Pariwisata Indonesia
Dalam Bahasa Indonesia, Bau Nyale dapat diartikan sebagai menangkap nyale atau jenis cacing laut. (Sumber : tfamanasek.com)

Menangkap Jelmaan Puteri Mandalika

Pariwisata Indonesia Tawarkan Keseruan Unik di Pantai Lombok

Pariwisata Indonesia Tawarkan Keseruan Unik di Pantai Lombok

Aloha, Sea Lovers!

Pariwisata Indonesia khususnya di kawasan laut dan pantai emang jadi salah satu tempat favorit buat healing. Lo bisa melakukan beragam aktivitas mulai dari diving, snorkeling, surfing, main voly pantai, atau sekedar menyalurkan hobi fotografi. Tapi kalo lo lagi nyari aktivitas laut yang berbeda, gue nyaranin untuk datang ke Festival Bau Nyale di Lombok.

Dalam Bahasa Indonesia, Bau Nyale dapat diartikan sebagai menangkap nyale atau jenis cacing laut yang termasuk dalam filum Annelida (annelida diambil dari bahasa latin, annelus yang berarti cincin kecil). Jenis annelida memiliki tubuh bersegmen seperti rangkaian cincin atau gelang dan tinggal di tanah lembab, serta perairan laut dan tawar. Nyale sendiri senang hidup di lubang-lubang batu karang yang ada di dasar laut dan keluar pada saat air sedang surut.

Awalnya, Festival Bau Nyale merupakan tradisi masyarakat Suku Sasak, yang merupakan suku terbesar yang mendiami Pulau Lombok. Tradisi yang menjadi acara tahunan ini diyakini sudah dilangsungkan sekitar 16 abad yang lalu dan enggak lepas dari legenda Puteri Mandalika.

Alkisah, di Lombok hidup seorang puteri yang cantik dan baik hati bernama Mandalika. Karena kecantikan hati dan fisiknya, banyak pangeran di berbagai kerajaan di Lombok yang berebut ingin mempersunting sang puteri. Karena terlalu banyak, Puteri Mandalika jadi galau, Gaes. Kalo sang puteri memilih salah satu pangeran, dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan bahkan memicu peperangan.

Setelah bersemedi, Puteri Mandalika pun mengambil keputusan. Dia mengundang semua pangeran dan seluruh rakyat untuk datang ke Pantai Seger. Acara meet up itu dijadwalkan sebelum subuh pada tanggal 20 bulan ke-10 dalam penanggalan Suku Sasak.

Ketika pangeran-pangeran dan rakyat sudah berkumpul, Puteri Mandalika bersama para prajuritnya muncul dan naik ke atas batu karang. Puteri tersebut mengumumkan bahwa dia tidak bisa memilih salah satu pangeran. Sang puteri pun menyatakan bahwa dirinya adalah milik seluruh rakyat dan dia rela mengorbankan diri untuk kedamaian.

Setelah itu, Puteri Mandalika menceburkan diri ke laut. Meski para prajurit, pangeran, dan rakyat berbondong-bondong mencari di perairan tersebut, Puteri Mandalika tetap enggak bisa ditemukan. Yang muncul justru ribuan nyale berwarna-warni.

Masyarakat Suku Sasak percaya bahwa nyale-nyale tersebut merupakan jelmaan Puteri Mandalika. Sementara warna-warni nyale diyakini disebabkan oleh selendang sang puteri yang berwarna-warni.

Di masa lalu, Bau Nyale hanya dilakukan oleh Suku Sasak di Pantai Seger, Lombok Tengah. Tapi saat ini, masyarakat Lombok pun ikut menggelarnya di pantai-pantai lain yang ada di Pulau Seribu Masjid itu. Bahkan para wisatawan juga boleh ikut seru-seruan bareng menangkap nyale-nyale ini.

Tonton deh video seru Festival Bau Nyale di Channel CEK CUS berikut ini :

Kalo mau mengikuti festival ini, lo harus datang ke Lombok sekitar bulan Februari dan Maret karena Bau Nyale biasanya diadakan pada bulan-bulan tersebut. Selain itu, lo juga harus datang pagi-pagi buta atau sekitar pukul tiga dini hari.

Sebelum melaksanakan Bau Nyale, akan ada upacara dan ritual khusus yang dilakukan para tokoh adat. Selepas itu, masyarakat diperbolehkan turun ke laut untuk mulai menangkap nyale.

Lo hanya butuh perlengkapan sederhana dalam kegiatan ini, yaitu sorok atau jaring dengan lubang tipis dan ember kecil. Selanjutnya, nyale yang udah ditangkap bisa dimakan langsung atau diolah menjadi beragam makanan lezat, seperti pepes, kuah santan, rempeyek, hingga sambal.

Olahan nyale menjadi salah satu hidangan favorit masyarakat Lombok, baik orang dewasa hingga anak-anak. Menurut penelitian, nyale kaya akan protein hewani. Kadar kalsium pada nyale juga disebutkan lebih tinggi daripada susu sapi. Bahkan di Tiongkok Selatan, nyale sudah lama digunakan untuk obat tradisional.

Selain untuk konsumsi, nyale juga disebar di lahan pertanian masyarakat. Hal ini diyakini akan meningkatkan kesuburan tanah sehingga hasil panen akan melimpah.

Oh ya, Gaes. Karena keunikan dan pengaruh luasnya, pada tahun 2018 tradisi Bau Nyale ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.

Gimana, Gaes? Udah penasaran ingin ikut Festival Bau Nyale? Yuk, jadwalin liburan lo destinasi Pariwisata Indonesia yang satu ini, untuk menikmati keseruan bersama warga Lombok untuk menangkap jelmaan Puteri Mandalika. (Anita)

Pewarta:  Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2022