Halo, Pecinta Wisata Kuliner!
Menurut lo, makanan khas apa yang harus dicicipi saat mengunjungi destinasi Pariwisata Indonesia di Sumatera Selatan? Yup! Salah satunya pasti pempek Palembang. Kuliner khas yang satu ini emang udah terkenal banget kelezatannya. Tapi sebelum menikmati, enggak ada salahnya kalo lo tahu sejarah dan asal-usul panganan yang satu ini.
Banyak sejarawan yang meyakini kalo pempek sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, Gaes. Dugaan tersebut berdasarkan isi Prasasti Talangtuo (tahun 684 Masehi) yang ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang. Di prasasti yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut dikatakan bahwa di taman Sri Ksetra telah ditanam pohon kelapa, pinang, aren, sagu, serta jenis-jenis pohon bambu.
Kalo dilihat dari jenis-jenis tanaman yang disebutkan, lo pasti bisa menemukan dua bahan baku pempek. Yup! Mereka adalah sagu sebagai bahan campuran pempek dan aren untuk kuah cuko-nya. Sedangkan bahan baku lain seperti ikan, merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak ditemukan di Sungai Musi.
Ada yang unik, nih, Gaes. Masih menurut para sejarawan, ikan yang digunakan untuk bahan baku pempek pada zaman dahulu adalah jenis ikan Arwana, loh. Tapi karena semakin lama populasinya semakin berkurang, Arwana pun digantikan dengan Belida. Sama seperti nasib Arwana, ketika Belida mulai langka ikan ini pun diganti dengan gabus dan tenggiri. Bahkan di masa sekarang, ada yang menggunakan ikan ekor kuning, kakap merah, toman, lele, hingga tuna. Penggunaan jenis ikan apapun memang diperbolehkan selama ikan tersebut bisa menyatu saat diuleni dengan tepung sagu.

Balik lagi ke zaman kerajaan, yuk. Pada masa itu pempek merupakan makanan rumahan yang biasanya dikonsumsi saat sore hari atau sebagai pelengkap hidangan. Belum ada yang menjual kuliner ini karena masyarakat Sriwijaya bisa mengolahnya sendiri di rumah masing-masing.
Pada masa itu nama kuliner ini juga bukan pempek, Gaes, tapi kelesan. Nama ini diambil dari alat yang digunakan untuk menghancurkan ikan, yaitu berupa wadah cembung dengan dua kuping yang berhadapan di bagian sisi-sisinya.
Perubahan nama kelesan menjadi pempek, diduga terjadi di masa kolonial Belanda atau sekitar tahun 1900-an. Pada saat itu, pempek sudah mulai diperjualbelikan dimana pedagangnya kebanyakan adalah apek, panggilan untuk laki-laki tua keturunan Tionghoa. Saat akan membeli kelesan, masyarakat akan memanggil nama belakang pedagangnya, yaitu peek… peek. Nah! Dari situlah sebutan pempek berasal dan semakin populer.
Oh ya, Gaes! Selain lezat, pempek juga punya filosofi yang berhubungan dengan kehidupan, loh. Tekstur pempek yang kenyal dan lentur menggambarkan bahwa kehidupan tidak boleh kaku, harus luwes dan selalu bisa beradaptasi dengan perkembangan serta perubahan. Selain itu, perpaduan rasa yang seimbang dari gurihnya ikan, serta manis, asam, dan pedasnya cuko juga melambangkan kehidupan yang harus seimbang.
Fyi, sejak tahun 2014, pempek Palembang sudah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Sumatera Selatan. Keren banget, kan?
Meskipun banyak tempat di Indonesia menjual kuliner yang satu ini, enggak ada salahnya lo sempatkan untuk menikmati sajian aslinya ketika berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Palembang. Eits! Jangan lupa bawa pulang juga untuk oleh-oleh. Tenang aja! pempek Palembang bisa tahan 2-3 hari di perjalanan dan hingga satu bulan di dalam freezer. Yuk, borong!
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply