Pariwisata Indonesia—Hai Gaaees!
Diceritakan Andika Pradipta,
Redaktur Pelaksana Pariwisata Indonesia
Melihat teman-teman yang memanjat tebing ingin rasanya merasakan sensasi memanjat tebing, betul-betul tebing bukan papan atau tembok. Tapi, apa daya badan terlalu besar untuk olah raga ekstrim itu.
Tapi, beberapa hari yang lalu 1 poster iklan sempat mampir di timeline instagram saya Gaaees.. sontak saya pun membaca detail poster itu.

Parang via ferrata, merasakan sensasi memanjat tebing melalui ferrata. Apa itu ferrata? Setelah saya cari tau ferrata adalah teknik memanjat tebing dengan tangga besi yang ditanam ke dinding.
Dari namanya, via ferrata berasal dari bahasa Italia yang masing-masing berarti jalan dan besi. Batang besi ditanam ke dalam tebing batu dibuat agar dengan mudah dipegang untuk memanjat tebing ya Gaaees..

Nama Via ferrata diambil karena sering dikaitkan dengan sejarah Perang Dunia oleh pasukan Italia. Dulu, via ferrata asalnya dari Italia. Jadi, pada masa perang dunia dulu pasukan Italia harus bertempur melalui pegunungan Dolomites. Mereka membangun via ferrata untuk memudahkan perpindahan pasukan.

Kini, via ferrata dijadikan wahana di beberapa belahan dunia. Di pegunungan himalaya, Alpen, Gunung Kinabalu di Malaysia dan di Indonesia. Salah satu nya di Gunung Parang, Purwakarta, Jawa Barat.
Di Parang via ferrata ini biaya nya tergolong cukup murah, dengan fasilitas yang didapatkan. Hanya Rp395.000 saja sudah termasuk makan, perlengkapan pemanjatan, snack, instruktur, dokumentasi, sertifikat, dan yang terutama asuransi.

Perjalanan menuju Gunung Parang ditempuh dalam waktu kurang lebih 2,5 jam bila kita berangkat setelah subuh.
Jam 8 pagi kurang sedikit saya dan rombongan tiba di basecamp Gunung Parang via ferrata.
Begitu tiba kita langsung disambut hangat oleh para guide. Kopi, teh, snack pagi khas sudah disajikan di atas meja basecamp yang sangat nyaman dan mewah. Di basecamp semua fasilitas lengkap tersedia, dari cafe, kamar tidur untuk menginap (kapasitas 16 orang), kamar mandi sekelas hotel bintang 3, view deck, dan bar.

Di basecamp kami dibriefing oleh para instruktur pemanjatan mengenai cara menggunakan alat, apa yang harus dilakukan dan apa tidak boleh dilakukan. Huuuh! Tidak sabar rasa nya untuk segera memulai pemanjatan Gaaees!
Jam 9 pagi pas pemanjatan dimulai, anak tangga demi anak tangga mulai saya naiki. Pikiran harus tetap fokus saat memasang karabiner ke tangga bersinergi dengan pergerakan tangan dan kaki.

Di 45 menit pertama kaki mulai terasa pegal seiring dengan makin tingginya saya memanjat. Atap basecamp sudah terlihat sangat kecil dilihat dari atas sana, tempat tujuan kita sudah mulai terlihat, sebuah teras di ketinggian yang disebut view deck.

Setelah 45 menit berikutnya saya pun sampai di view deck. Teras besar yang bisa menampung kurang lebih 15 orang. Lagi-lagi saya dipuaskan oleh pelayanan para guide, di meja view deck sudah tersedia minuman dan snack.
Saya dan sebagian besar peserta langsung mengambil moment tersebut mengambil gambar atau sekedar selfie. Sebagian peserta lainnya beristirahat dari tidur-tiduran atau minum kopi. View deck ini berada di ketinggian 626 meter di bawah permukaan laut.

Pemandangan di atas sungguh sangat indah. Kota Purwakarta terlihat dari kejauhan juga waduk Jati luhur terbentang luas di mata kita. Lalu, tiba-tiba kabut turun di bawah kita, makin menambah syahdu suasana terasa seperti berdiri di atas awan. Kalian harus ke sini Gaaees!
Pengalaman ini sungguh tidak ternilai.
Baca Juga ya Gaaees :
Desa Bena Megahnya Warisan Budaya Nusantara
Asyiknya Camping di Pulau Riung Flores
Danau Kelimutu Eksotika Tiga Warna
#PariwisataIndonesia #CintaIndonesia
Leave a Reply