Sibolga, salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, punya banyak destinasi wisata termasuk wisata sejarah. Di kota ini terdapat beberapa bangunan bersejarah, Netizen@sondangtrisades memposting di media sosial. Aksi langkah kaki pertama pada undakan menuju puncak bukit Tangga Seratus. Ini fotonya!
Tangga Seratus jadi salah satu ikon kota Sibolga. Lokasinya berada di pesisir. Tahukah Sobat Pariwisata, anak tangga tersebut bukan seratus? Melainkan 298 buah anak tangga. Tangga Seratus dibangun sejak pemerintah kolonial Belanda.
Tampak bahagia netizen@nurafni_panjaitan.nan berswafoto bersama kerabat, foto berlatar belakang Tangga Seratus.
Melawan lupa, di bawah penjajahan Kompeni dulu. Kisahkan Tangga Seratus yang simpan luka mendalam. Menyedihkan dan membakar rasa nasionalisme sebagai anak bangsa, negara Indonesia anti penindasan dan menolak penjajahan di muka bumi. Sebagaimana diatur dalam Pembukaan UUD 1945.
Seluruh rakyat Indonesia murka, wabil khusus masyarakat Sibolga. Kita membenci penjajahan. Tidak boleh lagi bangsa Indonesia terjajah kedua kali. Pengalaman sejarah harus menguatkan kebhinnekaan, persatuan dan kedaulatan negeri ini.
Kalau bukan kita, lalu siapa lagi menjaga NKRI? Partisipasi ini nggak bisa semua ditumpahkan kepada negara. Songsong dan jadilah anak muda penuh karya dan berguna bagi bangsa dan negara. Sebagai generasi penerus, tonggak estafet mengisi kemerdekaan berikutnya. Kelak Pemimpin Indonesia lahir dari anak muda hari ini!
Sangat wajar jelang semarak Hut Kemerdekaan RI ke 75 perlu mengingatkan dan mengenang dosa-dosa Pemerintahan Hindia-Belanda. Termasuk negara-negara lain yang dulu pernah menjarah, merampok bahkan merampas kemerdekaan Indonesia.
‘Sejarah Indonesia’, sayangnya tidak memberikan informasi lengkap dan akurat berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia, setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Akhirnya, peristiwa kemerdekaan mirip ceremonial. Berlalu begitu tiap tahun. Mungkin hemat penulis, karena bangsa ini terlalu lama dijajah, mudah memaafkan. Lupa lagi!
Penguasa saat itu, perintahkan penduduk Sibolga. Dipaksa membangun pekerjaan-pekerjaan sipil. Terjang bukit, gali lobang, bikin terowongan, dan membangun jalan. Termasuk Tangga Seratus. Semua dimaksudkan untuk mudahkan jalur logistik, keamanan dan pertahanan Kompeni. Sebut sajalah, ini kerja rodi!
Bekerja dalam suasana tekanan. Dipaksa dan diancam. Penduduk waktu itu, harus membangun infrastruktur, membuka akses jalan termasuk Tangga Seratus dari bawah hingga ke puncak bukit.
Pembangunan terowongan. Membuat jalan. Luar biasa, negeri kita saat itu benar-benar terjajah. Dalam proses penyiksaan tidak sedikit memakan korban jiwa, meninggal. Bahkan ada yang tidak tahu dimana makam mayat keluarga. Lebih lagi kisah di zaman penjajahan Jepang. Makin parah!
Dalam dokumen sejarah menyebutkan, pada 28 Februari 1920, terbit Keputusan resmi berupa Surat Perintah dari Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda(Gouvernment Besluit), ‘Ind. staatblad No. 150′ dikatakan disana kepada Staatstramwegen in Tapanoeli untuk membangun jalur kereta uap, hubungkan Sibolga-Batang Toru hingga ke Padang Sidempuan.
Netizen@danang_harimukti membagikan postingan di instagram, saat berada di Puncak Tangga Seratus Kota Sibolga. Ia berswafoto di depan pintu masuk Goa Jepang
Keterbatasan finansial akibatkan proses konstruksi jalur kereta uap tertunda. Dan pada tahun 1927, secara definitif Staatsspoorwegen hentikan seluruh konstruksi Staatstramwegen in Tapanoeli.
