Halo, Gaes!
Siapa, nih, yang ngerasa belum makan kalo belum mengkonsumsi nasi? Ayo, cung! Nasi emang jadi makanan pokok bagi sebagian masyarakat Nusantara. Eits! Tapi di beberapa wilayah Indonesia yang lain, nasi bukan sumber energi utama, loh. Seperti yang ada di destinasi Pariwisata Indonesia di Papua Barat. Di provinsi ini, sagulah yang menjadi makanan primadona, Gaes!
Sagu merupakan jenis tepung yang diperoleh dari olahan teras batang pohon rumbia (Metroxylon sagu). Pohon yang bisa mencapai tinggi 20 hingga 30 meter ini termasuk dalam keluarga palem-paleman atau pisang-pisangan. Karena membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya, pohon rumbia umumnya bisa ditemukan di daerah rawa air tawar, aliran sungai, atau lahan basah lainnya.
Pohon rumbia memiliki banyak manfaat, Gaes, misalnya daun rumbia kering yang digunakan untuk atap rumah, buah rumbia yang bisa dikonsumsi, pohonnya yang bisa menyerap karbondioksida, hingga sari patinya yang bisa diolah menjadi sagu.
Karena sari pati yang akan digunakan terdapat di batang, maka semakin panjang dan berat batang tersebut, semakin banyak pula tepung sagu yang dihasilkan. Satu pohon rumbia bisa menghasilkan sekitar 150 hingga 300 kg tepung sagu, loh. Fyi, Indonesia adalah negara penghasil sagu terbesar di dunia, Gaes.


Sst! Ternyata enggak banyak yang tahu kalo sagu memiliki banyak manfaat. Selain sebagai sumber karbohidrat, sagu juga bisa mengatasi pengerasan pada pembuluh darah, sakit pada ulu hati, serta perut kembung, Gaes.
Bahan makanan yang satu ini juga aman untuk penderita diabetes, loh. Sagu juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh serta mengurangi resiko kegemukan, kanker usus, dan kanker paru-paru. Wah, banyak banget, ya, manfaatnya.
Di Papua, sagu memiliki posisi penting dan sangat dihormati karena menjadi sumber energi dan bahan makanan pokok. Beberapa masyarakat adat percaya bahwa sagu merupakan penjelmaan manusia. Bahkan beberapa suku memiliki nama tertentu untuk sagu, misalnya Suku Yaur menyebut sagu dengan nama Moore dan Suku Moi menyebutnya Hi.
Sebagai makanan pokok, ada beragam olahan kuliner sagu di Provinsi Papua Barat. Salah satunya adalah Papeda atau ada juga yang menyebutnya bubur sagu. Sesuai sebutannya, kuliner ini emang memiliki tekstur lunak dan lengket seperti lem.
Proses pembuatan Papeda emang kelihatan cukup sederhana, Gaes. Hanya perlu menambahkan air panas ke dalam tepung sagu, kemudian mengaduk-aduknya hingga dihasilkan tekstur yang lengket. Eits! Tapi pada kenyataannya, dibutuhkan ketelitian dalam membuat bubur sagu ini. Jika air yang digunakan kurang panas, maka Papeda terancam gagal, loh. Selain itu, proses mengaduknya pun membutuhkan keterampilan tertentu dengan menggunakan dua batang bambu yang dibentuk menyerupai sumpit.
Fyi, Papeda memiliki rasa tawar. So, kuliner ini biasanya dihidangkan bersama ikan kuah kuning. Biasanya, ikan yang digunakan adalah ikan tongkol. Tapi, ikan jenis lain seperti kakap merah atau ikan kue pun bisa dijadikan pendamping Papeda.
Bagi masyarakat Papua Barat, Papeda menjadi kuliner yang disakralkan karena kerap dijadikan hidangan dalam berbagai upacara adat, mulai dari upacara kelahiran hingga kematian, Gaes.
Oh ya, Gaes! Di tahun 2015, Papeda sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Papua Barat, loh. Kalo lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di provinsi ini, jangan lupa mencicipi Papeda, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply