Indonesia dengan banyak suku bangsa yang beragam, memiliki berbagai budaya dan adat istiadat. Adat istiadat yang ada sangat erat kaitanya dengan kepercayaan dan keyakinan masyarakat setempat. Selain keyakinan, posisi geografis atau wilayah juga menjadi salah satu faktor yang mendasari terbentuknya adat istiadat di tengah masyarakat.
Adat istiadat yang terbentuk seringkali menjadi ciri khas bagi suatu daerah. Di setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki ciri khas adat istiadatnya masing-masing, salah satunya adalah Sulawesi Utara.
Sulawesi Utara salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung utara Indonesia yang berbatasan dengan negara Philipina dan Ibukota Provinsi Sulawesi Utara adalah Manado. Sulawesi Utara terdiri dari beberapa suku yaitu suku minahasa, suku sangir, suku mongondow dan beberapa suku lainnya.
Berbagai suku yang mendiami Sulawesi Utara membuat daerah ini memiliki berbagai macam upacara adat yang menarik dan khas. Berikut kami sajikan upacara adat di Sulawesi Utara yang layak untuk kamu saksikan.
Shutterstock.com
Upacara Adat Sulawesi Utara
1. Upacara Adat Mekiwuka
Upacara adat Mekiwuka berasal dari Suku Minahasa di Manado. Mekiwuka adalah upacara adat yang dilaksanakan setiap akhir tahun sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkat dan penyertaan-Nya. Sebab sepanjang tahun yang telah dilewati serta suatu permohonan kepada Tuhan untuk perlindungan dan berkat bagi tahun yang akan datang.
Upacara adat ini biasa dilaksanakan oleh seluruh warga masyarakat dengan membunyikan alat musik sambil bernyanyi. Acara diikuti dengan berkeliling ke wilayah-wilayah sekitar seperti pawai.
Masyarakat berkeliling sembari mengunjungi rumah ke rumah untuk mengucapkan selamat tahun baru. Upacara adat Mekiwuka dilakukan mulai dari malam pergantian tahun hingga menjelang pagi.
2. Upacara Adat Tulude
Foto: id.wikipedia.org
Upacara adat Tulude merupakan upacara adat tahunan berbentuk hajatan yang berasal dari kepulauan Sangihe, Talaud dan Sitaro. Upacara adat ini adalah hasil dari warisan para leluhur masyarakat setempat sehingga sangatlah sakral.
Upacara adat ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur yang dinaikkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dalam bahasa setempat disebut Mawu Ruata Ghenggona Langi.
Upacara adat Tulude juga memiliki makna filosofis yang kuat bagi masyarakat. Upacara ini mengandung makna kerukunan, persatuan dan juga kebersamaan warga masyarakat.
Ketika Upacara adat Tulude berlangsung, masyarakat berkumpul untuk makan bersama. Hidangan yang ada biasanya dibawa oleh masing-masing keluarga yang kemudian ditempatkan diatas meja panjang yang telah disediakan dan dimakan bersama-sama dengan semua masyarakat yang ada.
3. Upacara Adat Mamatung Himukudu Emme
Upacara adat Mamatung Himukudu Emme adalah upacara adat tradisional yang berasal dari daerah Sangihe Talaud. Upacara adat ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memanggil makhluk atau roh yang dipercaya sebagai penguasa atau penjaga di suatu tempat seperti ladang atau kebun.
Kepercayaan masyarakat setempat yang menganggap bahwa setiap tempat seperti ladang atau kebun memiliki penghuni atau penjaga seperti makhluk halus. Kepercayaan inilah yang mendasari masyarakat untuk melaksanakan upacara adat ini. Kemudian bertujuan agar lahan atau kebun yang dikerjakan dapat membuahkan hasil yang baik dikarenakan oleh penunggu atau penghuni ladang atau kebun.
Upacara adat ini diharapkan dapat membantu warga masyarakat dalam proses pertanian dan berkebun. Di mana penjaga atau penghuni kebun dapat menghindarkan dari penyakit dan bencana serta peristiwa-peristiwa yang merugikan. Sehingga didapatkan hasil panen yang memuaskan.
