Halo, Gaes!
Lo pasti udah enggak asing dengan nama emping, kan? Panganan sejenis kerupuk ini bisa lo temuin saat berkunjung ke berbagai destinasi Pariwisata Indonesia. Emping cocok banget buat dijadikan camilan atau topping soto, bubur ayam, nasi goreng, nasi kuning, nasi uduk, gado-gado, hingga lontong sayur.
Tapi, Gaes, ternyata emping bukan cuma berasal dari buah melinjo (Gnetum gnemon). Di Provinsi Bangka Belitung, tepatnya di Pulau Belitung ada emping yang berasal dari beras, loh. Sesuai namanya, emping beras memang terbuat dari beras.
Emping beras merupakan salah satu warisan nenek moyang masyarakat Belitung, terutama masyarakat yang disebut sebagai Orang Darat. Masyarakat ini menjadikan bidang agraris sebagai sumber kehidupan mereka. Makanya, enggak heran kalo banyak tradisi dan budaya yang lahir dari bidang ini.
Meskipun merupakan makanan khas, emping beras di Belitung enggak bisa lo temukan sepanjang waktu. Kuliner ini biasanya disajikan dalam tradisi maras taun (memotong tahun). Tradisi masyarakat agraris ini merupakan acara yang diselenggarakan untuk mengakhiri masa satu tahun berladang dan mengawali masa tanam di tahun yang baru. Selain itu, tradisi ini juga merupakan perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.
Dalam tradisi maras taun, pembuatan emping beras akan melibatkan banyak orang hingga ada istilah gawai ngemping beras yang artinya merayakan bersama-sama untuk membuat emping beras. Selain untuk syukuran, kegiatan ini juga akan semakin mengeratkan hubungan antar anggota masyarakat.
Tidak ada batasan umur dan jenis kelamin dalam kegiatan pembuatan emping beras. Tua, muda, laki-laki, dan perempuan semua berkumpul dan saling berbagi tugas. Ada yang menyangrai, menumbuk, menapih, hingga membuat adonan.
Oh ya, Gaes! Meski memiliki nama emping beras, tapi bahan baku kuliner ini adalah gabah atau bulir padi yang sudah telepas dari tangkai dan masih berkulit. Gabah-gabah ini dicuci kemudian disangrai atau digoreng tanpa minyak hingga meletup-letup.
Seperti emping melinjo, emping beras pun harus melalui proses pemipihan. Tahap ini dilakukan setelah gabah selesai disangrai. Untuk memipihkan gabah dibutuhkan alat berupa lesung (alat penumbuk padi) dan alu untuk menumbuk. Proses penumbukan ini juga dilakukan bersama-sama dan bergantian, Gaes, sehingga tidak terasa lelah. Biasanya, proses ini dilakukan oleh kaum laki-laki.
Setelah proses penumbukkan, emping beras yang sudah pipih pun dipisahkan dari ampasnya. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan tapis (menapis). Selain tapis, ada juga yang membersihkan beras dengan cara mengayaknya.
Tidak seperti emping melinjo, emping beras enggak perlu digoreng, Gaes. Cara penyajian kuliner ini yaitu dengan mencampur emping beras, kelapa parut, dan air gula merah hingga kekentalan tertentu. Emping beras pun siap dihidangkan bersama lepat (sejenis lontong dari campuran beras ketan dan santan). Perpaduan rasa gurih dan manis dari sajian ini bakal bikin lo ketagihan, pengen lagi, lagi, dan lagi.
Fyi, sejak tahun 2018 emping beras Belitung sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, loh. Keren banget, kan?
Gimana? penasaran dengan camilan yang satu ini? Saat mengunjungi destinasi Pariwisata Indonesia di Bangka Belitung, jangan lupa mencicipi hidangan yang satu ini. Eits! Pastikan juga lo datang saat musim panen, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply