Deretan Nasi Kapau di Kramat Raya Jakarta Menjerit! Multiplier Effect Imbas Covid-19

“Berjualan di tengah pandemi benar-benar boleh dibilang 'menjerit' dan semua pedagang merasakan hal serupa saat sekarang ini," kata generasi kedua yang diberi kepercayaan mengelola kedai Nasi Kapau Raya 13 di bilangan Kramat Raya di kawasan Jakarta Pusat. Devi Natalia adalah ‘menantu idaman’ yang spontan dan tiba-tiba saja meneteskan air mata saat diwawancarai. “Bertahan saja sudah bagus,” katanya kepada Alex Situmorang yang mengaku bahwa omzet memang tengah terpuruk, benar-benar mengurut dada. Terkadang di situ ia suka merasakan sedih. Dalam setiap doanya, berharap wabah corona ini semoga lekas berlalu dari negeri Indonesia. Saat didesak berapa omzet? Kepalanya digeleng-gelengkan dan meminta untuk pertanyaan itu tak usah dilanjutkan. Biarlah dijalaninya hingga keadaan negeri ini dapat normal kembali. Itulah secuil cerita dari salah satu penjaja makanan tradisional Indonesia yang tetap eksis dan terkenal akan sajian nusantara berkuah hidangan lezat “Nan Kayo Raso”, mereka berjejer menjajakan varian masakan khas masyarakat Sumatera Barat yang tak jauh dari perempatan Senen-Kwitang. Wanita yang akrab disapa Devi meyakini, Allah SWT menjamin rezeki setiap hambanya dan ia tak merasa risau akan hal itu, juga beranggapan bahwa dirinya punya Allah. Kios Devi milik mertuanya yang sudah berjualan sejak tahun 1978.
Kuliner Nusantara, Media Kuliner, Media Pariwisata, Website Pariwisata, Situs Pariwisata, Pariwisata, Indonesia Tourism
Foto: Kios Nasi Kapau Raya 13 di Kramat Jakarta Pusat (Dok.PI)

Untuk harganya? Sebungkus hanya Rp25-30 ribu. Istimewanya lagi, setiap kedai Nasi Kapau di kawasan ini disajikan secara terbuka tanpa etalase kaca seperti yang biasa dijumpai di restoran Padang.

Lauk pauknya dihidang dalam wadah-wadah besar di sebuah meja yang lebih rendah daripada posisi duduk si penjual.

Menilik profil pembeli di kedai Nasi Kapau Raya 13, pelanggannya kebanyakan dari pekerja kantoran, dan pasangan muda yang datang menggunakan mobil atau motor.

Namun, yang lebih sering lagi adalah keluarga, para sopir mikrolet dan taxi. Mereka pun, juga pelanggan setia Nasi Kapau Raya 13.

“Ada loh, pelanggan saya yang kita anggap sebagai pembeli spesial. Mereka datang tak sekedar untuk makan tapi mirip bernostalgia,” imbuhnya, sambil tunjuk tempat duduk favorit tamunya itu.

“Tamu yang berbeda ini, order makanan memang seperti pembeli kebanyakan. Namun, datangnya seperti ingin mengenang masa lalu,” pungkasnya, sembari menunjuk rendang Padang.

Awak redaksi Media Pariwisata Indonesia asyik menikmati makanan di kedai Nasi Kapau itu, dan melahap lezat porsi ukuran orang besar.

Devi juga bertanya kepada Alex, “orang yang tinggal di luar negeri, apa benar tidak suka jeroan dan menghindari menu masakan yang bersantan? Betul, ya mas?,” tanya Devi kepada Alex.

Reporter Media Pariwisata Indonesia mengangguk-anggukkan kepala mengiyakan bahwa jika dikonsumsi secara berlebihan dan kebablasan memang akan berdampak kepada kesehatan.

Nasi Kapau di sini, “legend… is the best, pokoknya nampol,” kata Devi lagi, mempromosikan kiosnya.