Menurut pengamat sejarah, Iman Subarkah. Ia menilai pembangunan jalan besi di daerah Sibolga tidak tepat. Penyebabnya, track yang dibangun tempuh jalur pengunungan dan perbukitan. Kalah cepat dengan angkutan jalan raya. Praktis Staatstramwegen in Tapanoeli, satu-satunya perusahaan perkeretaapian di Hindia-Belanda yang gagal. Tidak pernah mengoperasikan satu pun jalur kereta uap di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Sibolga.
Secara terpisah, Tangga Seratus dibangun dari materialnya, cuma bambo dan kayu. Penguatnya hanya tali tambang. Saat masyarakat menuju puncak bukit, nggak ada buat pegangan. Kanan dan kiri cuma dibantu bambo. Miris, sedih sekali.
Puncak bukit adalah lokasi tinggal pasukan khusus, mereka garis komando Kompeni. Pergerakan diatur dari atas Tangga Seratus. Membangun jalur pengairan dan penyediaan air minum untuk logistik, barak perbekalan. Masih tampak berdiri kokoh peninggalan Kompeni di Puncak Bukit Tangga Seratus, terdapat bangunan perusahaan air minum. Pembangunan diperkirakan tahun 1929.
Bila Sobat Pariwisata sampai ke puncak bukit, akan mendapati sirene. Dulunya, berfungsi untuk memanggil para pekerja perusahaan air minum. Di zaman sekarang, sirene dimanfaatkan sebagai penanda berbuka puasa, khususnya masyarakat Sibolga. Dulu sekali, Sirene ini bisa terdengar hingga ke seluruh Kabupaten Tapanuli Tengah.
Video bagus dan sempurna hadirkan wisata ke Tangga Seratus. Dalam channel resmi Sibolga YOUTUBErs Creators, pembuat konten kteatif begitu bangga mempromosikan potensi wisata lokal di tanah air.
https://www.youtube.com/watch?v=zZTNNrpsVmE
Selain perusahaan air minum, di sepanjang tangga-tangga terdapat goa-goa milik pemerintah Jepang. Pada masa itu, goa digunakan sebagai tempat pengintaian. Semua aktivitas kelautan masyarakat Sibolga di pantau. Jika kedapatan ada kejanggalan, pengintai lapor ke puncak bukit.
Tangga yang telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Sibolga ini, telah direnovasi pemerintah tanpa menghilangkan nilai historia. Kini, dengan tangga yang terbuat dari semen dan beton, para pengunjung bisa mendaki ebih mudah sampai ke puncak bukit.
Saat ini, tangga yang umurnya diperkirakan sudah 100an tahun. Kerap dimanfaatkan untuk para atlet daerah lakukan latihan fisik. Selain itu, Tangga Seratus dijadikan sebagai salah satu destinasi yang harus Sobat Pariwisata kunjungi bila ke Sibolga. Ingat kampung halaman, jangan lupa Tangga Seratus.
Butuh perjuangan sampai ke puncak bukit. Harus melewati tiap undakan anak tangga. Akan tetapi, rasakan sensasi indahnya pemandangan Kota Sibolga. Dan hamparan laut yang eksotik, tampak juga dari atas bukit segala aktivitas nelayan. Semua itu bisa dinikmati dari puncak bukit Tangga Seratus.
Sebagai anak bangsa, wisata sejarah ke Tangga Seratus jadikan momentum untuk memantapkan cinta tanah air dan nasionalisme. Sobat Pariwisata bisa langsung menuju Jalan Sisingamangaraja Sibolga Ilir, Kelurahan Pasar Baru, Sibolga. Destinasi sejarah ini dibuka 24 jam.
Jadi, kita bisa menikmati indahnya matahari terbit maupun terbenam dari Puncak Bukit Tangga Seratus. Bawa keluarga, kerabat dan pasangan. Lets’go! (Nita/Kusmanto)
Leave a Reply