PariwisataIndonesia.id – Keberagaman yang dirajut dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” disebabkan karena bangsa ini diwarnai oleh berbagai macam perbedaan, sekaligus untuk menegaskan meski berbeda-beda tetapi pada hakikatnya Indonesia tetap satu kesatuan.
Mengutip data resmi yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010, menyebutkan bahwa ada lebih dari 300 kelompok suku bangsa di Indonesia yang tersebar di wilayah Sabang sampai Merauke, yang jika dirinci, suku-suku yang mewarnai bangsa ini jumlahnya mencapai 1.300-an.
Dengan demikian, secuil makna di balik slogan “kebhinnekaan” tersebut sebagai pertanda, bahwa Indonesia adalah bangsa yang multikultur, yang memiliki tantangan keberagaman suku bangsa, budaya, bahasa daerah, agama dan kepercayaan, ras maupun antargolongan di masa mendatang.
Lantaran pluralisme tersebut, Indonesia disebut sebagai bangsa yang besar dan disegani dunia.
Untuk mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan di Tanah Air, salah satu upaya yang didorong oleh redaksi Media Pariwisata Indonesia dengan mengajak generasi muda mau mencintai kebudayaannya sendiri.
Pasalnya, “Pariwisata Indonesia” juga tidak bisa dilepaskan dari kesenian dan kebudayaan, termasuk tarian dari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang begitu beraneka ragam.
Sobat Pariwisata Indonesia, tari tradisonal adat di Provinsi Sultra, saat sekarang, masih tetap ada. Bagaimana di dua puluh tahun ke depan? Tiga puluh tahun lagi, akankah tarian ini tetap menggema dan masih diminati alias tak hilang dimakan zaman?
Di sisi lain, perkembangan kesenian tari terus bermunculan dan semakin kekinian. Lalu, siapa pula yang akan mewarisi semua ini kelak?
Bersambung ke halaman berikutnya
Artikel kali ini, menyuguhkan tiga tarian tradisional .. “
Leave a Reply