Halo, Gaes!
Bagi beberapa orang, batu emang bukanlah barang berharga. Benda yang satu ini bahkan sering dipandang sebelah mata. Eits! Tapi ini enggak berlaku di destinasi Pariwisata Indonesia yang ada di Kabupaten Sentani, Provinsi Papua, loh. Di sini, batu jadi benda yang sangat penting. Penasaran? Simak artikel berikut sampai selesai, ya!
Kali ini gue mau spill salah satu kerajinan tangan Suku Sentani, yaitu Tomako Batu atau Kapak Batu. Seperti namanya, benda yang satu ini emang berbentuk seperti kapak, berbentuk pipih lonjong dengan panjang 10 hingga 30 cm. Permukaan kapak ini sangat halus dan mengkilap karena dipoles dengan teliti dan sangat hati-hati.
Bahan baku untuk membuat Tomako Batu tidak diperoleh dengan sembarangan, Gaes, melainkan diambil langsung dari bongkahan batu di Pegunungan Cycloop. Fyi, Pegunungan Cycloop adalah pegunungan di Provinsi Papua yang membentang sepanjang 36 kilometer dengan puncak tertinggi berada di ketinggian 1.970 mdpl.
Kerajinan Tomako Batu diperkirakan sudah ada sejak zaman prasejarah dan masih bertahan hingga saat ini, loh. Dalam cerita rakyat Sentani, kapak batu ini merupakan simbol dari seorang nenek bernama Sumda yang berkuasa dan menjadi ratu di daerah Demta, yang saat ini menjadi Distrik Demta, Kabupaten Jayapura.
Konon, tubuh nenek yang memiliki julukan nenek raksasa ini dilapisi oleh perisai atau tameng berupa batu-batu. Tameng inilah yang melindungi Sumda dari serangan musuh. Makanya, batu menjadi salah satu benda paling berharga bagi Sumda dan berlanjut kepada masyarakat Suku Sentani.
Bagi masyarakat Suku Sentani, Tomako Batu ini juga memiliki gender, Gaes. Tomako Batu laki-laki memiliki warna biru kehijauan dan biasa disebut Hawabhu. Sementara Tomako Batu yang berwarna hitam adalah kapak perempuan yang disebut Nokombu.
Eits! Tapi Tomako Batu bukan kapak sembarang kapak, loh. Bagi masyarakat Suku Sentani, Tomako Batu menjadi salah satu benda yang wajib ada sebagai mas kawin, selain manik-manik dan uang. Mas kawin ini nantinya diserahkan oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan, Gaes.
Tidak ada aturan resmi berapa banyak Tomako Batu yang harus diserahkan. Semua tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Biasanya, sih, kapak batu yang dijadikan seserahan berjumlah dua hingga tiga karung. Kalo dirupiahkan, harganya bisa mencapai 150 juta, loh!
Yes! Enggak perlu kaget. Tomako Batu emang punya nilai ekonomis yang tinggi. Sebuah kapak batu ini bisa dihargai mulai dari 500 ribu hingga satu juta rupiah. Sementara untuk batu yang dijadikan mata kalung dihargai sekitar 50 ribu rupiah perbuah.
Nilai mas kawin ini tentunya akan lebih tinggi lagi jika yang dilamar adalah anak gadis dari Ondoafi atau Kepala Suku, Gaes. Selain benda-benda yang udah gue sebutin di atas, si peminang juga harus melengkapinya dengan ebha atau gelang batu. So, kalo ditotalin semua mas kawin tersebut bisa mencapai angka 300 juta rupiah.
Fyi, Tomako Batu yang dijadikan mas kawin pada masa lalu, memiliki sisi-sisi yang tajam. Karena pada masa tersebut selain menjadi seserahan pernikahan, kapak batu juga digunakan sebagai alat untuk memotong dan melindungi diri dari serangan musuh dan hewan buas. Di masa sekarang, sisi-sisi tajam ini dibentuk menjadi tumpul karena fungsi Tomako Batu mulai mengalami pergeseran, yaitu hanya sebagai mas kawin, alat untuk membayar denda, dan untuk hadiah.
Oh ya, Gaes. Sejak tahun 2015, Tomako Batu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, loh. Kalo lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Papua, jangan lupa membeli Tomako Batu untuk dijadikan cinderamata, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply