Halo, Gaes!
Lo pastinya udah tahu, kan, kalo negara kita punya banyak tradisi yang merupakan akulturasi dari dua hingga beberapa budaya? Eits! Ternyata bukan cuma itu aja, loh. Di beberapa destinasi Pariwisata Indonesia, terdapat tradisi yang merupakan penggabungan antara budaya dan agama. Salah satunya adalah Mandi Safar Air Hitam Laut.
Sesuai namanya, mandi safar merupakan tradisi mandi yang dilakukan pada bulan Safar penanggalan Hijriah. Ini bukan mandi biasa, ya Gaes ya, karena menggunakan air yang sudah didoakan terlebih dahulu.
Mandi safar diyakini merupakan budaya Melayu yang sudah ada sejak Zaman Kesultanan Abdulrahman Muazamsyah (1883-1911) dan dilakukan di berbagai tempat, seperti air terjun, kolam, pemandian, pantai, sungai, hingga rumah masing-masing. Biasanya, mandi safar diadakan pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Masyarakat meyakini bahwa pada hari tersebut akan turun 120 ribu bala atau musibah ke bumi. Makanya, perlu dilakukan mandi safar untuk menolak bala yang akan datang itu.
Oh ya, Gaes. Mandi safar ini bukan merupakan syariat atau ketentuan dalam agama Islam, ya. Kegiatan ini hanya merupakan tradisi masyarakat yang dilakukan turun-temurun. Sedangkan vibes Islam dalam tradisi ini bisa dilihat dari waktu pelaksanaan dan doa-doa yang dipanjatkan.
Tradisi ini terus dilakukan terutama di daerah yang mendapat pengaruh kebudayaan Melayu, termasuk di Desa Air Hitam Laut, sebuah desa yang ada di Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Dinamakan Air Hitam Laut karena warna air laut di desa yang ada di pantai timur Jambi ini adalah hitam. Eits! Jangan salah sangka dulu. Warna hitam ini bukan berasal dari limbah, tapi karena kondisi wilayahnya yaitu rawa gambut.
Di Desa Air Hitam Laut, awalnya mandi safar hanya dilakukan di rumah masing-masing. Tapi sejak tahun 1965, tradisi ini dilakukan secara beramai-ramai di tepi pantai yang ada di sekitar desa. Dalam perkembangannya, mandi safar kemudian menjadi festival tahunan yang menjadi daya tarik Pariwisata Indonesia di Jambi. Bahkan sejak tahun 2022, Mandi Safar Air Hitam Laut sudah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda dari Provinsi Jambi.
Mandi safar di Desa Air Hitam Laut sedikit berbeda dari tempat-tempat lainnya, Gaes. Malam sebelum pelaksanaan mandi safar, para santri akan berkumpul dalam kegiatan penulisan lafazh Allah yang dikemas dalam doa di atas selembar daun. Daun yang digunakan harus berjumlah ganjil dengan total bisa lebih dari 1.000 lembar, loh.
Nantinya, lembaran daun ini akan diselipkan pada ikat kepala warna putih yang digunakan oleh para pengunjung laki-laki. Sedangkan pengunjung perempuan mengenakan kain tersebut di lengan bagian kanan. Kain warna putih yang dikenakan ini melambangkan pikiran bersih dan suci, serta tanpa prasangka buruk. Ini diyakini sejalan dengan tujuan mandi safar yang lain, yaitu mensucikan dan membersihkan diri.
Oh ya, Gaes. Menulis doa di daun bukan satu-satunya kegiatan yang dilakukan sebelum mandi safar, ya. Ada beberapa rangkaian kegiatan lain yang dilakukan jelang tradisi ini, seperti doa, khatam atau menamatkan bacaan Qur’an, serta membuat menara.
Menara yang dibuat memiliki bentuk empat persegi yang melambangkan penciptaan air, tanah, udara, dan api. Selain itu, menara ini juga memiliki tiga tingkat yang setiap tingkatnya mewakili pemahaman terhadap iman, ihsan, dan Islam. Nantinya, masyarakat akan berbondong-bondong menyerbu menara yang digiring ke laut ini, kemudian dilanjutkan dengan mandi di laut bersama-sama.
Tradisi yang dilakukan sejak matahari terbit ini diikuti oleh ribuan orang, loh. Eits! Ada satu peraturan penting yang harus lo tahu, yaitu setiap pengunjung harus mandi atau siap basah terkena cipratan air laut. Soalnya, pengunjung yang masih kering akan diboyong dan diceburkan oleh pengunjung lain ke laut agar bisa ikut serta dalam keseruan mandi safar.
Gimana, Gaes? Seru, kan? Kalo ingin menyaksikan tradisi Mandi Safar Air Hitam Laut, pastikan lo mengunjungi destinasi Pariwisata Indonesia yang satu ini di akhir bulan Safar, ya.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply