Pariwisata Indonesia,Media Online Pariwisata Indonesia, Situs Pariwisata Indonesia, Panduan Berwisata di Indonesia, Guide Pariwisata Indonesia, Pariwisata Indonesia 2022, Pariwisata Indonesia Official, Media PVK Group,PT Prima Visi Kreasindo,Umi Kalsum Founder dan CEO Media PVK Group,Keseruan saat 'Geo Fun Rafting', Menjejak sejarah purba Geopark Merangin di Jambi adalah Taman Bumi Tertua di Dunia,Anita Basudewi Simamora, Foto udara Kawasan Geopark Merangin Jambi, Trippers, Situs Geopark Merangin Jambi termasuk salah satu dari 22 Geopark Nasional yang dimiliki Indonesia, ENGGAK HARUS JADI ARKEOLOG LO JUGA BISA BELAJAR FOSIL DI MERANGIN, Menurut para ahli fosil-fosil di Geopark Merangin Jambi usianya berumur lebih dari 300 juta tahun dan Lebih tua dari usia Pulau Sumatera yang baru terbentuk 150 juta tahun lalu
Foto udara Kawasan Geopark Merangin, Jambi. (Sumber: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO)

Enggak Harus Jadi Arkeolog, Lo Juga Bisa Belajar Fosil di Merangin

Halo, Archaeologist wanna be!

Gue punya info menarik, nih, buat lo yang suka banget sama dunia perfosilan. Enggak perlu jauh-jauh ke Pulau Jurrasic untuk melihat sisa-sisa kehidupan dari zaman purba karena lo bisa menemukannya di Geopark Merangin Jambi.

Geopark Merangin Jambi termasuk salah satu dari 22 geopark nasional yang dimiliki Indonesia. Bahkan geopark ini sedang diusulkan untuk masuk ke dalam Global Geopark UNESCO. Geopark ini emang unik banget, Gaes, karena mewakili fosil flora terakhir yang terbaik dan terlengkap dari Permian Awal.

Geopark atau gtaman bumi ini digadang-gadang menjadi situs purba terlengkap di dunia, loh. Gimana, enggak? Geopark ini sendiri punya tiga subtema yaitu fosil flora Jambi yang mewakili era permian, lanskap karst berupa batuan endapan laut dangkal yang mewakili era mesozoikum, dan kaldera masurai berupa danau, air terjun, dan mata air panas yang mewakili vulkanik kuarter. Lengkap banget, kan?

Lokasi Geopark Merangin ada di Desa Air batu, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Untuk sampai di lokasi ini, lo harus menempuh perjalanan dengan mobil atau motor selama 6 hingga 8 jam dari pusat Kota Jambi. Meski menempuh perjalanan yang cukup jauh, lo pasti enggak bakal kecewa setelah tiba di tempat ini karena banyak fosil purba yang udah menanti.

Uniknya, untuk melihat fosil-fosil di sini lo harus rafting menyusuri sungai, dari Desa Air Batu hingga Teluk Wang Sakti karena sisa-sisa kehidupan purba itu tersebar di sepanjang pinggiran Sungai Batang Merangin dan Sungai Mengkarang.

Pariwisata Indonesia,Media Online Pariwisata Indonesia, Situs Pariwisata Indonesia, Panduan Berwisata di Indonesia, Guide Pariwisata Indonesia, Pariwisata Indonesia 2022, Pariwisata Indonesia Official, Media PVK Group,PT Prima Visi Kreasindo,Umi Kalsum Founder dan CEO Media PVK Group,Keseruan saat 'Geo Fun Rafting', Menjejak sejarah purba Geopark Merangin di Jambi adalah Taman Bumi Tertua di Dunia,Anita Basudewi Simamora, Foto udara Kawasan Geopark Merangin Jambi, Trippers, Situs Geopark Merangin Jambi termasuk salah satu dari 22 Geopark Nasional yang dimiliki Indonesia, ENGGAK HARUS JADI ARKEOLOG LO JUGA BISA BELAJAR FOSIL DI MERANGIN, Menurut para ahli fosil-fosil di Geopark Merangin Jambi usianya berumur lebih dari 300 juta tahun dan Lebih tua dari usia Pulau Sumatera yang baru terbentuk 150 juta tahun lalu
Keseruan saat ‘Geo Fun Rafting’, menjejak sejarah purba Geopark Merangin Jambi yang disebut-sebut sebagai Taman Bumi Tertua di Dunia. (Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan)

Sebelum berbasah-basahan, ada satu ritual unik yang wajib dilakukan seluruh peserta yaitu membasuh wajah dengan air sungai. Konon, hal tersebut dilakukan sebagai salam sapa kepada para penghuni tak kasat mata yang tinggal Merangin. Rafting di sungai ini sendiri menjadi salah satu olahraga yang memicu adrenalin karena arusnya cukup deras. Setidaknya ada sekitar 21 titik jeram dan 6 titik jeram ekstrim di jalur sepanjang 13 kilometer itu.

Tapi tenang aja, Gaes. Ada pemandu professional yang akan menemani perjalanan lo. Selain sebagai pendamping rafting, para pemandu ini akan jadi tour guide yang akan negbantu lo belajar tentang fosil-fosil yang ada di sini.

Saat rafting di sepanjang aliran sungai, mata lo akan dimanjakan pemandangan alami khas Sumatera. Jejeran pohon-pohon hijau yang masih terjaga, beberapa titik air terjun yang indah, dan tentu saja bebatuan purba yang eksotis.

Bagian terkerennya adalah ketika rombongan rafting mampir di salah satu titik di mana lo bisa melihat fosil pohon purba Araucarixylon berupa batang dan akar pohon yang sudah membatu karena proses alam. Menurut para ahli, fosil ini berusia lebih dari 300 juta tahun. Lebih tua dari usia Pulau Sumatera yang baru terbentuk 150 juta tahun lalu. Gokil, enggak, tuh?

Lanjut ke titik berikutnya, lo bisa menemukan beragam fosil dedaunan (Cardaites Sp dan Calamites Sp), siput purba (Bellerophon), mutiara purba (Nautiloida), juga kerang-kerangan (Brachiopoda).

Nah, kerang ini sendiri menjadi hal unik lain di Geopark Merangin Jambi. Soalnya, kerang ini merupakan jenis kerang laut. Dari situ akhirnya disimpulkan bahwa daerah tersebut dulunya adalah lautan.

Fosil di Geopark Merangin Jambi diduga terbentuk akibat meletusnya gunung api purba di sekitar dalam jangka waktu 20 juta tahun. Letusan lava dan abu vulkanik inilah yang membentuk proses pembekuan flora dan fauna purba.

Hem, belajar arkeologi ternyata emang seru, ya?

FYI, fosil-fosil di Geopark Merangin Jambi bukan hanya merupakan bebatuan tertua di Indonesia, tapi juga yang tertua di dunia. Bahkan disebut-sebut, lebih utuh dan terjaga dari fosil-fosil yang ada di China maupun Amerika yang sebagian sudah rusak karena kegiatan industri.

Jadi jangan heran, kalo banyak arkeolog asing dari berbagai negara yang menjadikan geopark ini sebagai laboratorium untuk melakukan penelitian, terutama tentang proses evolusi bumi.

Meski bukan ahli arkeolog, lo enggak boleh nyia-nyiain kesempatan untuk belajar tentang fosil di geopark ini, dong. So, buruan ajak bestie lo buat agendain liburan seru ke Geopark Merangin Jambi, lalu nikmati penelitian fosil purba ala-ala arkeolog. (Anita)

Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2022