PariwisataIndonesia.id – Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Odo R M Manuhutu menjelaskan, program Work From Bali (WFB) atau bekerja dari Bali dicanangkan pemerintah berdasarkan kondisi pariwisata di Bali yang mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona.
Baca juga : Putu Astawa Apresiasi WFB Tapi Ingatkan Pemerintah Jangan Bikin Bali Frustasi
Dirinya hadir sebagai salah satu pembicara yang disiarkan melalui kanal YouTube Menko Marves, menyatakan, “Akomodasi di Bali terdapat 140.000 kamar, bayangkan kalau 140.000 itu hanya terisi kurang dari 10 persen. Artinya, akan banyak tenaga kerja yang ada di Bali tidak bekerja selama 10-14 bulan,” kata Odo dalam jumpa pers yang digelar secara virtual, Sabtu (22/5) siang.
Baca juga : Cara Jitu Skema Bali Bangkit di Tengah Pandemi Cuma WFB Jurus Pamungkas?
Acara tersebut, terlaksana atas inisiasi Menko Marves yang dimoderatori oleh Andreas Dipi Patria selaku Kepala Biro Komunikasi Menko Marves.
Mengawali sambutannya, “Saat ini, kita terus berupaya mengendalikan pandemi covid-19 yang belum hilang di Indonesia. Di sisi lain juga dituntut untuk memulihkan ekonomi. Keduanya tersebut akan menimbulkan trade off, tentu saja pemerintah bersikap dengan mencari titik imbang. Sejatinya, trade off tersebut dapat meminimalisir kerugian dan mengoptimalkan manfaat untuk semua pihak,” kata Andreas saat membuka jumpa pers yang dikutip Pariwisata Indonesia.
Dalam sambutan tersebut, Andreas tidak menampik dan mengakui keputusan ini sangat tidak mudah. Ia pun menyadari, kebijakan pemerintah terkait soal WFB, tentu tidak bisa memuaskan semua pihak.
Dari keterangan yang disampaikan Andreas, terungkap penyebab digelarnya jumpa pers. Selain menggalang sinergitas dan kolaborasi bersama Menko Marves-wartawan, juga menjawab isu yang terus berkembang dan banyak ditanyakan oleh teman-teman media atas duduk perkara sesungguhnya.
Alasan lainnya, yakni mengajak awak media untuk meluruskan persepsi yang salah pada pemahaman publik agar tidak menimbulkan syak wasangka.
Selaku moderator dan selepas memberikan penjelasan tersebut, Andreas berlanjut dengan mempersilahkan kepada Odo untuk menjadi nara sumber pertamanya.
Sebagai pembicara yang ditunjuk pertama kali, dia berpandangan, “Sebuah hotel bisa membayar biaya perawatan, paling tidak occupancy rate harus mencapai 30-40 persen.”
Odo menambahkan, realita yang terjadi di Bali adalah jumlah okupansi hotel kurang dari 10 persen. Akhirnya, hotel-hotel itu kesulitan untuk membayar gaji karyawan termasuk untuk perawatan hotel.
Melalui kesempatan itu, dia menceritakan pengalamannya dari curhat seorang pekerja di salah satu hotel dengan mengatakan, “selama empat bulan tidak bekerja, hanya di rumah dan terpaksa makan tabungan. Saat kita gelar acara tersebut, mereka di-hire kembali,” kenang Odo.
Berbekal dari pengalaman pada acara yang Bank Indonesia di Nusa Dua Hotel di Bali sebelumnya, “bisa mendongkrak okupansi rate hotel sampai ke titik 50 persen dari semula yang hanya bertumbuh di kisaran 8-10 persen.”
Atas dasar hal tersebut, dirinya ingin meyakinkan publik melalui kebijakan WFB akan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pariwisata di Bali.
Tidak cuma itu saja, sambungnya, “berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa proses vaksinasi paling cepat dan paling tinggi di Indonesia adalah di Bali, di mana hal itu disengaja oleh pemerintah dengan tujuan agar dapat menimbulkan kepercayaan kepada publik secara luas bahwa Bali adalah tempat yang aman yang bisa dikunjungi,” kata Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Menko Marves RI, Odo R M Manuhutu.
Hadir juga nara sumber lainnya di jumpa pers Kemenko Marves itu, antara lain: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho; Direktur Operasi dan Inovasi Bisnis PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC Arie Prasetyo.
Berikutnya, ada Ketua GIPI) Bali/Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana; dan Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa.
Tak ketinggalan, hadir pejabat baru di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia yang baru saja dilantik pada 5 Mei lalu, yakni Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bernama Vinsensius Jemadu.
Leave a Reply