Halo, Gaes!
Dihuni oleh beragam suku bangsa emang menjadikan Indonesia kaya akan tradisi, adat-istiadat, serta beragam perayaan adat. Namun seiring perkembangan zaman, beberapa kebudayaan tersebut mulai hilang. Eits! Tapi di Kalimantan, ada satu tradisi kuno yang masih bisa lo lihat, loh, yaitu Upacara Mamat.
Upacara Mamat bisa lo saksikan saat berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Kalimantan Utara. Upacara ini merupakan upacara besar dan sakral bagi masyarakat Suku Dayak Kenyah. Fyi, Suku Dayak Kenyah adalah salah satu sub suku Dayak yang berasal dari rumpun apokayan dan banyak mendiami wilayah Provinsi Kalimantan Utara.
Pada zaman dahulu, nenek moyang Suku Dayak Kenyah melakukan Upacara Mamat sebagai wujud kegembiraan setelah memenangi peperangan, Gaes. Karena merupakan upacara sakral, maka seluruh rangkaian acara harus dipimpin oleh pemimpin terpilih dan hanya diikuti oleh kaum pria, kecuali dua orang gadis suci yang memiliki tugas tertentu dalam upacara tersebut.
Dalam upacara yang berlangsung selama 1 hingga 6 hari ini, juga dilakukan pemujaan dan ungkapan syukur kepada dewa dan roh leluhur yang telah melindungi para kesatria saat berada di medan perang. Untuk itu, Suku Dayak Kenyah menyiapkan seekor babi yang akan disembelih dan darahnya dijadikan sesajen untuk para dewa dan leluhur.
Karena merupakan acara pemujaan, maka seluruh rangkaian Upacara Mamat dilaksanakan di bawah Tugu Beliwang atau tugu berhala, Gaes. Tugu ini berupa tiang kayu yang dihiasi dengan ukir-ukiran. Di bagian puncaknya terdapat patung Burung Enggang yang sedang merentangkan sayap. Posisi burung ini juga punya makna, loh, yaitu melambangkan kedamaian dan kemenangan.
Upacara Mamat bukan cuma sebagai perwujudan rasa syukur dan kegembiraan atas kemenangan yang diraih, Gaes. Upacara ini juga ditujukan untuk mengapresiasi keberanian dan memberikan penghormatan kepada para prajurit yang telah bertugas sebagai pilar pertahanan garis depan kampung.
Selain itu, dalam Upacara Mamat, para prajurit juga melakukan penyucian diri yang berupa pemohonan pengampunan dosa serta memohon agar dijauhkan dari gangguan roh-roh jahat. Bagi Suku Dayak Kenyah, upacara penyucian ini penting banget dilakukan sebelum para prajurit kembali ke kampung.
Nah! Sebagai bentuk penyucian diri, pemimpin upacara akan mengoleskan darah hewan kurban tadi ke lengan setiap prajurit, Gaes.
Oh ya, Gaes! Meski hanya dilakukan oleh para kesatria, tapi doa-doa untuk masyarakat kampung juga enggak terlewatkan, loh. Dalam upacara ini para peserta juga akan melakukan doa-doa untuk memohon keselamatan, kedamaian, kesehatan, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat kampung.
Rangkaian acara selanjutya dalam Upacara Mamat adalah pelubit batu tului atau mengguling batu tului di beranda rumah panjang. Hal ini dilakukan untuk menangkal hal-hal jahat yang akan membawa musibah dan bencana. Ada juga prosesi punan bawe atau berebut kebaikan dan kemenangan. Setiap laki-laki yang berhasilkan mendapatkan bawe ini, diyakini akan mendapatkan keberuntungan atau kebaikan.
Perayaan kemenangan, pastinya enggak lengkap tanpa acara ramah tamah, dong? Nah! Di rangkaian upacara berikutnya ada acara pedahu yang dilaksanakan pada malam hari. Berbeda dengan rangkaian-rangkaian sebelumnya, pada acara pedahu seluruh masyarkat diperkenankan untuk hadir, termasuk mereka yang diyakini memiliki roh-roh penjaga.
Seperti acara ramah tamah lainnya, pedahu juga diisi dengan tari-tarian yang dibawakan oleh masyarakat. Tapi saat menjelang tengah malam, tari-tarian ini akan digantikan oleh orang-orang yang memiliki roh penjaga. Mereka akan menari dengan gemetaran lalu bergerak sambil mengacung-acungkan parang, seakan-akan menunjuk dan mengambil sesuatu.
Di masa sekarang, meski tradisi berperang di Suku Dayak Kenyah sudah tidak berlaku lagi, bukan berarti lo enggak bisa menyaksikan Upacara Mamat, loh. Di berbagai pagelaran budaya atau saat peringatan HUT Provinsi Kalimantan Utara, upacara ini kerap dipertunjukkan sebagai upaya pelestarian budaya.
Selain itu, penetapan Upacara Mamat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2019 diharapkan bisa menjaga agar kebudayaan ini tidak hilang ditelan perkembangan zaman.
Kalo lo pengen menyaksikan upacara unik ini, jangan lupa jadwalin kunjungan ke destinasi Pariwisata Indonesia di Kalimantan Utara, ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply