Rumah Joglo adalah salah satu dari deretan rumah adat Jawa Tengah, dan Joglo termasuk rumah adat paling populer di negeri ini ketimbang rumah adat lainnya seperti rumah panggang pe, rumah tajug, rumah kampung, hingga rumah limasan.
Oh, iya ‘Gaaess, umumnya nihh, rumah berkonsep Joglo jadi simbol status sosial dan cuma dimiliki orang-orang yang mampu, loh!
Dengan demikian, secara tidak langsung rumah adat ini menunjukkan status sosial dan ekonomi pemiliknya. Pasalnya, selain butuh biaya yang tak sedikit dalam pengadaan material, proses finishing hingga selesainya nanti, masih pula membutuhkan pengerjaan dengan waktu yang tidak sebentar, karena terdapat banyak ukiran-ukiran yang rumit pembuatannya.
Mengingat, rumah Joglo ini didominasi dengan material kayu jati loh! Menyoroti proses produksinya, butuhkan waktu lama banget dimulai dari bikin gebyok, membangun pondasi dan pemasangan tiang-tiang, finishing bagian interior dalam dan sebagainya.
Wahh, ribet deh! Untuk itu, tak sedikit biaya yang dikeluarkan dalam membangun rumah berkonsep Joglo ini. Luar biasa, duitnya gede banget. Belum lagi ketika mulai ditempati, harus pula merogoh kocek untuk biaya pemeliharaan bangunan yang tentunya akan berbeda dengan rumah pada umumnya.
Pemberian nama Joglo pada rumah adat Jawa Tengah ini, juga penuh dengan makna loh!
Kata Joglo diambil dari kata “tajug” dan “loro”. Makna dari kata tersebut adalah penggabungan dua tajug.
Sementara itu, untuk atap rumah Joglo ini berbentuk tajug mirip dengan gunung, masyarakat Jawa memercayai bahwa gunung adalah simbol yang sakral. Konon katanya, gunung adalah tempat tinggalnya para dewa. Karena alasan itulah, dua tajug dipilih sebagai bentuk atap rumah adat Jawa Tengah ini.
Atap rumah Joglo disangga oleh empat pilar utama yang disebut Saka Guru. Pilar-pilar tersebut representasi dari arah mata angin yaitu timur, selatan, utaran, dan barat.
Mencermati rumah Joglo ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian depan (pendapa), tengah (pringgitan), dan ruang utama (dalem).
Untuk bagian Pendapa, diperuntukkan sebagai tempat menjamu para tamu, Pringgitan adalah ruang tengah yang digunakan untuk tamu yang memiliki kerabatan khusus dan sudah sangat intim dengan pemilik rumah. Sementara omah ndalem/omah njero adalah ruang tempat keluarga berkumpul dan bercengkrama.
Berikutnya, pada bagian rumah Joglo ini terdapat pula ‘senthong’ atau kamar tidur yang terbagi senthong tengen (kamar kanan), kiwa (kiri), dan tengah. Umumnya, rumah Joglo juga menghadirkan yang masih dalam satu bangunan yakni padepokan adalah ruangan yang digunakan sebagai tempat beribadah, menenangkan diri, tempat perlindungan, maupun aktivitas ibadah ataupun ritual-ritual sakral.
Kemudian tampak pada sisi depan bangunan rumah Joglo bersifat umum, adapun sisi di bagian belakang bersifat khusus. Sehingga akses orang untuk bisa masuk ke dalam ruangan juga berbeda-beda. Sedangkan untuk pintu rumah Joglo ini juga terdapat tiga bagian, yaitu tata letak pintunya yang berada di tengah satu dan dua pintu berada di kedua sisi kanan dan kiri, melambangkan kupu-kupu yang sedang berkembang dan berjuang di dalam sebuah keluarga besar. Sementara untuk filosofi dari pintu rumah yang berada di tengah adalah keterbukaan dan kedekatan antara penghuni rumah dengan tamu.
Rumah Joglo ini memang, merupakan rumah adat dari Provinsi Jawa Tengah yang paling tersohor dan familiar di masyarakat Indonesia. Bagaimana, sudah tahu? (Mr)
Leave a Reply