Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Novrial Rajo Mangkuto, Novrial, Orang No Satu yang Membuat Pariwisata Sumatera Barat Besar, Berjasa Bikin Sumbar Mendunia, Novrial Rajo Mangkuto, Pariwisata Indonesia, Media PVK Grup, Pariwisata Sumatera Barat, Mentawai, Kota Padang, Presiden Jokowi, Berita Pariwisata, Media Pariwisata Indonesia, Situs Pariwisata Indonesia, Pariwisata, Website Pariwisata Indonesia, Media Resmi Pariwisata Indonesia, Website Resmi Pariwisata Indonesia, Situs Resmi Pariwisata Indonesia, Umi Kalsum Founder PVK Grup
Foto : Kepala Dinasi Pariwisata Provinsi Sumbar Novrial Rajo Mangkuto

Wisatawan Nusantara Kunjungi Ranah Minang Nan Elok, Novrial Bilang Begini (Bagian-2)

PariwisataIndonesia.id – Redaksi PariwisataIndonesia.id mewawancarai Novrial selaku Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), pada hari Jumat  (1/1), terkait kesiapan Minangkabau menyambut wisatawan nusantara. Berikut lanjutannya!

Dipadu-padankan dengan role model pariwisata “hub city”, hasil resources itu menurut Novrial akan jauh lebih spektakuler dan dahsyat.

Menurutnya, pengembangan potensi pariwisata ‘hub city” dan “pentahelix” mengedepankan inovasi dan kolaborasi sesuai kebutuhan di wilayah Sumbar.

Berdasarkan kajian bersamanya antara Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar dengan para akademisi melahirkan data empiris.

Dalam kesimpulannya kala itu, orang yang berlibur ke Tanah Minang tertinggi dari tiga urutan teratas, karena budaya, kuliner, dan ingin menikmati varian destinasi Sumbar yang pesona alamnya begitu indah dan lengkap. Sambungnya, hal ini tidak ada di tempat lain.

Berangkat dari hasil penelitian bersama tersebut, maka dalam upaya mengoptimalisasi pemasaran, mereka bersepakat menggaet wisatawan nusantara merupakan target pasar paling rasional. Optimalisasi pemasaran juga diprioritaskan pada kota-kota yang menyasar hub city.

Pihaknya telah memutuskan akan meluaskan area pemasaran melalui pengembangan virtual berplatform digital dengan menghadirkan konten-konten yang dapat memikat dan menarik banyak pengunjung agar semakin banyak lagi orang datang ke Sumatera Barat.

Dia menambahkan, promosi dalam bentuk expo mulai dihindari. Selain tak lagi menjadi pangsa pasar yang diprioritaskan. Alasan lain, expo lebih efektif di tingkat kementerian. Ditinjau dari jangka waktu pelaksanaan pun terbatas, apalagi terkait rangkain di event itu sendiri, kata Novrial sungguh sangat menyita banyak waktu.

Dia mengamini kebijakan yang disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyoroti berlibur di Indonesia saja. Merespons hal tersebut, Pariwisata Sumbar siap menyambut wisatawan nusantara.

Berdasarkan data yang dimilikinya, wisatawan yang berkunjung jika dikelompokan dari lokasi, banyak berasal dari Medan; Palembang; Batam; Jambi; Bengkulu; Jakarta; Bandung; Jogjakarta; dan Surabaya. Itu karena kota-kota tersebut telah memiliki jalur penerbangan tersendiri yang turun langsung di Padang.

Dia juga berharap agar pemerintah mendorong dibukanya jalur maskapai asing, sehingga wisatawan mancanegara dapat leluasa berkunjung ke Sumbar, interkoneksi penerbangan dari dan turun di Padang, dalam penjelasan Novrial, “beberapa negara tetangga Indonesia sejak lama sudah terjalin.”

Di sisi lain, akan diikuti pula dengan meningkatkan pelayanan agar wisatawan saat menikmati liburannya merasa nyaman yaitu dengan membenahi ODTW, ditambah menggelar serangkaian event yang sudah termuat dalam kalender tahunan pariwisata Sumbar. Terutama soal prosedur dan standarisasi saat pementasan, tetap akan terus berkonsultasi dan menyesuaikan arahan Pergub.

Untuk mendukung wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, pariwisata di Sumbar telah memiliki SOP. Adaptasi kebiasaan baru ini sudah pula dituangkan dalam SOP, agar masyarakat memahami secara benar dalam menjalani protokol kesehatan, yang juga secara bersama ikut mengendalikan dan menekan lonjakan penyebaran Covid-19.

Ia meyakinkan pula tentang pembukaan wisatawan nusantara di wilayahnya sudah sejalan dengan keputusan Pemerintah Pusat.

“InsyaAllah, destinasi wisata di Minangkabau siap menyambut kunjungan wisatawatan nusantara, dan turis mancanegara,” ujarnya.

Sebab menurut Novrial, semua telah melewati berbagai pertimbangan dan persiapan matang.

“Semua insan pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah Sumatera Barat, sudah diberikan sosialisasi jauh-jauh hari, mereka diwajibkan memberikan fasilitas cuci tangan, dan petugas pengecekan suhu, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan wajib memakai masker,” terangnya.

Termasuk dalam kesiapan fasilitas kesehatan saat menangani wisatawan yang terpapar pandemi COVID-19.

Upayanya itu, dia mengatakan sudah melakukan kemitraan kerja sama dengan Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand dan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Bukittinggi yang dapat dengan cepat memberikan kepastian status terhadap sampel swab yang diperiksa.

Novrial juga memberikan catatan khusus, bilamana kebijakan pusat membolehkan, Sumatera Barat sudah siap membuka turis mancanegara dengan menyasar quality tourism.

Untuk memberikan rasa aman dan nyaman serta memastikan kesehatan buntut dari ditemukannya jenis varian baru COVID-19 yang berasal dari Inggris, dia menegaskan bahwa sejumlah langkah preventif sudah disiapkan.

Sumbar telah menempatkan aparat Satpol PP di sejumlah titik pariwisata, para petugas itu senantiasa berjaga di lokasi wisata, salah satunya tanggung jawabnya adalah menertibkan kerumunan, melakukan pembatasan. Sambungnya, masyarakat juga turut dilibatkan secara langsung agar senantiasa disiplin menjalani protokol COVID-19.

Sebut Novrial lagi, petugas yang disiagakan sudah dibekali edukasi, harus persuasif dan dalam bekerja juga dituntut humanis dan selalu menggunakan masker.

“Disiplin diterapkan di dua sisi, baik yang menerima tamu dan para tamu pun harus secara bersama-sama menaati protokol.”

Menjelang liburan Natal dan Tahun baru lalu, Novrial beranggapan momentum itu sebagai tantangan sosiologis guna mendorong peluang ekonomi kreatif yang pada akhirnya melahirkan terobosan dan inovasi dalam kebangkitan sektor pariwisata di wilayahnya.

Menyikapi ‘Jam Gadang’ yang ramai dipenuhi pengunjung dan sempat viral, termasuk Pemandian Alam di Lembah Anai yang luar biasa ramai wisatawan.

Novrial mengakui, bahwa ini sebuah tantangan sosiologi karena masyarakat dan pengunjung beranggapan Sumatera Barat  aman, dan relatif terkendali COVID-19 nya..

Dia beranggapan yang menjadi faktor terjadinya kerumununan tempo hari itu, wisatawan perantauan yang pulang ke kampung halaman, sudah ketahan lebih kurang hampir setahunan tak kemana-mana, bahkan mereka meyakini dengan sudah di swab antigen, maka dengan sendirinya tak akan terkena COVID-19, “anggapan tersebut tentunya harus disikapi penuh bijaksana,” jawabnya.

Meski demikian, kejadian itu sudah direspons cepat oleh jajarannya. Diharapkan keramaian seperti itu tidak terulang.

Menyadari hal tersebut dan berangkat dari pengalaman masa lalu saat penanganan pandemi COVID-19, para stafnya ditugasi untuk terjun langsung ke lapangan guna memberikan edukasi kepada masyarakat berkonsep daya dukung atau pengaturan “Manajemen Crowd, atau Crisis and Crowd Management”. Singkatnya, kata dia, pengaturan kunjungan wisatawan ke Sumbar mesti dilakukan pembatasan.

Tapi, hal ini tidak terjadi pada objek wisata yang berbayar. Karena mereka sudah dengan sendirinya turut serta bertanggung jawab dalam menjaga layanan primanya sebagai service ke para tamu. Jika tidak, tentu seleksi secara alam, masyrakat juga tidak akan mau ke lokasi wisata yang protokol Covid-19 nya sangat longgar.

