Pariwisata Indonesia

Senjata Celurit

Senjata Tradisional Khas Madura

Senjata Tradisional Khas Madura

Artikel berkode ‘R(Restricted)’ Terbatas. Redaksi perlu mengingatkan, anak-anak berusia di bawah 17 tahun membutuhkan pendampingan orangtua, dan orang dewasa saat membaca. Tulisan mengandung unsur kekerasan, konten dewasa seperti aktivitas orang dewasa, bahasa, fotografi, grafis dan video, maupun sejenisnya. Peruntukan untuk kategori usia pembaca dewasa.

Setiap daerah di Indonesia memiliki senjata tradisional yang menjadi ciri khas masing-masing. Senjata tradisional ini pada awalnya digunakan untuk membantu kehidupan sehari-hari, seperti bertani, beternak, berladang, berkebun, dan sebagainya. Namun, seiring kebutuhan, misalnya pada saat penjajah masuk ke Indonesia, senjata tradisional pun beralih fungsi menjadi senjata untuk mempertahankan diri dan mengusir penjajah.

Salah satunya senjata tradisional tersebut adalah clurit atau celurit. Senjata yang ukurannya lebih besar dari arit ini sering juga disebut sabit karena bentuknya memang menyerupai bulan sabit. Meskipun senjata ini bisa ditemukan di berbagai wilayah Indonesia, tapi celurit cukup identik dengan Provinsi Jawa Timur, khususnya Madura.

Menurut budayawan D. Zawawi Imron, bentuk celurit yang seperti tanda tanya menggambarkan karakter masyarakat Madura yang selalu ingin tahu. Namun, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa bentuknya yang seperti tulang rusuk merupakan penggenap tulang rusuk laki-laki yang hilang dan menjaga agar kejantanan tidak berkurang. Kebiasaan menyelipkan celurit di pinggang kiri para pria Maduira, diyakini erat kaitannya dengan pendapat versi ini.

Pariwisata Indonesia

Bilah celurit terbuat dari bahan besi dan baju dengan berat rata-rata 450 gram. Sementara untuk gagangnya menggunakan bahan dari kayu. Bentuknya pun sederhana, tanpa ukiran atau hiasan serta tanpa sarung atau penutup. Hal ini sesuai dengan fungsi awal celurit yaitu menebas rumput untuk pakan ternak, membersihkan rumput liar di kebun, dan sebagainya.

Konon, celurit mulai terkenal pada abad ke-18 tepatnya saat terjadi peristiwa yang melibatkan Sakera, salah satu pejuang pra-kemerdekaan. Pada saat itu, Sakera yang merupakan mandor tebu menentang ketidakadilan Pemerintah Kolonial Belanda. Merasa kesal dengan tingkah Sakera, pihak Belanda menyewa jagoan-jagoan dari kaum Blater Madura untuk menghadapi sang mandor. Namun, tidak ada satu pun yang mampu mengalahkan Sakera yang saat itu menggunakan celurit sebagai senjata untuk mempertahankan diri. Sejak saat itu, celurit pun menjadi simbol perlawanan rakyat jelata terhadap kesewenang-wenangan para penjajah.

Pariwisata Indonesia

Pada masa sekarang, Sobat Pariwisata bisa menemukan banyak perguruan atau padepokan silat di Madura yang mengajarkan para muridnya berbagai jurus dalam menggunakan celurit. Namun, penggunaannya tidak hanya untuk melumpuhkan lawan. Para pengguna celurit harus memiliki batin yang bersih dan berlandaskan ilmu agama sehingga tidak menggunakan celurit secara sembarangan.

Seperti senjata tajam lainnya, penggunaan celurit tentu sangat tergantung dari niat pemakainya. Akan membawa kebaikan jika digunakan dengan niat baik. Sebaliknya akan membawa keburukan jika digunakan untuk niat jahat.(Nita)