cokelat yang berasal dari Desa Wainin, Kecamatan Sanana Utara, Kepulauan Sula ini memiliki komposisi kakao yang lebih dominan, Gaes. (Foto : Shopee)

Cokelat Sula Mina

Camilan Lezat dengan Cita Rasa Unik

Camilan Lezat dengan Cita Rasa Unik

Halo, Chocho Lovers!

Pecinta cokelat pasti setuju kalo camilan yang satu ini emang enggak ada obat. Selain bisa dimakan di segala suasana, seperti senang, sedih, bete, atau gabut, konsumsi cokelat juga ada batasan waktu. Lo bebas makan camilan ini saat pagi, siang, sore, bahkan tengah malam.

Fyi, cokelat adalah salah satu camilan yang kaya manfaat, loh. Camilan ini bisa melindungi tubuh dari paparan radikal bebas berlebih, meningkatkan daya tahan tubuh, mengontrol kadar gula darah, menjaga kesehatan jantung sistem pencernaan, menurunkan tekanan darah, mencegah kanker, menghilangkan lelah, mencegah penuaan dini, menurunkan berat badan, menyehatkan gigi dan otak, hingga meredakan gejala depresi, Gaes.

Btw, sebenarnya cokelat merupakan makanan atau minuman yang berasal biji kakao (Theobroma cacao). Diyakini, pohon yang berasal dari Amazon Utara ini sudah dibudidayakan sejak 3.000 tahun lalu oleh Suku Maya Kuno, Toltec, dan Aztec yang ada di Benua Amerika.

Pada masa itu, biji kakao dijadikan minuman untuk para bangsawan. Bahkan Suku Maya percaya kalo cokelat adalah makanan para dewa, Gaes. Minuman cokelat ini terus menyebar hingga menjadi salah satu minuman penyegar favorit di Istana Spanyol dan para elite di Benua Eropa.

Di tahun 1828, ketika kimiawan Belanda bernama Coenraad Johannes van Houten mengenalkan mesin pemeras lemak dari biji kakao, cokelat pun mengalami revolusi produksi. Dan di tahun 1874, batangan cokelat pertama yang dapat dimakan berhasil dibuat oleh perusahaan cokleat asal Inggris yaitu JS Fry & Sons.

Semakin meningkatnya kebutuhan cokelat di Eropa, ternyata berpengaruh pada perdagangan hasil bumi di Nusantara, termasuk di Maluku Utara. Fyi, selain rempah-rempah, provinsi ini juga kaya akan berbagai komoditas lain seperti kacang mete, kakao, dan kopi.

Keunikan lain dari cokelat ini adalah varian rasanya yang khas, seperti rasa durian, buah tomi-tomi (Flacourtia inermis), kelapa, kenari, hingga pala, loh! (Foto : FB Sulamina)

Di masa itu, kakao dan kopi emang bernilai tinggi, Gaes. Sampai-sampai di tahun 1886, pengusaha dari Amsterdam menjalin kontrak dengan Sultan Ternate untuk membebaskan lahan seluas 20.000 bahu termasuk di Kepulauan Sula, Maluku Utara, untuk ditanami kakao dan kopi.

Bukan hanya untuk kebutuhan ekspor, masyarakat Sula pun mulai membuat kue cokelat sebagai kue tradisional mereka, Gaes. Walaupun proses pembuatan dan perlengkapannya masih sederhana banget.

Kepopuleran kakao asal Kepulauan Sula di masa lalu berlanjut di masa sekarang. Tapi saat ini, Kepulauan Sula bukan hanya mengekspor kakao mentah tapi juga menjual produk cokelat matang yang dinamakan Cokelat Sula Mina.

Cokelat Sula Mina jadi salah satu cokelat yang wajib banget dicoba saat lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Maluku Utara. Berbeda dari produk cokelat lainnya, cokelat yang berasal dari Desa Wainin, Kecamatan Sanana Utara, Kepulauan Sula ini memiliki komposisi kakao yang lebih dominan, Gaes.

Keunikan lain dari cokelat ini adalah varian rasanya yang khas, seperti rasa durian, buah tomi-tomi (Flacourtia inermis), kelapa, kenari, hingga pala, loh! Harganya pun cukup ramah di kantong, yaitu mulai dari 35.000 rupiah. Meski produksi Cokelat Sula Mina modern baru berdiri di tahun 2017, peminatnya cukup banyak, Gaes. Mulai dari Ternate, Manado, Makassar, Pulau Jawa, hingga Inggris.

Oh ya, Gaes, di tahun 2020, Cokelat Sula Mina sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Kalo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Maluku Utara, jangan lupa membeli cokelat dengan cita rasa unik ini, ya Gaes ya.

Pewarta:  Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023