Halo, Gaes!
Kain tenun! Lo pasti udah enggak asing dengan kerajinan tangan yang satu ini, kan, Gaes? Kain ini dibuat dengan teknik yang sederhana banget, yaitu dengan menggabungkan benang secara melintang dan memanjang.
Di Indonesia, keberadaan kain tenun tradisional diperkirakan udah ada sejak zaman Neolitikum atau sekitar 3000 tahun yang lalu, loh. Dugaan ini diperkuat dengan berbagai peninggalan prasejarah berupa alat pemintal hingga berbagai kain tenunan.
Kain-kain tenun ini terus berkembang dan menjadi salah satu keterampilan yang diwariskan secara turun temurun. Termasuk Tenun Ikat Tanimbar dari destinasi Pariwisata Indonesia di Tanimbar, Provinsi Maluku.
Di masa lalu, perempuan Tanimbar yang hendak menikah harus terlebih dahulu mahir dalam menenun, Gaes. Makanya, menenun kain menjadi salah satu aktivitas harian yang dilakukan oleh kaum perempuan dari usia muda hingga tua.
Eits! Tapi ada waktu-waktu dimana kegiatan menenun tidak boleh dilakukan yaitu saat ada anggota keluarga yang meninggal. Masyarakat Tanimbar percaya bahwa suara alat tenun bisa mengganggu arwah dari orang yang baru saja meninggal.
Fyi, kain tenun yang juga dikenal dengan nama Tais Pet ini udah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak tahun 2013, loh. Meski terlihat sederhana, kain ini memiliki keindahan tersendiri dalam setiap motifnya yang terinspirasi dari alam sekitar.
Motif Tenun Ikat Tanimbar punya makna filosofi tersendiri, Gaes. Contohnya motif sair atau bendera yang melambangkan kemenangan dan semangat dalam kehidupan. Ada juga motif tombak yang menjadi simbol keperkasaan atau motif tunis (anak panah tunggal atau kembar) yang menjadi cermin kesigapan terhadap segala ancaman.
Eits! Bukan cuma motif bertema maskulin aja, Gaes! Ada juga motif yang melambangkan kecantikan, keanggunan, dan keuletan seorang wanita, seperti motif lelemuke atau bunga anggrek. Atau motif ular fangat (ular cincin berwarna merah yang berjalan lambat) yang menjadi cermin langkah kaki seorang perempuan yang penuh keanggunan dan keayuaan.
Selain itu ada juga motif ruas bambu, jentik nyamuk, ulat, hati jagung, kembang enau, kuncup atau tandan enau, katak, bunga luang kecil, lipan atau kaki seribu, tulang ikan, dan sebagainya.

Selain motif yang memiliki filosofi tersendiri, keistimewaan Tenun Ikat Tanimbar terletak pada pemakainya, Gaes. Semua kalangan dari raja hingga rakyat jelata, boleh memakai kain tenun ini, loh. Hal ini sesuai dengan sistem kekerabatan masyarakat Tanimbar yang dikenal dengan istilah Lebit Lokat yaitu emas untuk semua. Artinya, setiap individu yang ada di Tanimbar memiliki hak dan kewajiban yang sama, termasukd alam mengenakan kain tenun.
Seperti kain tradisional lainnya, selain untuk menutupi tubuh, Tenun Ikat Tanimbar juga dipakai dalam berbagai acara adat mulai dari pernikahan, kelahiran, hingga kematian, Gaes. Kain ini juga dipakai saat menyambut tamu-tamu penting yang datang ke Maluku.
Dalam perkembangannya, Tenun Ikat Tanimbar juga tidak melulu dalam bentuk helaian kain atau busana, Gaes. Kain tradisional ini ada yang diaplikasikan dalam berbagai bentuk mulai dari tas, pouch, sepatu, sandal, hingga pelindung gelas dan botol. Harganya tentu saja beragam tergantung dari ukuran dan keindahan motif.
Nah! Kalo lo sedang berlibur ke destinasi Pariwisata Indonesia di Provinsi Maluku, jangan lupa membeli Tenun Ikat Tanimbar sebagai oleh-oleh, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply