Dikutip dari situs www.indonesiatraveler.id, Wisata sekaligus belajar sejarah di Candi Cangkuang. Selain berlibur, ada pengetahuan sejarah dan budaya Indonesia yang bisa didapatkan. Berwisata ke tempat-tempat yang mempunyai nilai sejarah tentunya menjadi referensi berlibur paska pandemi. Ayo berlibur dan dapatkan ilmu pengetahuan. Redaksi menjatuhkan pilihan wisata ke Candi Cangkuang, rekomen untuk wisatawan kunjungi.
Ilustrasi gambar Instagram@candicangkuang_garut
Candi Cangkuang terletak di tengah danau kecil, yaitu Danau Cangkuang. Wisatawan dan pengunjung menuju lokasi tidaklah susah karena letaknya mudah. Silahkan menggunakan bus tujuan ke Garut dari arah Jakarta kemudian turun di Alun-alun Kecamatan Leles. Sampai di titik ini minta bantuan dari jasa ojek setempat. Perjalanan berikutnya langsung menuju ke Candi Cangkuang. Ojek tersebut memandu ke Danau Cangkuang atau Candi Cangkuang. Perjalanan terasa menyenangkan, Akses jalan menuju lokasi jalannya bagus. Lokasi wisata dicarinya mudah.
Bangunan Candi Cangkuang yang berdiri sekarang merupakan hasil pemugaran, diresmikan pada tahun 1978. Berdiri di atas lahan persegi empat berukuran 4,7 x 4,7 m tinggi 30 cm. Kaki bangunan nampak kokoh menyokong pelipit padma. Pelipit kumuda, dan pelipit pasagi berukuran 4,5 x 4,5 m setinggi 1,37 m. Pada bagian sisi timur nampak jelas tempat tangga naik dengan panjang 1,5 m dan lébar 1,26 m.
Saksikan Channel Youtube Perpustakaan Nasional RI, jangan lupa untuk kamu Subscribe.
Pada bagian tubuh candi berbentuk persegi empat 4,22 x 4,22 m dengan tinggi 2,49 m. Sementara pada sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m (tinggi) x 0,6 m (lebar). Struktur lain yang patut juga diketahui adalah Menara Candi Cangkuang. Di puncak candi terdapat dua tingkat masing-masing struktur dikeduanya persegi empat. Satu berukuran 3,8 x 3,8 m dengan tinggi 1,56 m. Satunya lagi berukuran 2,74 x 2,74 m dengan tinggi1,1 m. Pengunjung dan wisatawan yang berkesempatan masuk ke dalamnya, terdapat ruangan berukuran 2,18 x 2,24 m dengan tinggi 2,55 m. Pada bagian dasarnya, terdapat cekungan berukuran 0,4 x 0,4 m sedalam 7 m.
Ilustrasi gambar Instagram@resti.deka_halim
Di antara sisa-sisa bangunan candi, ditemukan arca (tahun 1800-an). Desain dan struktur arca terlihat dalam posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kirinya menyilang datar dengan alas menghadap ke sebelah dalam paha bagian kanan. Dan pada kaki kanan menghadapnya ke bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri nampak ada kepala sapi (nandi) yang telinganya mengarah ke depan.
Para ahli sejarah dan purbakala berpendapat, bentuk kepala nandi dengan model yang terlihat sekarang. Dan kedua tangan menengadah di atas paha. Tubuhnya dipenuhi dengan penghias perut, penghias dada dan penghias di telinga. Ahli berpendapat ini arca siwa. Kondisi arca nampak jelas kalau sekarang sudah rusak. Wajah arca terlihat datar. Bagian tangan hingga kedua pergelangan sudah hilang.
Candi Cangkuang sebagaimana terlihat sekarang, sesungguhnya adalah hasil rekayasa rekonstruksi, sebab bangunan aslinya hanyalah 40%-an. Para ahli purbakala dan sejarah belum dapat memastikan bentuk bangunan Candi Cangkuang yang sebenarnya. Candi Cangkuang pertama kalinya ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti purbakala Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita. Temuan pakar budaya dan sejarah Indonesia berdasarkan laporan dari Vorderman dalam buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan tahun 1893. Dalam tulisan Vorderman disebutkan ada sebuah arca yang kondisinya rusak dan ada makam kuno di bukit Kampung Pulo, Leles.
Para ahli Indonesia segera melakukan penelitian memburu dan melakukan explorasi. Berhasil menemukan Makam dan arca Syiwa yang dimaksud. Pada awal penelitian ditemukan ada batu yang merupakan sisa reruntuhan dari bangunan candi. Para ahli sejarah dan budaya juga mendapatkan makam kuno, makam ini rupanya makam Arief Muhammad. Masyarakat setempat meyakini itu adalah makam leluhur mereka. Dalam sisa reruntuhan candi, juga ditemukan serpihan pisau dan batu-batu besar. Para ahli perkirakan batuan berasal dari peninggalan zaman megalitikum.
Wisatawan dan pengunjung yang datang sudah bisa memastikan candi ini adalah peninggalan agama Hindu. Diperkirakan berumur abad ke-8 M, sezaman dengan candi-candi pada situs Batujaya dan Cibuaya. Seputaran area candi dihuni oleh perkampungan. Masyarakat disini ramah-ramah. Sebelum memasuki Candi bagusnya menyempatkan diri ke ke kampung adat, kampung ini bernama Kampung Pulo.
Nama ‘Candi Cankuang’ diambil dari nama pohon dan semirip daun pandan. Pada saat wisatawan dan pengunjung datang akan menemukan banyak pohon cangkuang disana. Disinilah kemudian mengapa disebutnya dengan nama Candi Cangkuang. Sudah tahu belum? Saksikan channel Youtube Official NET News, jangan lupa untuk kamu subscribe.
Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mendukung penuh wisata ke Candi Cangkuang.
Dan Pemprov Jawa Barat melalui Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat turut membantu anggaran dan pemeliharaan. Termasuk kampanye dalam gerakan untuk mencintai Museum.
Semua fasilitas penunjang seperti Toilet, Rumah Ibadah dan Kuliner maupun UKM disini hidup, tertata dengan baik. Wisatawan cari oleh-oleh dan souvenir mendapatkannya di kios-kios di dekat area parkir. Lahan parkir memadai dan masyarakat disini ramah-ramah.
Wisata ke Candi Cangkuang, catat informasinya.
Jam operasional untuk berkunjung dimulai pada pukul 07.00 sampai pukul 17.00.
Biaya tiket ke Candi Cangkuang:
Anak-Anak Rp5.000
Dewasa Rp7.500
Wisatawan Mancanegara Rp12.000
Parkir Motor Rp3.000
Parkir Mobil Rp5.000
Parkir Bus Rp13.000
Tiket Rakit Rp5.000 per orang
Berlokasi di Jalan Darajat Leuwigoong, Cangkuang, Kec. Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat 44119, Provinsi Jawa Barat. Buat reservasi silahkan hubungi Telepon: 0813-2304-1350.
Ilustrasi gambar Instagram@iecha_fioera
Wisata Candi Cangkuang bagusnya bersama anak-anak. Berlibur menyenangkan sekaligus mendapatkan edukasi sejarah dan budaya Indonesia. Sudah siap wisata ke Candi Cangkuang? Tentunya setelah pandemi berakhir.
#BersatuMelawanCorona#CintaMuseumIndonesia#PariwisataIndonesia
Leave a Reply