Kain lantung di Bengkulu terbuat dari dari pohon terap atau tekalong, yaitu pohon yang masuk dalam jenis sukun-sukunan. (foto : ytimg)

Kain Lantung, Oleh-oleh Khas Bengkulu yang Wajib Diburu

Kain lantung asal Bengkulu dari pohon terap yang banyak diburu wisatawan

Kain lantung asal Bengkulu dari pohon terap yang banyak diburu wisatawan

Halo, Gaes!

Jalan-jalan ke destinasi-destinasi Pariwisata Indonesia, rasanya pasti kurang lengkap kalo enggak beli oleh-oleh khas daerah itu. Nah! Kalo lo lagi liburan di Bengkulu, gue mau rekomendasiin satu oleh-oleh yang wajib banget lo beli. Namanya kain lantung.

Kain lantung di Bengkulu terbuat dari dari pohon terap atau tekalong, yaitu pohon yang masuk dalam jenis sukun-sukunan. Pohon yang memiliki nama ilmiah Artocarpus elasticus ini biasanya tumbuh liar di dataran rendah sampai di ketinggian 1.500 mdpl. Buah yang dihasilkan pohon terap bisa dikonsumsi saat masih mentah ataupun sudah matang, sedangkan daun dan kulit bagian batangnya bisa dijadikan obat. Bagian kulit batang ini juga yang digunakan masyarakat Bengkulu untuk membuat kain lantung.

Kulit batang pohon terap juga punya keunikan tersendiri, loh. Getah yang menjadi ciri khas pohon ini memiliki mamfaat tersendiri yaitu agar serat kayu enggak mudah rusak. Selain itu, tekstur serat yang dihasilkan enggak kaku dan keras seperti kayu pada umumnya. Sehingga nantinya, bisa dihasilkan kain yang halus dan elastis, Gaes.

Untuk membuat selembar kain lantung, pertama-tama pengrajin akan menguliti batang kayu terap untuk menghasilkan lembaran kulit yang basah dan bergetah. Proses pengulitan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat agar didapat lembaran utuh.

Setelah lembaran kulit didapatkan, proses selanjutnya adalah memukul lembaran tersebut dengan alat pemukul yang dinamakan perikai. Alat pukul keras ini memiliki panjang 40 cm dan lebar 10 cm. Proses pemukulan ini dilakukan berulang kali hingga lembaran kulit kayu yang melebar, menipis, lembut, dan rata.

Oh ya, Gaes. Ketika proses pemukulan kain lantung menggunakan perikai, dihasilkan bunyi tung-tung. Bunyi inilah yang menjadi asal muasal penamaan kain lantung.

Selanjutnya, lembaran yang sudah lentur pun dibersihkan dengan air. Ada juga beberapa pengrajin yang mencuci lembaran ini dengan air laut agar menghambat pertumbuhan jamur dan mencegah datangnya kutu.

Setelah proses pembersihan, lembaran pun dijemur hingga kering. Proses penjemuran ini dilakukan agar lembaran kain tidak mudah robek dan tahan lama. Lembaran yang sudah kering pun siap untuk dibentuk dan dijahit sesuai dengan kebutuhan.

Fyi, pada masa lalu, kain lantung digunakan sebagai tali beronang yang dikalungkan ke kepala untuk membawa hasil kebun ke rumah. Tapi di masa kependudukan Jepang atau sekitar tahun 1943, masyarakat Bengkulu yang saat itu kesulitan mendapatkan bahan tekstil, akhirnya memanfaatkan kain lantung untuk dijadikan sarung dan selimut. Bahkan ada juga yang membuatnya baju menggunakan bahan kain ini.

Kain ini juga dibuat menjadi berbagai bentuk, seperti tas, dompet, dll. (foto : slemankab)

Di masa sekarang, kain lantung enggak cuma digunakan oleh warga Bengkulu. Kain ini juga diburu oleh wisatawan lokal maupun mancanegara sebagai cenderamata. Meski disebut kain lantung, bukan berarti oleh-oleh ini hanya melulu berupa kain, ya Gaes ya. Kain ini juga dibuat menjadi berbagai bentuk, seperti tas, dompet, topi, baju, celengan, bingkai foto, hingga miniatur drum. Lo tinggal pilih aja sesuai dengan keinginan.

Karena keunikannya, pada tahun 2015 kain lantung sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, loh. Keren banget, kan?

Gimana, Gaes? Kain yang satu ini unik banget, kan? So, saat berlibur di destinasi Pariwisata Indonesia yang ada di Bengkulu, jangan lupa membeli oleh-oleh kain lantung, ya Gaes ya.

Pewarta:  Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023