Rumah Adat Jew sering juga disebut Rumah Adat Je atau Jeu atau Ya. Dalam Bahasa Suku Asmat, Jew berarti roh atau spirit. (Foto : goodnewsfromindonesia)

Rumah Adat Jew

Rumah Pendidikan untuk Para Bujang Suku Asmat

Rumah Pendidikan untuk Para Bujang Suku Asmat

Halo, Gaes!

Banyaknya suku emang menjadikan Nusantara kaya akan kebudayaan dan tradisi, termasuk rumah adat. Bahkan dalam satu pulau, terdapat rumah adat yang beragam. Nah! Kali ini, gue mau ngajak lo terbang ke destinasi Pariwisata Indonesia yang ada di Provinsi Papua Selatan untuk menengok rumah adat Suku Asmat yaitu Rumah Adat Jew.

Rumah Adat Jew sering juga disebut Rumah Adat Je atau Jeu atau Ya. Dalam Bahasa Suku Asmat, Jew berarti roh atau spirit. Pemberian nama ini dikarenakan Rumah Adat Jew dianggap menjadi jiwa yang bisa menggerakan kehidupan bersama masyarakat Suku Asmat, Gaes.

Hal ini sesuai dengan fungsi Rumah Adat Jew, yaitu sebagai tempat untuk melakukan musyawarah terkait urusan masyarakat, menyelesaikan perselisihan antar warga, merencanakan upacara atau pesta adat, pelaksanaan upacara-upacara adat, hingga menerima tamu-tamu dari luar kampung.

Sst! Ternyata Rumah Adat Jew juga memiliki nama lain, loh, yaitu Rumah Bujang. Untuk penamaan yang satu ini didasarkan pada penghuni yang tinggal di rumah adat ini. Yes! Rumah Adat Jew emang diperuntukan bagi kaum pria mulai dari usia remaja hingga menikah.

Bukan sekedar tinggal, di rumah adat ini para pria juga mendapatkan mendapatkan pendidikan dari para tetua, loh. Di zaman dulu ketika masih sering terjadi perang antar suku di Papua, pendidikan ini juga mencakup strategi perang serta pengenalan alat-alat perang, Gaes.

Tapi di masa sekarang, pendidikan yang didapatkan adalah cara pengolahan sumber daya alam menggunakan teknologi yang ada, sejarah tentang leluhur dan tokoh-tokoh pahlawan Suku Asmat, nilai-nilai luhur dalam menjaga hutan dan alam, hingga berbagai kesenian, seperti menyanyi, menari, memainkan tifa, dan memahat.

Ternyata Rumah Adat Jew juga memiliki nama lain, loh, yaitu Rumah Bujang. (foto: kompasiana.com)

Penamaan Rumah Bujang juga menjadi alasan para kaum perempuan terlarang memasuki rumah ini, Gaes. Tapi ada saat-saat tertentu dimana perempuan diundang untuk datang, misalnya saat diadakannya upacara atau pesta adat. Selebihnya, para wanita akan tinggal di rumah tysem (rumah keluarga) bersama anak-anak dan para pria yang sudah tidak bujang.

Seperti rumah-rumah adat lainnya, Rumah Adat Jew juga memiliki berbagai persyaratan dalam pembangunannya. Yang pertama adalah harus menghadap ke arah matahari atau sejajar dengan aliran sungai. Posisi sejajar dengan aliran sungai merupakan tradisi nenek moyang yang terus dijaga, dimana pada masa ketika sering terjadi peperangan, rumah di dekat sungai akan memudahkan dalam mengintai musuh.

Syarat yang kedua adalah banyaknya pintu, tungku dan Mbis (patung leluhur Asmat) dalam Rumah Adat Jew harus disesuaikan dengan jumlah keluarga yang tinggal di sana. So, semakin banyak anggota keluarga, maka semakin panjang rumah adat tersebut. Biasanya, Rumah Adat Jew memiliki lebar 10 meter dengan panjang antara 15 hingga 60 meter, Gaes. Wah, panjang banget, kan?

Dan syarat ketiga adalah tersedianya berbagai benda sakral di rumah tersebut, mulai dari patung Mbis, noken, perahu roh (Wuramon), baju-baju roh (ifi atau yipawer), tombak perang, perisai perang, tifa, dan benda-benda sakral lainnya.

Bahan baku yang digunakan untuk membuat Rumah Adat Jew banyak terdapat di alam Papua, seperti kayu besi yang tahan akan perubahan cuaca dan air laut untuk bagian rangka, kulit kayu untuk lantai, dan daun nipah atau daun sagu yang sudah dianyam untuk bagian atap dan dinding. Karena tidak bisa bertahan lama, bagian atap, dinding, dan lantai rumah biasanya diganti setiap 5 tahun sekali, Gaes.

Salah satu keunikan Rumah Adat Jew adalah tidak adanya paku yang digunakan dalam pembangunan rumah ini. Nah! Untuk menyambungkan satu bagian dengan bagian yang lain digunakan akar rotan yang dililitkan. Selain itu, Rumah Adat Jew juga terbukti tahan akan gempa, loh!

Bagi masyarakat Suku Asmat, leluhur dan nenek moyang mereka telah menyelaraskan diri dengan alam. Sementara, alam menjadi penyedia bahan dalam pembangunan Rumah Adat Jew. Makanya, masyarakat Suku Asmat percaya bahwa leluhur dan nenek moyang mereka melindungi dan menjaga Rumah Bujang tersebut.

Gimana, Gaes? Unik banget, kan, rumah adat yang satu ini? So, kalo lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Papua Selatan, jangan lupa melihat langsung Rumah Adat Jew, ya Gaes ya.

Pewarta:  Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023