Pariwisata Indonesia, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly
Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly (Dok.Humas Kemenkumham)

Hari Pers Nasional 2021, Antara Harapan dan Kenyataan

PariwisataIndonesia.id – Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh mengumandangkan prinsip dasar kerja jurnalistik harus dipatuhi dan ditegakkan, termasuk mengajak media agar saling bahu membahu ditengah pandemi COVID-19.

Hal tersebut disampaikannya, saat memberikan sambutan di momen peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021, bertempat di kawasan Ancol, Jakarta, Senin (8/2).

“Substansi dari media itu adalah data, informasi, knowledge. Oleh karena itu harus kita kelola dengan baik. Jangan sekali-kali media terjebak atau abai terhadap data,” tegas M Nuh.

Mantan Mendikbud menambahkan, “Alhamdulillah, insan pers terus menggelorakan optimisme dan empati publik itu. Karena jawaban saat kita menghadapi persoalan besar adalah optimisme dan empati publik,” katanya.

Acara tersebut turut menghadirkan sejumlah pembicara kompeten di bidangnya, seperti: Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate; Pengusaha media Hary Tanoesoedibjo; Pengurus Pusat Media Siber Indonesia Anthony Wonsono.

Sementara, Australian Competition & Consumer Commission (ACCC) Merrin Hambley; dan Anggota Dewan Pers Agus Sudibyo juga turut melengkapi sesi pertama diskusi bertajuk ‘Membangun Ekosistem Pers Nasional Yang Berkelanjutan’.

Penguatan berlanjut di sesi kedua diskusi, mengusung tema ‘Pers Nasional Bangkit dari Krisis Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19’, dengan menghadirkan pembicara yang tidak kalah seru dan berkompeten.

Dalam pertemuan jelang sore itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani; Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo; Ketua Forum Pemred Kemal E Gani; Redaktur senior harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy.

Berikutnya, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly bertindak selaku keynote speaker dan hadir Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Ririek Adriansyah yang turut pula menjadi pembicara di sesi kedua tersebut.

Politisi senior PDIP Yasonna mencurahkan keprihatinannya terhadap perkembangan teknologi digital berplatform media sosial saat ini. Hal itu, kata dia, kebenaran dan kritik harus disampaikan secara bertanggungjawab. Hanya bisa dilakukan oleh media resmi atau pers, bukan media sosial seperti TikTok, Facebook, dan Instagram.

“Pers tidak boleh kalah apalagi mati menghadapi keadaan ini. Siapa yang akan menyuarakan dan mengawal suara kebenaran jika bukan pers,” kata Menteri Yasonna Laoly, menguatkan.

Suami dari Elisye Widya Ketaren menyemangati para pelaku bisnis media dengan mengatakan, pers adalah esensi dunia demokrasi, bahkan menjadi pilar keempat selain trias politika. Sehingga, pers harus tetap hidup sebagai jaminan hidupnya demokrasi yang sehat di Indonesia.

Dalam diskusinya, strategi bisnis menghadapi ketatnya persaingan usaha dunia digital, Yasonna mengimbau agar pers melakukan integrasi media dalam sebuah platform baru. “Itu yang disebut konvergensi media,” katanya.

Namun, terkait konvergensi ini, Yasonna tidak menampik bahwa belum ada payung hukum. Tentunya, membuat pers dan pemilik perusahaan menjadi gamang.

Meski begitu, kementeriannya akan memastikan membuka lebar bagi stakeholder untuk berdiskusi terkait kovergensi media, agar produk dari materi regulasi menguntungkan seluruh pihak, baik pemerintah, insan pers, dan perusahaan media demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang cerdas, kritis, sejahtera dan berkeadilan.

Saat perayaan Hari Pers Nasional 2021 jadi tantangan industri pers untuk maju. Menteri Johnny menyebut kemajuan teknologi dan digitalisasi telah membuat cakupan pers dan media semakin luas.

“Ini penting untuk dilakukan, mengingat media adalah akselerator perubahan sekaligus pilar utama demokrasi,” tutur Johnny G Plate saat menjadi pembicara dalam Konvensi Nasional Media Massa yang digelar secara virtual, Senin (8/2).

Johnny menegaskan, saat ini pers didorong dapat bertransformasi dan beradaptasi dengan pesatnya teknologi dan dampak COVID-19.

Hal itu dapat dilihat dari survei Nielsen tahun 2020, dimana pembaca media online ada 6 juta orang, sedangkan pembaca media cetak hanya 4,5 juta orang.

Di satu sisi kita berbicara kebebasan yang luar biasa tentu itu terkait dengan konten. Tapi di sisi yang lain, sekaligus pilar demokrasi yang merupakan bagian dari wajah kebebasan pers.

“Tapi di sisi yang lain kita membutuhan juga regulasi-regulasi yang kuat dalam mengatasi kompetisi yang sangat luar biasa,” kata Sekjen Partai Nasdem sekaligus Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate. (Kusmanto/R.s/Eh).