Penemuan Situs Watu Kencur, Diyakini Bangunan Pemujaan Zaman Majapahit

Struktur bangunan suci peninggalan leluhur yang unik dan rumit ditemukan oleh tim Ekskavasi Situs Watu Kucur Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim) setelah melakukan ekskavasi selama 10 hari.

Dikabarkan oleh Solopos, Minggu (28/11/2021) Situs Watu Kucur terdapat di Desa Dukuhdimoro, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Provinsi Jatim. Situs ini terdapat di lahan perkebunan tebu milik Setyo Budi, warga desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jatim.

Penemuan yoni dan lingga di bagian selatan Situs Watu Kuncur membuat arkeolog menyimpulkan tempat ini merupakan aera pemujaan. Dijelaskan oleh Ichwan, situs ini diperkirakan merupakan tempat pemujaan pada zaman Majapahit.

Ichwan menambahkan pada zaman Majapahit, yoni dan lingga identik dengan agama Hindu beraliran Syiwa. Karena itu, situs ini dipercaya sebagai tempat peribadatan bagi pemuja Dewa Syiwa.

“Dari aspek Siwaistis, lingga dan yoni hubungannya dengan pemujaan. Lingga representasi Dewa Syiwa laki-laki, sedangkan yoni representasi Dewi Parwati perempuan. Menyatunya laki-laki dan perempuan melambangkan kesuburan,” terangnya.

Selain melihat dari penemuan artefak, adanya bagian bangunan yang menjorok ke arah barat sebagai tangga menuju ke ruangan suci menunjukkan adanya kegiataan pemujaan pada masa silam. Pasalnya Bangunan keagamaan (kuno) di Jatim secara umum menghadap ke barat.

Walau begitu, hingga hari ini tim arkeolog masih belum bisa memastikan tempat pemujaan yang berada di Situ Watu Kuncur. Pasalnya mereka belum menemukan petunjuk apapun mengenai prioderisasi struktur purbakala itu.

“Kami belum bisa memastikan apakah dari masa Majapahit atau sebelum Majapahit. Karena kami belum dapatkan informasi, baik berupa inskripsi angka tahun di sini, maupun objek ini disebutkan dalam Prasasti apa, dibangun pada masa siapa,” jelasnya.

Dikabarkan Memorandum, Pamong Ahli Budaya BPCB Propinsi Jatim, Andi M. Said menyatakan model situs seperti ini bisa tergolong mirip dengan Candi Gentong Trowulan yang berdekatan dengan Candi Brahu. Walau begitu, mereka perlu memastikan apakah memang ada kemiripan dengan Situ Watu Kuncur.

Lokasi situs ini memang berada sebelah barat Candi Brahu dengan kedekatan yang tidak terlalu jauh. Keduanya juga masuk dalam kawasan yang diyakini termasuk wilayah Kotaraja Majapahit.

Situs Watu Kuncur memang salah satu dari sekian banyak situs yang berada di kawasan cagar budaya nasional Trowulan. Sementara Candi Brahu merupakan salah satu peninggalan zaman Kerajaan Majapahit yang memiliki sejarah panjang karena dibangun oleh Mpu Sindok pada 939 Masehi.

Tim arkeolog menyatakan situs ini memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan pariwisata. Sehingga pihaknya akan mengupayakan pelestarian dari tempat ini.

“Nanti kami rekomendasikan untuk pelestarian. Ini perlu dilindungi dengan pelindung supaya tidak rusak,” pungkasnya.

Eskavasi lanjutan?

Belum lengkapnya proses eskavasi, membuat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang berencana melakukan eskavasi lanjutan terhadap Situs Watu Kuncur pada 2022 mendatang.

Dikabarkan oleh koranmemo, pelaksanaan eskavasi ini masih menunggu kepastian dari didok (disahkan) anggaran APBD 2022. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang, Agus Purnomo menyatakan anggaran yang diusulkan ekskavasi selanjutnya sekitar Rp324 juta.

Dalam APBD 2022, dana ini akan masuk dalam kegiatan ekskavasi situs Sumberbeji dan situs lainnya. Namun hal ini masih menunggu kepastian dari pengesahan APBD 2022 dari Bupati Jombang, Mundjidah Wahab.

“Kami belum bisa memastikan disahkan berapa, namun yang jelas untuk kegiatan ekskavasi kita usulkan segitu,” ungkap Agus melalui Iswahyudi Hidayat, Kasi Cagar Budaya dan Permusiuman Jombang.

Sementara itu bila pelaksanaan ekskavasi lanjutan dipaksakan berjalan tahun ini akan menimbulkan kesulitan karena tidak adanya anggaran. Pasalnya anggaran ekskavasi akan dialihkan ke Situs Pandegong yang terletak di Desa Menganto Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang, dengan nominal sekitar Rp62 juta.

Pelaksanaan program ekskavasi ini akan dilakukan pada November dan rencana kegiatannya sudah dipersiapkan. Tinggal menunggu tenaga ahli yang direkomendasikan oleh Kemendikbud dan BPBC.

Pelaksanaan ekskavasi Situs Pandegong ini bisa saja mundur tergantung rekomendasi pemerintah pusat. Mereka telah mengirimkan surat kepada Kemendikbud dan berharap mendapat jawaban atas permintaan tersebut.

Permintaan percepatan ekskavasi ini dilakukan agar tidak terkendala dengan musim hujan yang biasanya terjadi pada bulan Desember. Hal ini juga sama saat membahas Situs Watu Kucur, kegiatan ekskavasi ini dilakukan untuk mengetahui denah dan ukuran asli.

“Di Situs Pandegong pernah dilakukan penggalian beberapa tahun lalu oleh beberapa orang. Untuk itu, tujuan kami melakukan ekskavasi adalah melakukan penyelamatan terhadap situs situs bersejarah di Jombang,” papar Iswahyudi.