jejak sejarah yang menarik, di antaranya adalah peninggalan berasitektur khas yang hingga kini masih berdiri.
Peninggalan bersejarah ini nyaris terlupakan, namun cerita di balik kejayaan masa itu masih tersimpan menawarkan kenangan dan romantisme masa lalu. Berikut ini adalah beberapa peninggalan tersebut:
1. Rumah Singgah Sultan Siak
Rumah Tuan Kadi atau lebih dikenal dengan Rumah Singgah Sultan didirikan sekitar tahun 1895 oleh H Nurdin Putih, mertua dari Tuan Kadi H Zakaria.
Dikenal sebagai Rumah Singgah Sultan, karena saat Sultan Syarif Kasim II melakukan perjalanan ke Pekanbaru dari ibu kota Kesultanan Siak di Siak Sri Indrapura akan singgah terlebih dahulu ke rumah ini.
Kemudian, Sultan akan berjalan menuju Masjid Nur Alam (Sekarang Masjid Raya Pekanbaru) melewati Hasyim Straat, sebuah jalan kecil yang berada di samping kiri masjid.
2. Istana Hinggap
Rumah yang dijuluki Istana Hinggap ini juga merupakan kediaman Tuan Kadi Haji Zakaria, seorang mufti Kesultanan Siak pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim, dan yang mengajarkan Sultan Syarif Kasim II perihal ilmu agama Islam.
Menjadi tempat menginap bagi Sultan Syarif Kasim II selama berada di Pekanbaru, sehingga rumah ini memiliki sebuah kamar khusus untuk sultan saat dia menginap di rumah sang guru. Rumah bergaya Indische ini dibangun sekitar awal 1990-an, di masa agresi militer Belanda ke II tahun 1949.
3. Rumah Tinggi (Rumah Tenun)
Sedikit ke hilir dari Rumah Singgah Sultan, terdapat sebuah rumah diperkirakan dibangun pada 1887 milik H Yahya, seorang tauke getah ternama di masa itu. Selama perjuangan merintis kemerdekaan rumah ini banyak memiliki peranan bagi perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejak masa prakemerdekaan hingga masa penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatra Bagian Tengah, sebagai gudang logistik dan dapur umum, serta basis pejuang Fisabilillah. Rumah ini pernah pula didiami salah seorang menantu H Yahya yakni KH Muhammad Syceh, seorang Imam Besar Masjid Nur Alam
Leave a Reply