Halo, Gaes!
Ngobrolin kebudayaan dan kesenian Indonesia emang enggak ada habisnya, Gaes. Bangsa ini punya banyak stok warisan seni dan budaya yang bisa lo nikmati saat mengunjungi destinasi-destinasi Pariwisata Indonesia dari ujung Sabang hingga Merauke. Sayangnya, beberapa kebudayaan dan kesenian itu nyaris punah tergerus oleh perkembangan zaman. Salah satunya Barong Landong dari Bengkulu.
Barong Landong diduga dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa karena kata barong merupakan bahasa Cina yang bisa diartikan sebagai boneka besar. Sementara itu, landong atau landung yang berarti besar dan tinggi merupakan bahasa Suku Lembak, Bengkulu, yang membuat kesenian ini.
Dari artinya, lo pasti bisa menebak jenis kesenian ini, kan? Yup! Barong Landong adalah salah satu kesenian berupa boneka raksasa. Kalo dilihat sekilas, bentuknya mirip dengan Ondel-ondel Betawi. Tapi enggak seperti kawannya yang ada di Jakarta, kesenian Barong Landong hampir punah, loh.
Sesuai dengan namanya, Barong Landong memang memiliki ukuran yang sangat besar. Tingginya bisa mencapai 2,5 hingga 2,75 meter dengan lebar sekitar 1 meter. Rangka tubuh Barong Landong terbuat dari kayu, rotan, dan bambu. Bagian rangka ini lalu ditutup dengan baju pengantin khas Suku Lembak.
Bagian kepala dan tangan Barong Landong terbuat dari kayu yang diukir dan dibentuk menyerupai kepala dan tangan manusia. Selanjutnya, bagian kepala boneka raksasa ini dilengkapi dengan sunting pengantin sesuai dengan baju yang dikenakan.
Barong Landong diyakini sudah ada sejak abad ke-18, tepatnya pada masa Kerajaan Sungai Hitam. Saat itu terbentuk masyarakat Suku Lembak yang menciptakan dan menjadikan Barong Landong sebagai salah satu kesenian mereka.
Pada awalnya, Barong Landong digunakan oleh masyarakat sebagai orang-orangan sawah. Seperti yang udah lo tahu, orang-orangan sawah berfungsi untuk menakut-nakuti hewan perusak tanaman, khususnya burung seperti pipit, gagak, dan sebagainya.
Begitu panen raya tiba dan para petani menuai hasil tanam mereka, Barong Landong pun diangkat dan dibebastugaskan dari pekerjaan sebagai orang-orangan sawah. Sebagai gantinya, Barong Landong diikutsertakan dalam perayaan syukuran kepada Sang Pencipta karena hasil panen yang berlimpah dan tanaman terjaga dari berbagai musibah, seperti banjir, serangan hama, dan sebagainya.
Selain dalam acara syukuran saat panen raya, Barong Landong juga ditampilkan dalam acara pernikahan para pembesar dan pesta-pesta rakyat lainnya. Hal ini dilakukan turun temurun, Gaes. Bisa dibilang, Barong Landong adalah tamu wajib dalam setiap pesta rakyat.
Namun, pengikutsertakan Barong Landong dalam pesta-pesta rakyat ternyata hanya bertahan hingga zaman penjajahan Jepang, Gaes. Saat itu, Barong Landong tidak boleh lagi ditampilkan. Kondisi perekonomian masyarakat yang sedang sulit juga tidak memungkinkan untuk ditampilkannya kesenian ini.
Selama lebih dari 70 tahun, kesenian Barong Landong tidak lagi dipertunjukan dan mulai menghilang dari kehidupan masyarakat Bengkulu. Lalu sekitar tahun 1990, riset tentang Barong Landong mulai dilakukan, hingga puncaknya di tahun 2012, kesenian Barong Landong kembali diaktifkan. Kesenian ini pun kembali ditampilkan di acara-acara khusus, termasuk peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam pementasannya, Barong Landong akan diiringi oleh beberapa alat musik tradisional, seperti kulintang, rebana, gendang panjang, serunai, dan gong. Mengikuti nada-nada musik yang dimainkan, Barong Landong akan menari menghibur penonton.
Tarian yang dibawakan oleh Barong Landong merupakan tarian improvisasi dimana gerakannya tidak memiliki ketentuan khusus. Gerakan Barong Landong hanya berupa gerak sembah, gerak maju-mundur, gerak serong, gerak samping, gerak samping sambil melenggang, gerak mengejar penonton, gerak memukul penonton, dan sebagainya.
Oh ya, Gaes. Sebelum pertunjukan Barong Landong, harus dilakukan doa selamatan khusus agar orang yang mengenakan Barong Landong tidak diganggu mahluk halus. Doa yang dipimpin oleh ketua adat ini dilakukan dengan pembakaran kemenyan, lalu asap kemenyan diarahkan ke seluruh tubuh Barong Landong.
Di tahun 2020, Barong Landong sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, loh. Saat berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Bengkulu jangan lupa mampir untuk melihat warisan budaya yang sempat hilang ini, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply