PariwisataIndonesia.ID – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, ia tetap optimistis menyikapi sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di tengah harga beberapa kebutuhan pokok yang mulai merambat naik.
“Seperti sudah kita ketahui, dan saya sudah singgung berulangkali, bahwa ada tiga hal yang terjadi,” tegas Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing secara virtual, Senin (4/4/2022).
Terkait hal tersebut, ia mencermati tiga hal yang patut untuk menjadi perhatian bersama, “pertama, pandemi ini menghadirkan disrupsi supply,” paparnya.
Menyoroti hal tersebut, katanya, imbas dari pola distribusi yang secara keseluruhan mengalami gangguan. Maka, proses value chain (atau rantai nilai) dimulai dari penciptaan produk, hingga layanan, sampai ke tingkat pemasarannya tentu ikut terdampak.
Menanggapi hal itu, kata Sandi, meski tidak semuanya, tapi secara keseluruhan mengalami tantangan. Sambungnya, bila tak lekas diatasi secara kolektif kolegial, peningkatan dari harga-harga bahan pokok, tak ayal inflasi sudah di depan mata.
“Mari kita bergandengantangan,” ajaknya.
“Kedua, tentunya adalah transisi kita memasuki ekonomi digital, ini juga menghadirkan suatu tantangan walaupun ada juga peluangnya,” terangnya.
Terakhir, peningkatan ketegangan Rusia-Ukraina, dapat mengerek beberapa harga komoditas, terutama komoditas energi yang sudah tentu berimbas ke APBN.
“Dan akan meningkatkan potensi inflasi, atau peningkatan harga-harga. Ini sudah kami pantau, dan tentunya setiap ada gejolak dalam peningkatan cost of living (biaya hidup) akan berdampak pada sektor pariwisata, karena pariwisata itu bukan kebutuhan pokok,” prediksinya. Sandi melanjutkan, “masyarakat kebanyakan menyebut pariwisata jadi kebutuhan tertier.”
“Nah oleh karena itu, kami mengantisipasinya dengan memberikan penguatan kepada sektor-sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan penguatan rantai pasok,” tandasnya.
Dalam penjelasan berikutnya, Sandi juga menekankan untuk pentingnya memiliki high competitiveness (daya saing tinggi), agar menghasilkan cash flow (arus kas) yang cukup baik.
“Competitiveness-nya semakin diperbaiki, sehingga walaupun mereka revenue atau top line-nya mengalami challenge (tantangan), mereka masih memiliki ruang yang bisa menghasilkan cash flow, yang pada saat ini oleh dunia usaha itu seperti oksigen,” sambungnya.
Kemudian, katanya, untuk pelaku pariwisata bisa survive (bertahan hidup), Sandi membeberkan sejumlah pandangannya. Esensialnya, seperti mengupayakan efisiensi, dan produknya mesti eco friendly (ramah lingkungan).
“Termasuk, produk pariwisata berbasis olahraga mungkin itu lebih diminati, dan kalau ada yang bekonsep localize, atau tidak terlalu jauh dari tempatnya, tentunya akan mengurangi cost daripada transportasinya,” bebernya.
Jurus jitu lain, yang juga diramalkannya masih bisa bertahan di tengah gonjang-ganjing harga Pertamax, PPN, dan tarif tol yang belakangan, kompak ikut membumbung.
“Kami lihat akan menjadi challenge, khususnya di sektor ekonomi kreatif, yaitu kuliner yang menyumbang 41,5% adalah produk-produk pangan ini akan meningkat, dan mereka harus menyikapinya dengan lebih inovatif bukan hanya meningkatkan harga jualnya, tapi juga pada saat yang bersamaan memperluas pasar,” ujarnya.
Buah pikiran berikutnya, mengajak semua pihak mendukung Gerakan Beli Produk Kreatif Lokal, Bangga Buatan Indonesia, dan mendorong lebih banyak lagi pelaku-pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dan UMKM onboarding (orientasi) ke dalam digitalisasi atau maksimalkan potensi ekonomi dengan teknologi digital.
Semua hal tersebut, kata Sandi, akan mendorong akselarasi program pemulihan ekonomi nasional.
“Dan itu akan menjadikan usaha mereka jadi lebih tangguh,” pungkasnya. (mr)
Leave a Reply