umi kalsum founder dan ceo media pvk grup,pariwisata indonesia berbasis budaya,CARI PARIWISATA BERBASIS BUDAYA?,DESA BUDAYA PAMPANG,DESA WISATA,DINAS PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR,MEDIA PVK GROUP DENGAN 10 SITUS PARIWISATA DAN E MAGAZINE,MEDIA PVK GRUP,MEDIA RESMI PARIWISATA INDONESIA,MENGENAL LEBIH DEKAT SUKU DAYAK,PARIWISATA INDONESIA,SUKU DAYAK,WEBSITE RESMI PARIWISATA INDONESIA,WISATA BUDAYA,WISATA KALIMANTAN TIMUR
Landmark Desa Budaya Pampang / Ilustrasi foto dari google maps. sumber: Arma Reza

Cari Pariwisata Berbasis Budaya? Ini Bagian dari Salah Satu Janji Pak Sandi Di Awal Masa Jabatan

PariwisataIndonesia.ID – Indonesia ini begitu kaya dan negeri kita bak surga dunia. Terlebih lagi, saat menjejakkan kaki di Pulau-pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Siapapun akan terhipnotis dengan keindahan alam negeri ini yang begitu memesona dan eksotis.

Namun, kali ini, redaksi mengajak Sobat Pariwisata Indonesia untuk menikmati pariwisata berbasis budaya dengan menjelajahi pesona nusantara, khususnya Suku Dayak. Tentu, mau dong?

umi kalsum founder dan ceo media pvk grup,pariwisata indonesia berbasis budaya,CARI PARIWISATA BERBASIS BUDAYA?,DESA BUDAYA PAMPANG,DESA WISATA,DINAS PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR,MEDIA PVK GROUP DENGAN 10 SITUS PARIWISATA DAN E MAGAZINE,MEDIA PVK GRUP,MEDIA RESMI PARIWISATA INDONESIA,MENGENAL LEBIH DEKAT SUKU DAYAK,PARIWISATA INDONESIA,SUKU DAYAK,WEBSITE RESMI PARIWISATA INDONESIA,WISATA BUDAYA,WISATA KALIMANTAN TIMUR
Aktivitas pengunjung di salah satu bangunan di objek wisata Desa Budaya Pampang / Ilustrai foto google map-sumber: Melly maresha

Ayo ke Desa Budaya Pampang. Tepatnya ada di Sungai Siring, Provinsi Kalimantan Timur dan objek wisata ini menjadi andalannya Kota Samarinda.

Tertarik mengenal suku Dayak? Let’s go, cekidot!

Jam operasionalnya buka setiap hari, dimulai dari pukul 14.00-17.00 WITA. Tamu-tamu yang berkunjung ke kawasan ini, karena rasa penasaran dan ingin melihat lebih dekat eksotisme budaya, adat istiadat, dan kehidupan masyarakat suku Dayak.

Makanya, bila ke Kota Samarinda tapi belum mengunjungi Desa Budaya Pampang seperti kurang lengkap. Tak hanya itu saja, bahkan pariwisata yang satu ini terkenal hingga ke mancanegara, loh!

Pemukimannya, memang sarat budaya. Mengonstruksi nilai-nilai kearifan lokal. Sejarah dan tradisi serta nilai budaya leluhurnya masih terjaga baik. Berdecak kagum dan bikin terpana, Sob!

Dalam sejarahnya, cikal bakal terbentuknya Desa Budaya Pampang tidak bisa dilepaskan dari andil suku Dayak Apokayan dan suku Dayak Kenyah. Di tahun 1973, terjadi migrasi penduduk desa long lis Apo Kayan Kabupaten Bulungan ke tempat itu.

Dulunya, kedua suku ini bertempat tinggal di wilayah Malinau dan Kutai Barat. Kemudian, hijrah. Enggan untuk bergabung. Menolak ikut ke wilayah Malaysia. Sudah terpatri di sanubari mereka, karena kecintaannya terhadap Indonesia. Hal tersebut, lantaran jiwa dan semangat nasionalismenya yang bersikukuh, tetap pilih berkewarganegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kala itu, meski harus menempuh perjalanan jauh. Walau terpaksa hidup nomaden bertahun-tahun, mereka tetap melakoni. Demi menyambung hidupnya, singgah di tempat-tempat yang dilalui sembari berladang sampai akhirnya, tiba di wilayah Sungai Siring.

Mengetahui perjuangan dan kegigihan mereka (saat itu, Pemdanya masih dipimpin oleh Gubernur Kaltim, HM Ardans yang menetapkan kawasan ini menjadi Desa Budaya di bulan Juni 1991, red). Pemerintah daerah meminta agar memelihara dan melestarikan adat istiadat serta budaya suku Dayak.

Akhirnya, berkat kawasan ini ditetapkan menjadi “Desa Budaya Pampang” banyak didatangi oleh tamu-tamu VIP ketika melakukan kunjungan kerja ke Kakimantan Timur, termasuk turis mancanegara.

Memperhatikan animo dari turis mancanegara dan para pengunjung yang datang semakin tinggi. Gubernur Ardans berpikir untuk melakukan pembinaan agar memiliki pendapatan lain dengan cara mengembangkan potensi lainnya, seperti membuat aneka cinderamata yang menarik.

Nantinya, kedatangan Sobat Pariwisata di sini, akan disambut masyarakat Apokayan dan Kenyah. Mereka tersebut tinggal di kawasan itu dan menetap di sekitar Rumah Lamin berbentuk panggung, salah satu rumah adat khasnya suku Dayak.

Bersambung ke halaman berikutnya
Kalau beruntung, bahagianya tiada tara. Pasalnya .. “