Upacara Peusijuek, Kebudayaan Aceh, Adat Istiadat Aceh, Pariwisata Indonesia

Upacara Peusijuek Tradisi Hasil Akulturasi

Menurut sejarah, suku tertua yang tinggal di Aceh berasal dari Suku Mante, Melayu. Selain Suku Mante, masyarakat Aceh umumnya adalah pendatang dari berbagai daerah yang menetap dan tinggal di Aceh. Pedagang yang masuk Aceh menikah kemudian menikah dengan penduduk setempat. Tidak heran jika masyarakat Aceh bergaris keturunan India, Arab, Persia, maupun Turki(Bangsa Eropa).

Kehadiran para pendatang ciptakan akulturasi budaya dalam masyarakat Aceh. Salah satunya dapat Sobat Pariwisata lihat dalam Upacara Peusijuek mirip tradisi tepung tawar dalam budaya Melayu.

Karena upacaranya yang bersifat sakral dan tergolong kebudayaan universal, Peusijuek dipercaya hadir saat masyarakat Aceh masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Bahkan, tradisi ini disebut-sebut semirip yang dilakukan oleh masyarakat Hindu. 

Namun, kehadiran agama Islam, Upacara Peusijuek pun mendapatkan warna Islam, seperti mengganti mantra-mantra dengan doa-doa dalam Islam. Saat ini, pelaksanaan Upacara Peusijuek dibuka dengan membaca ‘Basmalah’ dan diakhiri dengan pembacaan doa secara Islam.

Peusijuek adalah prosesi adat yang masih dilakukan oleh masyarakat Aceh hingga saat ini. Dilakukan hampir di semua lini kehidupan seperti saat memulai usaha, selesaikan persengketaan, tempati rumah baru, penikahan, hingga memberangkatkan atau sambut kedatangan haji.

Ilustrasi foto dari postingan instagram@runtocare.

Pada masyarakat pedesaan, Upacara Peusijuek umum dilakukan saat membeli kendaraan baru atau hendak menabur benih di sawah. Namun pada masyarakat perkotaan, upacara ini, biasanya dilakukan saat kegiatan adat saja, seperti perkawinan.

Ilustrasi foto dari postingan instagram @riendess.

Sijuek (sejuk) Peusijuek dalam bahasa Indonesia dikatakan sebagai ‘menepung tawari’ yang artinya membuat sesuatu menjadi dingin atau sejuk. Menghadirkan upacara ini diharapkan memperolah keselamatan dan keadaan baik. Berkah kehidupan.

Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan saat pelaksanaan Upacara Peusijuek, diantaranya breuh padee (beras), talam, bu leukat kuneng (ketan kuning), satu piring besar tumpoe (penganan berupa kue), teupong taweu (tepung yang dicampur air), on sineujuek (daun cocor bebek), glok ie (tempat cuci tangan), serta sangee (tudung saji).

Ilustrasi foto dari postingan instagram@airanasyauqirifaya.

Setelah baca doa pembuka, mengawali. Upacara Peusijuek dilanjutkan dengan tabur beras padi. Kemudian menaburkan air tepung. Berikutnya, menyunting nasi ketan pada telinga dan terakhir pemberian uang. 

Biasanya orang yang melakukan Upacara Peusijuek adalah tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan di masyarakat. Pada kaum laki-laki, upacara ini dilakukan oleh tokoh pemimpin agama yang dipanggil Teungku (Ustadz). Sedangkan di kalangan wanita, tokoh yang melakukan adalah Ummi atau seorang yang dituakan. 

Pelaksana Upacara Peusijuek ini diutamakan mereka yang memahami dan menguasai ilmu agama. Hal ini dikarenakan Upacara Peusijuek akan diisi dengan acara doa keselamatan dan kesejahteraan sesuai dengan agama Islam yang umumnya dianut masyarakat Aceh.

Ilustrasi foto dari postingan instagram@tuankumuhammad.

Sobat Pariwisata, ritual Peusijuk masih berlangsung hingga kini. Mulai dari tingkat kampung sampai ke masyarakat di kota Aceh. Baik itu, aparat desa hingga pejabat tinggi di daerah-daerah percaya laksanakan prosesi Peusijuk bawa keberkahan dan memudahkan segala urusan. Inilah warisan budaya dari daerah Aceh yang turut warnai kekayaan berjuta budaya Indonesia. Di daerah Sobat Pariwisata, ada nggak tradisi nenek moyang yang tradisinya dulu bagian dari akulturasi? (Nita/Kusmanto).

Satu foto sebagai penutup ilustrasi Upacara Peusijuek dari postingan instagram@itha_mursyidha.