Halo, Gaes!
Berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Kepulauan Riau tentunya enggak bakal lengkap kalau belum membeli souvenir khas provinsi ke-32 di Indonesia ini. Nah! Kali ini gue mau spill satu souvenir khas Kepulauan Riau yang wajib banget lo beli. Namanya, Tudung Manto.
Tudung Manto berasal dari dua kata, tudung yang berarti penutup, sedangkan manto adalah sulaman atau bordiran dengan menggunakan benang khusus. Yup! Tudung Manto merupakan selendang atau penutup kepala yang berfungsi untuk melengkapi pakaian adat Melayu.
Diyakini Tudung Manto sudah ada sejak masa Kerajaan Melayu Lingga Riau atau tepatnya sekitar tahun 1775 Masehi. Selendang atau melayah sendiri diduga merupakan enkulturasi budaya India dan Arab yang kemudian menjadi bagian dari budaya Melayu.
Namun, Tudung Manto berbeda dengan selendang-selendang Melayu lainnya, Gaes. Selendang dengan ukuran lebar 60 cm dan panjang sekitar 150-200 cm ini memiliki ciri khusus yaitu hiasan dengan berbagai motif yang disulam menggunakan kelingkan atau genggeng.
Kelingkan adalah benang khusus berupa kawat tipis yang halus dan lentur. Biasanya, kelingkan yang digunakan untuk membuat hiasan di Tudung Manto berwarna perak atau emas. Proses menjahit kelingkan hampir mirip dengan bordir, tapi dilakukan dengan tangan dan alat tradisional yang disebut peminda. Jarum yang digunakan juga jarum khusus, bukan jarum jahit biasa, Gaes.
Selain benang khusus, kain yang digunakan juga khusus, loh. Kain untuk tudung Manto merupakan perpaduan berbagai jenis kain, seperti kain sari, kase, sifon, dan sutra. Pembuatannya pun cukup sulit dan memakan waktu, mulai dari 20 hingga 30 hari.
Pada zaman dulu, bahan-bahan premium ini diproduksi sendiri oleh pengrajin tenun dan tembaga di Daik, Kecamatan Lingga. Sedangkan pembuatnya adalah kaum perempuan di lingkungan istana dan gadis bangsawan.
Meski di zaman sekarang Tudung Manto bisa dibuat oleh siapa saja di Kepulauan Riau, tapi beberapa bahan bakunya harus diimpor dari luar negeri, misalnya benang kelingkan yang hanya ada di Singapura. Harga bahan baku yang bisa mencapai 700 ribu rupiah ini menjadikan harga selembar Tudung Manto cukup mahal, mulai dari 1,5 juta hingga 4 juta rupiah. Namun, harga tersebut worth it banget untuk sebuah tudung cantik dengan nilai budaya yang sangat tinggi, Gaes.
Fyi, di masa lalu, Tudung Manto hanya digunakan oleh perempuan kaum bangsawan. Tudung yang diberikan dari mertua kepada menantunya pada saat upacara pernikahan ini wajib dipakai oleh perempuan bangsawan yang sudah menikah saat menghadiri acara-acara adat. Hal tersebut sebagai simbol untuk menutup aib suami dan menjaga kehormatan keluarga.
Seperti pakaian-pakaian adat lainnya, warna Tudung Manto juga disesuaikan dengan kelas sosial masing-masing, misalnya kuning untuk kaum kerajaan, hijau untuk kalangan syarifah, dan hitam untuk bangsawan biasa.
Di masa sekarang, lo enggak perlu jadi bangsawan dulu buat mengenakan Tudung Manto ini. Soalnya, Tudung Manto sudah boleh dipakai oleh siapa saja, bahkan walaupun lo bukan termasuk warga Kepulauan Riau. Warnanya pun bebas lo pilih, mau merah, hijau, biru, atau hitam. Semua tergantung selera lo.
Oh ya, Gaes. Pada tahun 2015, Tudung Manto sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda, loh. Tudung cantik ini menjadi salah satu incaran wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang datang ke destinasi Pariwisata Indonesia di Kepulauan Riau. Kalo datang ke daerah ini, jangan lupa beli Tudung Manto buat nyokap atau lo sendiri, ya Gaes ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply