Pariwisata Indonesia

Gendang Kuno dari Kalimantan Tengah

Katambung khas Suku Dayak Ngaju

Katambung khas Suku Dayak Ngaju

Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Kalimantan. Provinsi yang terdiri dari 1 kota dan 13 kabupaten ini didiami oleh penduduk asli dan juga pendatang. Penduduk asli yang mendiami provinsi yang beribukota di Palangka Raya ini adalah Suku Dayak Ngaju.

Seperti daerah-daerah di Indonesia lainnya, Provinsi Kalimantan Tengah memiliki beragam alat musik tradisional yang terutama dibuat oleh penduduk asli. Alat musik yang dibunyikan dengan cara dipetik, ditiup maupun dipukul ini telah ada sejak lama dan diwariskan turun-temurun. Salah satunya adalah Katambung.

Pariwisata Indonesia

Katambung merupakan alat musik tradisional khas Suku Dayak Ngaju dan diyakini telah berkembang sebelum abad ke-10 Masehi. Alat musik ini termasuk dalam golongan alat musik pukul. Meskipun terlihat seperti gendang, tapi Katambung berbeda dengan gendang.

Alat musik yang berbentuk seperti labu air ini memiliki panjang sekitar 70-75 cm dengan diameter atas 15-18 cm. Katambung terbuat dari kayu ulin yang dalamnya dibuat lubang sebagai resonansi. Bagian luarnya lalu diberi ukiran-ukiran dengan menggunakan pahat. Ada juga Katambung anak-anak yang terbuat dari bahan bambu dengan panjang 40-60 cm.

Pada bagian atas Katambung dilapisi dengan membran yang berfungsi untuk tempat menabuh. Sedangkan bagian bawahnya berlubang. Tidak seperti alat pukul lainnya yang umumnya memiliki membran penutup dari kulit sapi, kambing, maupun kerbau, penutup Katambung terbuat dari kulit ikan buntal (termasuk dalam genus Dichotomyctere).

Pariwisata Indonesia

Ikan buntal ini hidup di perairan tropis air tawar dan air payau yang ada Asia Selatan dan Asia Tenggara. Pada zaman dahulu, Suku Dayak tinggal di dekat aliran sungai dan mudah menemukan ikan ini. Kulit ikan buntal yang telah dikeringkan kemudian dijadikan membran penutup Katambung.

Untuk mengikat membran ke kayu ulin, pengrajin Katambung menggunakan anyaman dari rotan yang telah dikeringkan. Anyaman ini juga dibuat satu jengkal di bawah bagian membran dan berfungsi sebagai tali pegangan.

Selain perbedaan di membran, cara memainkan Katambung juga berbeda dengan gendang. Jika umumnya gendang dimainkan dengan dua tangan, Katambung bisa dimainkan dengan satu tangan saja. Jari-jari tangan kanan akan bergerak lincah menabuh Katambung, sementara telapak tangan kiri memegang bagian batang Katambung.

Alat musik yang termasuk perkusi ini bisa dimainkan dengan sambil duduk ataupun berdiri. Biasanya, pemain Katambung terdiri dari 5 hingga 7 orang dengan seorang pemimpin yang disebut upu.

Katambung umumnya dimainkan saat upacara-upacara adat besar yang berhubungan dengan gawi matey, seperti pada upacara Tiwah (upacara kematian) dan gawi belom (memotong pantan). Pada tahun 2015, Katambung ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Nusantara.(Nita)