PariwisataIndonesia.id – Nikmati liburan ke Samarinda dalam suasana sedikit berbeda. Berwisata sambil melestarikan budaya khas Kalimantan Timur, salah satunya dengan wisata tenun di Samarinda.
Kampung Wisata Tenun Samarinda berada di tepian Sungai Mahakam, persisnya di Jalan Panglima Bendahara Samarinda.
Menelisik sejarahnya, kampung ini sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Bermula dari meletusnya peperangan antara Kerajaan Bone dan Kerajaan Wajo, karena kalah, maka memutuskan hijrah ke Kerajaan Kutai. Pasalnya, “emoh” untuk tunduk dengan pemerintah Hindia Belanda.
Hal tersebut terungkap dalam perjanjian Bungaja antara Kerajaan Gowa dan Belanda sekitar abad ke-16.
Sejarah juga mencatat, hijrahnya bangsawan Bugis itu terkait upayanya untuk meminta suaka ke Kerajaan Kutai Kartanegara.
Kenyataan berkata lain, karena perbekalan mereka tak cukup, perjalanannya hanya mampu untuk sampai di pesisir Sungai Mahakam. Seiringnya waktu, sampailah berita tersebut ke telinga sang raja.
Singkatnya, oleh raja Kutai, La Mohang Daeng Mangkona, mereka yang tengah mengungsi itu diberikan mandat untuk silakan tinggal di wilayah pesisir tersebut.
Itulah, sekelumit cerita berdirinya kota “Samarinda Seberang” yang terlihat di “Kampung Wisata Tenun Samarinda”.
Nah, Sobat Pariwisata, sangat wajar bila yang pertama kali mempopulerkan Sarung Samarinda atau produk kriya Samarinda lahir dari tangan penenun Bugis ini.
Mereka sukses menjadikannya sebagai produk berkualitas tinggi perpaduan motif Bugis, Dayak dan Kutai.
Keistimewaan kampung wisata ini, Sobat Pariwisata akan menemukan Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda, yakni jenis kain tenunan tradisional yang dibuat bukan memakai mesin tapi menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), masyarakat di sini menyebutnya “Gedokan”.
Menariknya lagi, benang sutera yang menjadi bahan dasar pembuatan sarung tenun ini, diperoleh pengrajin dari negeri “Tirai Bambu”, meski begitu, ada pula yang dipasok dari lokal, di antaranya didapat dari Surabaya, Tangerang, Riau, dst-nya. Akan tetapi, kebanyakan penenun lebih menyukai yang berasal dari Tiongkok.
Tips untuk membuktikan Sarung Samarinda ini benar-benar asli, cara sederhananya, selain memperhatikan tekstur sarung, secara kasat mata pun akan mudah dikenali, yaitu tidak disambung menggunakan mesin jahit.
Tips lain untuk membedakan kain yang asli dan yang palsu, sehelai sarung yang dihasilkan oleh pengrajin, umumnya berdiameter lebar 80 cm dan panjang 2 meter.
Dengan sarung sebesar itu, pastinya terdapat jahitan sambungan di bagian tengahnya yang dibuat manual menggunakan tangan.
Berwisata ke tempat ini, pengunjung juga akan mendapatkan paket edukasi sebagai bonusnya, sehingga tidak sekedar melihat proses pembuatan tenun tapi juga diperbolehkan mengasah diri “unjuk kemahiran menenun”. So, tur wisata Sobat Pariwisata benar-benar mengesankan, deh!.
Tak perlu sungkan untuk sekedar bertanya, karena para pengrajin di kawasan ini ketika memberikan jasa pendampingannya selalu siap membantu untuk kita belajar, dan mereka baru membuka lapaknya dimulai dari pukul 09.00 hingga 15.00 wita.
Datanglah pada jam jam kerja, sebab ibu-ibu yang menjadi pengrajin tenun ini membentang sepanjang jalan di kawasan tersebut, dan sentra industri tenun ini berada tidak jauh dari pusat kota Samarinda cuma 8 km saja.
Bersambung ke halaman berikutnya
Tak usah heran pula saat berwisata, ehh .. “
Leave a Reply