Halo, Gaes!
Lo pasti udah tahu, kan, kalo Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki taman nasional terbanyak di dunia? Taman-taman nasional tersebut tersebar di beberapa pulau yang ada di Indonesia. Yang terbanyak ada di Pulau Jawa-Bali dengan jumlah 13 dan yang paling sedikit ada di Pulau Papua dengan jumlah 3 taman nasional.
Meskipun hanya ada 3, salah satu taman nasional di Papua memiliki keistimewaan karena menjadi taman nasional terbesar se-Asia Tenggara. Taman nasional ini juga memiliki banyak keunikan lain. Penasaran dengan taman nasional yang merupakan salah satu destinasi Pariwisata Indonesia unggulan ini? Yuk, simak ulasan gue sampai habis, ya.
Taman nasional yang gue maksud adalah Taman Nasional Lorentz. Nama Lorentz diambil dari nama pemimpin ekspedisi asal Belanda yang menjelajah kawasan ini pada tahun 1909, yaitu Dokter Hendrikus Albertus Lorentz. Sepuluh tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1919, kawasan ini ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Monumen Alam Lorentz.
Di tahun 1978, Taman Nasional Lorentz ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai cagar alam dan berubah menjadi taman nasional pada tahun 1997. Kemudian pada tahun 1999, taman nasional ini ditetapkan oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. Dan di tahun 2003, Taman Nasional Lorentz juga ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Parks melalui Asean Declaration on Heritage Parks.
Memiliki luas sekitar 2,4 juta hektar, Taman Nasional Lorentz meliputi 10 kabupaten dan mencakup 3 provinsi, yaitu Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan. Fyi, ketiga provinsi ini adalah pemekaran dari Provinsi Papua, berdasarkan Undang-undang Nomor 15 tahun 2022.
Taman Nasional Lorentz membentang dari pesisir pantai Arafura hingga pegunungan Jayawijaya yang bersalju. Oh ya, Gaes, hanya ada tiga kawasan di dunia yang memiliki gletser di daerah tropis dan salah satunya ada di puncak Jayawijaya. Ini yang jadi memiliki keistimewaan selanjutnya dari Taman Nasional Lorentz.
Memiliki tiga zona yaitu zona dataran rendah (0-650 mdpl), zona pegunungan (600-3.200 mdpl), dan zona alpin (di atas 3.200 mdpl) menjadikan Taman Nasional Lorentz sebagai taman nasional dengan ekosistem terlengkap di Asia Pasifik, loh. Ada 34 tipe vegetasi yang ada di taman nasional ini di antaranya adalah hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, hutan hujan lereng, hutan hujan bukit, hutan pegunungan, padang rumput, lumut kerak, hingga pantai pasir karang.
Dengan banyaknya ekosistem yang ada, enggak heran kalo Taman Nasional Lorentz kaya akan keanekaragaman hayati. Lo enggak hanya menemukan flora dan fauna endemik di sini, tapi juga yang langka, dilindungi, bahkan purba, misalnya pakis purba (Chyathea atrox). Pakis yang memiliki diameter batang hingga 20 cm dan tinggi hingga 3 meter ini diperkirakan hidup sejak zaman paleozoikum atau 438 juta tahun lalu. Wah, pecinta flora purba wajib banget ngeliat tumbuhan ini!
Taman Nasional Lorentz juga menjadi rumah bagi 630 spesies burung, termasuk kasuari, merpati, kakatua, burung udang, itik noso (Anas waigiuensis), burung mandar (Fulica atra), cendrawasih, serta salah satu ikon endemik yaitu burung penghisap madu elok (Macgregoria pulchra).
Di taman nasional ini juga hidup sekitar 150 jenis reptil dan amfibi, lebih dari 1.000 spesies ikan air tawar, serta 123 jenis mamalia, termasuk kuskus, walabi, kucing hutan, serta beberapa mamalia langka seperti papua singing dog atau Dingo (Canis sp) dan kangguru pohon (Dendrolagus mbaiso) yang ukurannya lebih kecil dari kangguru Australia.
Oh ya, Gaes. Taman nasional yang menjadi salah satu paru-paru dunia ini juga terdapat kediaman beberapa suku Papua, seperti Suku Dani, Suku Asmat, Suku Nduga, Suku Amungme, dan Suku Sempan. Bahkan di hutan-hutannya diduga ada masyarakat lain yang hidup terpencil dan belum membuka diri pada dunia luar.
Tuh, Gaes! Taman nasional ini istimewa banget, kan? Kalo ingin berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia yang satu ini, lo bisa mengambil rute udara dari Timika, Papua Tengah atau rute darat dari Wamena, Papua Pegunungan. Segera jadwalkan kunjungan lo and see you there!
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2022
Leave a Reply