Novrial lewat institusinya terus mengimbau kepada semua pihak, termasuk tokoh agama dan tokoh masyarakat agar mari berbuat untuk negeri ini dengan tidak tertular dan menularkan COVID-19. Secara bersama-sama, mereka diajak menekan penyebaran pandemi Covid-19.

Wawancara kembali menyinggung soal ‘Jam Gadang’, dilemanya kala itu, ia mencurahkan perasaannya bahwa masyarakat Minangkabau rukun dan damai, terkenal akan keramah tamahannya yang selalu menjunjung nilai-nilai adat ketimuran. Wisata Jam Gadang adalah objek wisata yang tak berbayar dan berada di area publik yang juga terbuka.

“Bagaimana cara kami dalam menyampaikan kepada wisatawan yang berasal dari Jakarta, atau kota lain yang ujug-ujug datang.. Apakah Jam Gadang harus di pagari?”, tanyanya.

“Memasuki area Jam Gadang tentu harus dibuat bergantian. Jika ada yang keluar, lainnya baru dapat masuk. Ini bukan budaya Minangkabau. Bila kita melihat saat ini, Jam Gadang di tutup kain, itu upata dari kami yang terus berupaya mencari format yang tepat tapi juga bijaksana. Sudah dibuat demikian saja, masih ramai di datangi,” sambungnya.

Cara lainnya yang juga dirasa tepat saat ini, kata dia dengan mengandalkan pengawasan dan surveillance. Tak pernah surut dalam mengkampanyekan dan melakukan sosialisasi terutama pelatihan dan kompetensi.

“Upaya ini untuk memberikan edukasi bisa saja seperti diklat, bimtek-bimtek tentang Sadar Wisata, atau Sapta Pesona,” tandasnya.

Sebab itu, Novrial mendukung sekali Pidato Presiden Jokowi yang selalu memberikan arahan agar wisatawan ke depan perlu bertransformasi dari yang semula mass tourism menuju quality tourism.

“Pengunjung atau wisatawannya penuh dan kerumunannya memenuhi tiap destinasi hingga berdesakan. Padahal hiruk pikuk pengunjung semacam ini, hadirnya sesaat. Apalagi dalam membelanjakan uang tak sebanding dengan quality tourism,” terangnya.

Menurut Novrial, kehadiran wisatawan yang mengusung konsep quality tourism diakuinya terbatas dalam jumlah orang tapi untuk lama tinggal (stay, red), mereka bisa berhari-hari dan royal (banyak berbelanja, red). “Kita pilih yang mana?”

Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar mengajak para pelaku pariwisata setempat menggunakan tagline “Salam Pitih Masuak!”

Gerakan ini perlu dicanangkan secara matang dan disikapi serius. Insan pariwisata dan ekonomi kreatif diharapkan duduk bersama dan berembuk, sejalan dengan hal tersebut, maka Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar siap mewadahi sebagai fasilitator, mengubah mindset menyasar wisatawan premium ini.

Novrial juga menyampaikan rasa optimisnya, bahwa masyarakat Minangkabau kaya dengan kuliner, destinasi alam dan objek-objek wisata lainya yang tak ada di kota lain di Indonesia, begitu pula dengan aneka suku dan adat serta kearifan lokalnya.

“Menikmati liburan ke Sumatera Barat secara lengkap tidak cukup seminggu. Karena Minangkabau ini sungguh memesona dan akan bikin rindu kembali lagi datang ke Ranah Minang. Gunungnya, Pesona danaunya, Pantainya, Lautannya, Hutannya, Sungainya, Goa-goanya dijamin bikin siapapun takjub,” urainya.

Terlbih barisan perbukitan nan hijau yang tersusun cantik menghampar luas, Ada lagi dataran tinggi yang pemandangannya indah ditambah sejuknya udara disini,

Novrial menyebut, Sumbar bagaikan negeri di atas awan, “pulau-pulau kecil nan cantik dengan pasir yang menawarkan suasana romantisme, sungguh elok wisata di sini dan begitu lengkap,” pikatnya.

Di penghujung wawancara, “pernah menikmati eksotismenya pulau mentawai dengan deburan ombak yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, sudah? Mentawai tak cuma bagus untuk surving, budaya dan orang asli suku pedalaman yang tinggal pun masih orisinalitas. Mentawai sangat etnik masih terjaga keasliannya,”  pungkasnya.

Kembali ke halaman 1, Silakan Klik!