Halo, Pecinta Wisata Kuliner!
Jalan-jalan ke Semarang, pastinya kurang lengkap kalo enggak mencicipi makanan khasnya. Kota yang dijuluki oleh orang Belanda sebagai Venetia van Java ini emang jadi surga untuk para pemburu kuliner. Nah! Kalo lo berencana datang ke ibukota Provinsi Jawa Tengah ini, salah satu makanan yang harus dicicipi adalah Lumpia.
Lumpia emang jadi makanan populer di destinasi Pariwisata Indonesia yang satu ini, Gaes. Saking terkenalnya, Semarang sampai dijuluki Kota Lumpia. Bukan tanpa sebab, loh. Karena Lumpia emang lahir dan besar di kota ini.
Lumpia sering juga disebut lunpia. Ada yang mengatakan bahwa kata ini diambil dari dialek Hokkian yaitu lun yang artinya lunak dan pia yang artinya kue. Jangan bingung, Gaes! Di zaman dulu, penyajian lunpia emang tanpa digoreng. Makanya, tekstur jajanan yang satu ini cenderung lunak. Tapi di zaman sekarang, lunpia juga disajikan dengan cara digoreng. Jadi, garing di luar dan lezat di dalam.
Sumber lain mengatakan kalo lumpia adalah perpaduan antara Dialek Hokkien, yaitu pia yang berarti kue, dan Bahasa Jawa yaitu lun yang berarti gulung. Kalo digabungin, lunpia bisa diartikan sebagai kue gulung. Emang, sih, cara membuat kuliner yang satu dengan cara menggulung kulit tipis berbahan dasar tepung yang sudah diisi dengan adonan tertentu.
Selain perpaduan budaya Jawa dan Hokkien dalam penamaannya, lunpia juga lahir dari perpaduan resep dari dua negara, loh.

Menurut sejarah, pada tahun 1900-an, ada seorang lelaki keturunan Tionghoa yang berasal dari Provinsi Fujian datang ke Semarang. Di kota ini, lelaki bernama Tjoa Thay Yoe itu membuka bisnis kuliner berupa jajanan kue gulung atau di Tiongkok dikenal dengan nama chun juan.
Jajanan yang memiliki isi berupa daging babi dan rebung ini memiliki cita rasa gurih dan asin. Banyak warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Semarang menyukai kuliner yang satu ini karena sesuai dengan lidah mereka.
Di saat yang sama, seorang perempuan asli Jawa bernama Wasih, juga menjual jajanan yang hampir mirip, Gaes. Bedanya, isian kue gulung Wasih berasal dari kentang dan udang. Rasanya juga lebih cenderung manis.
Punya lokasi dan jenis dagangan yang hampir sama, bukan malah bikin Tjoa Thay Yoe dan Wasih saling sikut-sikutan, loh. Mereka justru menikah dan melakukan kolaborasi resep yang menghasilkan jajanan bernama lunpia. Isiannya berupa ayam, udang, rebung, dan berbagai macam bumbu. Sementara cita rasanya, perpaduan antara asin, gurih, dan manis.
Oh ya, Gaes. Menurut cerita, nama lunpia berubah menjadi lumpia karena pada masa Belanda, jajanan ini dijual di daerah Olympia Park. Bukan cuma namanya yang berubah, isian lunpia juga banyak mengalami inovasi. Bahkan ada pedagang yang menggunakan daging kambing atau bengkoang untuk bahan isian lumpia.
Fyi, di tahun 2014, Lumpia Semarang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Jawa Tengah, loh. So, kalo lo berkunjung ke destinasi Pariwisata Indonesia di Semarang, jangan lupa sempatkan untuk membeli jajanan yang satu ini untuk dinikmati sendiri ataupun sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah.
Pewarta: Anita Basudewi Simamora
COPYRIGHT © PI 2023
Leave a Reply