4. Upacara Adat Menondong Lapasi
Upacara adat ini dilaksanakan pada waktu musim penyakit untuk memohon kesembuhan. Lapasi yang merupakan miniatur perahu lengkap dengan berbagai atribut termasuk patung manusia yang diletakan di perahu, dan Menondong Lapasi yang berarti meluncurkan perahu.
Waktu pelaksanaan upacara ini tidak terikat pada suatu ramalan apa pun. Karena upacara ini akan dilaksanakan apabila terjadi masuk musim penyakit, biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WITA sampai selesai.
Upacara adat menondong Lapasi dilaksanakan pada rumah-rumah keluarga tertentu dimana terdapat orang yang sakit keras atau bisa juga dibuat di bangsal atau balai pertemuan warga.
Pada saat Ampuang membaca doa pelepasan, perahu Lapasi di bawa ke laut dan dilepas agak jauh dari pantai. Perahu tersebut dibiarkan hanyut terbawa arus ke mana saja arahnya. Karena menurut kepercayaan mereka bahwa segala penyakit serta bala lainnya akan dibawa hanyut bersama dengan perahu tersebut.
5. Upacara Adat Toki Pintu
Upacara adat Toki Pintu adalah upacara adat Suku Minahasa dalam rangkaian pernikahan yang penting dan penuh akan makna filosofis didalamnya. Suku Minahasa adalah salah satu suku tertua di Indonesia. Sehingga tak salah jika upacara adat yang ada penuh dengan makna filosofis dan begitu sakral.
Toki Pintu dalam bahasa Minahasa mengandung makna “membuka pintu”. Melihat dari sisi upacara pernikahan, Toki Pintu merupakan simbol sebagai pembukaan pintu gerbang pernikahan bagi pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Di mana hal ini adalah momen yang begitu penting bagi sepasang kekasih untuk memasuki kehidupan yang baru dalam dunia rumah tangga sebagai suami istri.
Rangkaian upacara adat Toki Pintu diawali dengan prosesi persiapan dengan menyiapkan tukang pintu sebagai tokoh yang memiliki peran untuk membuka pintu gerbang pernikahan dalam makna simbolis. Kemudian dilanjutkan dengan penyambutan oleh keluarga dan kerabat dengan proses adat seperti penyembelihan babi.
Pada puncaknya adalah ketika tukang pintu yang membuka pintu gerbang pernikahan yang menandakan bahwa pasangan telah resmi menjadi suami dan istri. Pada saat-saat inilah momen yang begitu emosional dan mendalam bagi kedua mempelai. Akhir dari rangkaian perayaan adalah pesta dengan makanan serta tarian dan hiburan tradisional minahasa yang begitu eksotik dan mempesona.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan upacara adat Toki Pintu bagi kedua mempelai adalah kepemilikan rumah dengan pintu gerbang, pemilihan tukang pintu, persetujuan keluarga dan kerabat, kebiasaan dan tradisi serta perlunya kesiapan finansial.
6. Upacara Adat Pemakaman Waruga
Foto: id.wikipedia.org
Suku Minahasa memiliki suatu tradisi pemakaman yang unik yang berbeda dari yang lain, yaitu dengan meletakkan posisi jenazah ke arah utara dan di tekuk kaki jenazah sehingga tumit kaki menempel pada pantat, dan kepala mencium lutut.
Tradisi unik ini selalu menjadi sorotan. Dalam tradisi ini jenazah yang dihadapkan ke arah utara memberikan unsur simbolik yakni menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Lalu setelah itu, jenazah dikubur dalam sebuah bangunan batu yang bernama waruga.
Waru yang berarti rumah dan ruga yang berarti badan. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa waruga ini menjadi tempat badan dimana roh dari badan tersebut sudah kembali kepada sang Maha Kuasa. Konon, mayat yang telah dimakamkan di waruga ini, akan berubah sendirinya menjadi abu secara alami tanpa adanya proses kremasi.
Upacara adat di Sulawesi Utara merupakan suatu keindahan yang merangkum sejarah, kearifan lokal, dan spiritualitas masyarakat setempat. Dalam setiap tarian, lagu, dan ritualnya, mengandung nilai-nilai yang mendalam dan menghubungkan manusia dengan akar budayanya.
sumber : traveloka
Leave a Reply