Bilitone Coffee / Dok. Website Pariwisata Indonesia

Di Balik Nama Bilitone Coffee, Tersingkap Pesan Perjuangan Hidup

PariwisataIndonesia.id – Di balik nama usaha ‘Bilitone Coffee’, mengulik rasa penasaran, berikut petikan wawancaranya, “karena lingkungan kita bersebelahan dengan salah satu hotel yang namanya hampir serupa, yakni ‘Billiton Hotel’, selain itu juga kafe ini berada di area Billiton City Club,” terang Siswanto kepada Redaksi Pariwisata Indonesia, pada Jumat (11/6).

Pria yang akrab dipanggil dengan nama Iwan adalah pemilik kedai kopi ini, penetapan nama ‘Bilitone Coffee’, tak lain alasannya adalah untuk lebih mudah diingat karena namanya serupa dengan area Billiton City Club; dan salah satu nama hotel yang berada di sebelah kafe. Baik itu, Billiton City Club maupun Billiton Hotel, nama keduanya sudah lebih dulu mengemuka.

Pengusaha Travel Banting Setir Jual Kopi di Pulau Belitung  <<< Sebelumnya 

Usaha barunya berdiri belum sampai dua tahun, meski terbilang anyar, tapi ‘Bilitone Coffee’ selalu ramai didatangi pengunjung, terutama para pencinta kopi. Umumnya, mereka yang datang selalu bersama kerabat, keluarga maupun pasangan sembari menikmati berbagai makanan dan minuman.

Saat Redaksi Pariwisata Indonesia menyambangi Bilitone Coffee, tampilan kedai kopi Iwan menyerupai kafe pada umumnya.

Luar biasanya, sangat menerapkan Prokes yang ketat dan patut diacungi jempol. Hal itu, tampak jelas terlihat pada tata ruang guna memberikan kenyaman pengunjung kafe, seperti letak meja pengunjung duduknya berkonsep dua-dua, berjarak antara meja satu ke meja di sampingnya.

Selain itu, di pintu masuk terpasang termometer digital berbasis sensor infra red dengan cukup menempelkan tangan untuk menginformasikan suhu tubuh.

Dengan demikian, jika kedapatan kondisi suhu tubuh berada di atas 38 derajat celsius, seketika itu juga, sensor menyala dan mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

Begitu juga sebaliknya, bilamana tidak mengeluarkan bunyi, sudah bisa dipastikan pengunjung tersebut suhu tubuhnya normal, aman dan dibolehkan masuk.

Tak cuma itu saja, pihaknya juga menyiapkan hand sanitizer di area pintu masuk; di dekat kasir; dan di area pemesanan makanan, termasuk mengatur jarak pengunjung ketika antre memesan makanan dan mewajibkan menggunakan masker.

Alasan lain, mengapa memilih kafe berkonsep menjajakan kopi dan makanan kecil, serta menyasar generasi milenial?

Iwan menjawabnya santai, yaitu data. Berdasarkan dari berbagai kajian dan penelitian yang telah ia lakukan. Sejumlah risetnya menyimpulkan, daerah ini tak begitu luas dan bentuknya kepulauan.

Menurutnya, kehidupan generasi di sini tidak bisa dilepaskan dari teknologi dan internet, mengingat peran handphone dan media sosial mengubah pola perilaku sebagian besar remaja pada umumnya, dan perubahan gaya hidup remaja tersebut, diyakininya lebih ingin dipandang kekinian.

Percakapan terus berkembang ke arah riset yang dulu ia kerjakan sebelum mantap untuk banting setir, katanya, hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi yang semakin cepat, di mana anak muda di daerahnya dapat berinteraksi dengan manusia dari berbagai belahan dunia.

Sambil mendengarkan kisahnya, Redaksi Pariwisata Indonesia sesekali meneguk minuman yang terasa segar dan nampol di tenggorokan, sambungnya, arus globalisasi berhasil menciptakan interaksi langsung dan tidak langsung yang lebih luas antar umat manusia, tidak mengenal batas-batas antara negara satu dengan negara yang lain.

Lebih jauh dia berpendapat, penyebabnya karena nilai-nilai yang ada pada globalisasi itu sendiri; generasi millennial lebih terbuka terhadap perbedaan sehingga membuat wawasan mereka terhadap keberagaman pun menjadi lebih luas dan timbul sifat toleran yang cukup tinggi.

Berikutnya, mereka cenderung melakukan interaksi di luar rumah dengan hang out asik bersama teman-teman atau pasangannya; menjadi bagian dari kehidupan sosial anak muda di sini.

Di tengah seriusnya percakapan kita, obrolan terhenti sejenak karena Iwan harus melayani tamu khususnya. Selesai mengurus pelanggan, dia melanjutkan kembali kisahnya.

“Ada survey lain menjelaskan perilaku anak muda di sini dan prosentasenya pun cukup besar. Mereka lebih suka mendengarkan musik, berdiam di rumah, serius untuk mengejar cita-citanya dan mengedepankan pendidikan sebagai prioritas masa depan,” paparnya.

Penjualan terfavorit di kafe ‘Bilitone Coffee’ terletak pada minuman-minuman yang selalu mengikuti perkembangan zaman dan setiap produk yang disuguhkan juga harus dicermati.

Hal itu, terungkap saat menanyakan tips untuk laris manis dan sukses membuka kafe seperti ini. Strateginya, tak sekedar pada kekuatan produk tapi data penjualan juga turut berpengaruh.

Jangan lupa, sempatkan mampir ke Bilitone Coffee, tersedia beraneka ragam jenis kopi yang nikmat, antara lain kopi Aceh Gayo, Sipirok, Toraja Kalosi, Lintong, kopi Lilangan serta House Blend dan makanan di Bilitone Coffee juga tak kalah istimewanya, dijamin komplit.

Mari mampir ke Biliton Coffe. Tempat ngopi santai bersama keluarga dengan ruangan full AC dan gratis wifi. Jam operasional buka setiap hari, mulai pukul 8 pagi sampai malam. Tertarik?

Bagi pecinta kopi wajib mampir. Teman ngopi yang paling cocok nih guys…. churros chocolate sauce. Salah satu menu terfavorit di @bilitonecoffee … yummy yummy yummy! (Ay/Indah Ms/Eh)