Alex larut dan benar-benar menikmati menu Padang yang disajikan oleh kedai Nasi Kapau Raya 13, sekaligus secara bersamaan merespons pernyataan Devi bahwa makanannya memang sungguh lezat dan benar-benar mengundang selera makan.

“Pelanggan khusus itu, usianya masih muda sekali. Dulunya, diajak orang tuanya untuk makan di Nasi Kapau Raya 13. Sebab, tempat saya katanya jadi favorit makan keluarga. Kini, anaknya itu telah hidup sukses di luar negeri. Mungkin, karena lama tinggal di luar sana, beli hanya ini dan cuma itu,” balas Devi.

Saat ditanya harga seporsi Nasi Kapau, katanya, cuma Rp23 ribu. Semua dipukul rata. 1(satu) menu pilihan dari varian seperti: rendang, ayam, dendeng, telor cukup bayar Rp23 ribu.

“Harga tersebut sudah berikut nasi dan sayuran,” jawabnya.

Adapun untuk porsi kepala ikan kakap diakuinya memang harganya berbeda. Seporsinya merogoh kocek Rp45 ribu. Lalu, untuk menu bebek Rp45 ribu.

Khusus menu keduanya itu, Devi menyampaikan memang harganya khusus. “Modal untuk beli ikan dan bebek sudah mahal,” sahutnya dengan penuh santun.

Di tengah pandemi saat ini, untuk meraih pendapatan dari hasil membuka lapaknya tersebut, Devi menuturkan benar-benar mengurut dada, terkadang di situ ia suka merasakan sedih.

Saat didesak berapa omzet? Kepalanya digeleng-gelengkan dan meminta untuk pertanyaan itu tak usah dilanjutkan. Biarlah dijalaninya hingga keadaan negeri ini dapat normal kembali.

Spontan dan tiba-tiba saja meneteskan air mata saat diwawancarai.

“Berjualan di tengah pandemi benar-benar boleh dibilang ‘menjerit’ dan semua pedagang merasakan hal serupa saat sekarang ini,” katanya, berterus terang.

Merasakan keadaan ekonomi yang serba pahit, “uang terasa tak berputar ke bawah. Mungkin, duitnya berputar cuma di kalangan atas sana. Ditengah badai ini, cuma bersyukur diberi kesehatan dan tetap bersabar,” jeritnya.

Untuk itu, dalam setiap doanya selalu berharap agar keadaan ini semoga lekas berlalu. Alex kembali mengulang pertanyaan, berjualan hingga kedai ditutup berapa penghasilan yang dibawa pulang?

“Aduuuh, jualan sekarang beda seperti dulu. Terkadang di situ saya berasa sedih. Flash back omzet di masa lalu, beda dengan hari ini. Jualan makanan itu penuh resiko saat masakan tidak habis, kerugian semakin bertambah. Oleh karenanya, kami sekeluarga selalu menekankan untuk menjaga kualitas rasa makanan. Sedih dan sering menjerit di dalam hati situasi sekarang ini, mas,” katanya.

Di sisi lain, Devi tampak bersemangat menceritakan kisah lainnya.

“Kebahagiaan saya yang terindah saat berjualan ketika melayani pembeli, perasaan bahagia menyodorkan piring dan terima pembayaran, semuanya itu sulit dilukiskan. Jelas ini menandakan, menu makanan buatan Nasi Kapau Raya 13 disukai. Apalagi pembeli minta tambah, duhh senangnya bukan main,” bilangnya.

Bertahan saja sudah bagus, pedagang ini membenarkan pendapatannya yang sedang terpuruk. Sudah begitu, pengunjungnya pun sepi.

Bagi Devi, Allah SWT menjamin rezeki setiap hambanya, dan ia tak merasa risau akan hal itu, juga meyakini bahwa dirinya punya Allah.

“Mengadu saja, dan menceritakan semua persoalan hidup ini hanya kepada Allah SWT,” yakinnya.

Bersambung ke halaman berikutnya
Pasti ada Maha Pengatur.. “