PariwisataIndonesia.id – Sobat Pariwisata, alat musik bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Bahkan sebelum mendapat pengaruh dari bangsa lain, nenek moyang Indonesia sudah membuat berbagai alat musik dari bahan-bahan alam, seperti kayu atau bambu, seperti halnya cikal bakal Calempong Oguong.


Calempong Oguong adalah alat musik tradisional dari Kampar, Riau. Berdasarkan catatan sejarah, cikal bakal alat musik ini berasal dari gambang (alat musik pukul yang berasal dari potongan kayu atau bambu) yang berkembang sejak abad ke-13. Alat musik ini mulai mengalami perkembangan sejak tumbuhnya industri logam di kawasan Asia.
Konon, perkembangan Calempong Oguong dimulai sejak perantau Kampar yang pulang dari Singapura (pada masa tersebut masih berada di bawah Malaysia) membawa Oguong (gong). Selama perjalanan dari Pekanbaru hingga Kampar, Oguong terus dibunyikan untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa sang perantau telah pulang. Sejak saat itu, Calempong Oguong pun mulai berkembang sesuai dengan kesenian yang telah ada di masyarakat Kampar.


Pada zaman dahulu, Calempong Oguong dapat menujukan status sosial masyarakat. Alat musik ini termasuk langka dan memiliki harga yang cukup tinggi. Hanya penguasa atau golongan tertentu yang dapat memilikinya. Seiring perkembangan zaman siapapun dapat memiliki alat musik ini.
Calempong Oguong terdiri dari tiga jenis alat musik. Pertama, calempong berupa enam buah alat perkusi kecil yang terbuat dari logam. Calempong disusun berjajar di dalam rak kayu yang berfungsi sebagai ruang resonansi. Calempong bernada tinggi diletakkan di bagian tengah baik dari kiri maupun dari kanan. Salah satu dari kedua gong ini dianggap magis dan inti dari Calempong. Posisi gong tersebut layaknya posisi jantung dalam tubuh manusia.
Kedua, ketepak, berupa gendang yang kedua ujungnya ditutupi membran kulit hewan. Uniknya, dalam pemasangannya membran penutup ini tidak direnggangkan seperti pada gendang di daerah lain. Hal ini membuat suara yang dihasilkan ketepak berbeda dengan gendang-gendang lain. Dalam Calempong Oguong biasanya terdapat dua ketepak, yaitu ketepak dasar dan ketepak bungo.
Terakhir adalah gung (gong) yang terbuat dari logam, memiliki bentuk bolat besar berongga Biasanya, dalam Calempong Oguong terdapat dua buah gung yang berfungsi sebagai pelengkap.
Untuk memainkan Calempong Oguong dibutuhkan lima orang pemain. Dua pemain yang masing masing berfungsi sebagai penggolong dan peningkah memainkan enam buah Calempong, satu orang memainkan ketepak dasar, satu orang memainkan ketepak bungo, dan satu orang memainkan dua buah gong.
Permainan Calempong Oguong memiliki makna filosofis, sesuai dengan syair:
Calempong nan menari
Gendang nan betingkah
Gong meng-iyakan
Yang jauh kami jemput
Yang dekat kami himbau
Babogai kato sumando
Diiyakan ninik mamak
Golong/melodi (Calempong) diibaratkan sebagai usul yang dijawab dengan tingkah (Calempong), yang disambung dengan ketepak (gendang meningkah) yang serasi, serta disudahi dengan gong. Hal tersebut menyiratkan bahwa masyarakat Kampar akan menyelesaikan segala hal (termasuk sengketa) melalui musyawarah, sehingga setiap pihak mendapatkan kepuasan.
Calempong Oguong juga menjadi simbol persatuan masyarakat Kampar. Calempong melambangkan kaum pendatang, ketepak melambangkan penduduk lokal, serta gong melambangkan ninik mamak atau pemimpin suku.
Dalam perkembangannya, Calempong Oguong berkembang menjadi dua jenis, yaitu Calempong Tradisi (berupa Calempong Oguong asli) dan Calempong Komposisi yang membutuhkan beberapa alat musik tambahan sebagai pelengkap, seperti gubano, robab, gambang, dan sunai tabuong.
Sejak kehadirannya hingga hari ini, Calempong Oguong tetap memiliki fungsi sebagai musik hiburan masyarakat dan kerap dipertunjukan di berbagai acara, seperti pernikahan, pencak silat, batogak kepalo suku, festival budaya, hingga sebagai pengiring berbagai tari tradisional.
Pada tahun 2016, Calempong Oguong ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Riau.(Nita)
Leave a Reply