Meskipun tidak menganut ketat perkastaan, tapi secara umum masyarakat Sunda bisa digolongkan dalam tiga kelas sesuai dengan kondisi ekonomi dan keturunan masing-masing. Kelas-kelas ini mempengaruhi gaya kehidupan yang berbeda. Jika hidup di masa lalu, Sobat Pariwisata akan sangat mudah mengenali kelas-kelas dalam masyarakat Jawa Barat dari cara berpakaian.
Perbedaan cara berpakaian ini bukan untuk menghinakan golongan satu dengan yang lain. Namun, karena menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan dan kemampuan ekonomi. Secara garis besar, cara berpakaian Urang Sunda terbagi menjadi tiga kelas.
1.Rakyat Jelata
Jika pernah menonton film Si Kabayan, Sobat Pariwisata bisa dengan mudah mengenali pakaian yang digunakan oleh rakyat jelata Sunda. Para pria menggunakan atasan berwarna hitam atau putih polos yang dijahit dengan model sederhana bernama baju salontreng. Baju ini dipadupadankan dengan celana komprang (lebar) sebagai bawahan.
Bawahan yang juga disebut celana pangsi ini adalah celana dengan bawahan lebar yang panjangnya hanya sampai betis. Pakaian ini memudahkan para pria dari kelas ini melakukan perkerjaan yang umumnya mereka lakukan, seperti bertani maupun beternak.
Sebagai pelengkap, pria Sunda mengenakan Sarung Poleng yang di sampirkan menyilang di bahu, seperti yang dikenakan orang saat ronda. Sarung ini berfungsi untuk melindungi saat cuaca dingin serta untuk pelengkap saat beribadah atau sholat.
Di bagian kepala, para pria mengenakan ikat logen. Penutup kepala ini diikat dengan model Barambang Semplak atau Hanjuang Nangtung.
Para wanita mengenakan kebaya yang didalamnya dilapisi kamisol yang berfungsi sebagai dalaman. Kebaya sederhana ini dipadupadankan dengan sinjang bujel atau kain batik yang dililit hingga betis. Untuk menjaga agar sinjang bujel tidak lepas, para wanita akan memakai beubeur atau ikat pinggang.
Baju sederhana ini memudahkan para wanita dalam menyelesaikan pekerjaan kasar yang biasanya mereka lakukan, misalnya membawa hasil panen, mencuci di sungai, dan sebagainya.
Pada bagian kepala akan dikenakan selendang sebagai pelindung dari terik matahari dan hujan, karena pekerjaan menuntut mereka untuk berada di luar ruangan. Para wanita biasanya mengenakan gelang yang terbuat dari akar tanaman bahar, cincin polos, serta anting.
Perhiasan-perhiasan ini biasanya berasal dari alam dan harganya murah, karena mayarakat kelas ini tidak sanggup membeli perhiasan yang terbuat dari emas. Alas kaki yang digunakan baik bagi wanita maupun pria disebut tarumpah atau sandal kayu, yang terbuat dari bahan sederhana.
2.Kelas Menengah
Masyarakat kelas menengah adalah mereka yang memiliki kekayaan, tapi tidak memiliki darah bangsawan. Umumnya mereka memiliki pekerjaan sebagai pedagang besar atau saudagar. Busana mereka terlihat lebih rapi dibandingkan dengan busana rakyat jelata. Hal ini dikarenakan mereka tidak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar.
Para pria mengenakan atasan berupa baju berbahan tebal (seperti jas) dengan kancing lurus di tengah yang dinamakan baju takwa. Atasan ini dipadukan dengan kain batik panjang yang menutup hingga mata kaki. Sebuah penutup kepala yang disebut Bengker menjadi aksesori di bagian atas.
Sebagai pelengkap, di bagian luar baju takwa dikaitkan sebuah arloji saku yang biasanya terbuat dari emas. Bagian rantainya akan dibiarkan menggelayut untuk menunjukan kelas ekonomi.
Kaum wanita mengenakan kebaya warna-warni dengan bahan yang lebih tebal dan modern. Kebaya ini dipadukan dengan kain batik yang dililit menyerupai rok hingga menutupi mata kaki. Hal ini sebagai penanda bahwa mereka tidak melakukan pekerjaan kasar seperti wanita dari kelas rakyat jelata.
Sama seperti kebaya, kain batik untuk kelas menengah dibuat dari material yang lebih bagus dan hargnya lebih mahal. Untuk mengeratkan lilitan kain batik dipasangkan Beubeur. Para wanita kelas menengah menyanggul rambut mereka. Beberapa perhiasan sederhana seperi giwang, gelang, dan kalung emas dikenakan sebagai penanda kemampuan ekonomi. Kaum kelas menengah baik pria maupun wanita, mengunakan alas kaki serupa selop yang bagian depannya tertutup.
3.Bangsawan (Menak)
Bangsawan atau menak adalah mereka yang memiliki darah keturunan Raja-raja. Biasanya, mereka berprofesi sebagi pengusaha, sehingga memiliki cukup banyak kekayaan. Busana yang dikenakan pun berbeda dari golongan mayarakat yang lain. Bangsawan Sunda mengenakan busana yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas dan mahal.
Para pria bangsawan mengenakan atasan kemeja putih yang ditutup jas hitam berbahan beludru dengan jahitan benang emas di bagian lengan yang membuat busana ini semakin mewah dan elegan. Dalam penggunaannya, jas ini akan dibiarkan sedikit terbuka. Penggunaan arloji saku emas juga tidak luput sebagai aksesoris penambah kemewahan.
Sebagi bawahan, para pria bangsawan mengenakan celana panjang warna hitam dengan belitan kain dodot bermotif Parang Rusak. Kain dodot dari bahan berkualitas ini dililit di pinggang hingga atas lutut. Untuk menjaga agar sarung tidak terlepas, para pria mengenakan ikat pinggang emas yang disebut Benten. Para pria juga menggunakan penutup kepala yang disebut Bendo.
Wanita bangsawan menggunakan kebaya hitam bahan beludru yang akan memberikan kesan mewah. Penambahan sulaman benang emas dan terkadang beberapa manik-manik, membuat baju atasan ini terlihat makin cantik dan menarik. Sama seperti wanita kelas menengah, wanita menak juga mengenakan kain batik panjang sebagai bawahan. Hanya saja, bahan yang digunakan lebih berkualitas dan mahal. Biasanya, kain yang digunakan memiliki motif rengreng.
Rambut yang disanggul dengan ragam aksesoris, seperti tusuk konde berlapis emas dan bertahta berlian, menjadi ciri khas wanita bangsawan. Tidak lupa pemakaian beragam perhiasan berbahan emas hingga berlian, seperti gelang keroncong, cincin, anting, hingga peniti rantai. Baik wanita maupun pria bangsawan Sunda mengenakan selop tertutup berlapis beludru.
Pada zaman sekarang, cara berpakaian masyarakat Sunda ini tidak lagi kaku seperti pembagian kelas di masa lalu. Namun, busana-busana tadi masih sering dikenakan karena telah menjadi kebiasaan turun-temurun. Sobat Pariwisata! Khusus baju untuk kaum kelas menengah, umumnya digunakan oleh pemuda dan pemudi dalam festival budaya Jawa Barat atau oleh para pejabat Jawa Barat saat menghadiri acara budaya.(Nita/RPI)
Leave a Reply