Alat Tiup Aceh, BEREGUH, pariwisata aceh, kesenian aceh, alat musik tradisional aceh, aceh, bergoh, media pvk, pariwisata indonesia, media pvk group, pvk group, umi kalsum
Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Alat Musik Bereguh, Walkie Talkie Khas Aceh

Bereguh merupakan alat musik tiup yang dibuat dari tanduk kerbau dengan bentuk yang masih utuh. Bagian kecil tanduk, dipangkas sedikit sehingga berlubang dan difungsikan sebagai tempat untuk meniup. Sedangkan corong yang besar diratakan dan berfungsi sebagai tempat keluarnya bunyi. Pada zaman dahulu, alat musik ini banyak terdapat di daerah Pidie, Aceh Besar, dan Aceh Utara.

Bereguh merupakan alat musik tiup yang dibuat dari tanduk kerbau dengan bentuk yang masih utuh. Bagian kecil tanduk, dipangkas sedikit sehingga berlubang dan difungsikan sebagai tempat untuk meniup. Sedangkan corong yang besar diratakan dan berfungsi sebagai tempat keluarnya bunyi. Pada zaman dahulu, alat musik ini banyak terdapat di daerah Pidie, Aceh Besar, dan Aceh Utara.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia menyimpan banyak kebudayaan turun temurun yang merupakan peninggalan nenek moyang. Salah satunya adalah peninggalan peradaban Aceh, mulai dari rumah adat, pakaian, hingga alat musik tradisional. Alat-alat musik tradisional ini ada yang masih bertahan, ada pula yang mendekati kepunahan, seperti Bereguh.

Bereguh merupakan alat musik tiup yang dibuat dari tanduk kerbau dengan bentuk yang masih utuh. Bagian kecil tanduk, dipangkas sedikit sehingga berlubang dan difungsikan sebagai tempat untuk meniup. Sedangkan corong yang besar diratakan dan berfungsi sebagai tempat keluarnya bunyi. Pada zaman dahulu, alat musik ini banyak terdapat di daerah Pidie, Aceh Besar, dan Aceh Utara.

Sebenarnya, Bereguh adalah alat komunikasi antara dua pihak, seperti walkie talkie. Meski tidak diketahui kapan tepatnya Bereguh pertama kali dibuat, tapi alat ini diduga kuat telah berusia jauh lebih tua dibanding walkie talkie yang dibuat pada tahun 1937.

Bereguh umumnya digunakan oleh para pemburu yang sedang memasuki hutan. Mereka menggunakan Bereguh sebagai alat komunikasi untuk mengabarkan keadaan masing-masing, misalnya sedang tersesat, mendapatkan buruan, atau sedang dalam bahaya. Bereguh juga bisa digunakan untuk menghitung rentang jarak dari peniup dan orang yang mendengarnya.

Tidak seperti alat musik lainnya, nada yang dihasilkan dari Bereguh sangat terbatas dan variasi nadanya tergantung pada teknik meniup. Namun, biasanya pihak-pihak yang menggunakan Bereguh telah memiliki kesepakatan khusus terkait dengan makna dari setiap nada yang dihasilkan.

Meskipun terkesan sederhana, cara menggunakan Bereguh ternyata sulit, loh. Diperlukan teknik-teknik khusus agar menghasilkan bunyi dan nada yang berbeda.

Pada zaman sekarang, penggunaan Bereguh sudah sangat jarang bahkan hampir punah. Fungsinya yang telah digantikan oleh alat-alat modern semisal walkie talkie atau handphone, membuat alat ini tidak lagi diminati. Bereguh pun beralih fungsi menjadi hiasan atau benda antik. Di daerah pedalaman Aceh, Bereguh pun beralih fungsi sebagai alat mengusir babi hutan.

Harga Bereguh yang cenderung mahal karena bahan bakunya sulit didapatkan menjadi salah satu alasan makin langkanya alat musik tradisional ini. Padahal, alat musik ini termasuk salah satu khasanah kekayaan bangsa Indonesia. Jika ingin memiliki Bereguh, Sobat Pariwisata harus memesan terlebih dahulu dan mengeluarkan kocek hampir satu juta rupiah.

Sebagai bangsa yang menghargai budaya dan peninggalan nenek moyang, mari menjaga kelestarian Bereguh ini, ya! (Nita/Kusmanto)